Kesimpulan Status eksploitasi sumberdaya ikan pelagis kecil di Perairan Maluku dan kapasitas penangkapannya

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1 Estimasi status sumberdaya perikanan pelagis kecil menunjukkan MSY di perairan Laut Banda adalah 57.589 ton per tahun, tingkat upaya optimum 7.945 trip, rente ekonomi yang dihasilkan mencapai Rp 200.499.420.000.- Pada kondisi MEY, produksi mencapai 57.535,23 ton per tahun, upaya optimal 7.747,71 trip, dan rente ekonomi mencapai Rp 200.542.580.000.- Kondisi keseimbangan open access tercapai pada tingkat produksi 5.184,11 ton per tahun dengan upaya sebesar 15.495,41 trip. Status perikanan pelagis kecil di perairan tersebut memperlihatkan gejala overfishing . 2 Secara rata-rata tahun pengamatan, kondisi perikanan tangkap ikan pelagis kecil di perairan Laut Banda mengalami excess capacity pada periode penelitian. Gejala excess capacity tertinggi diperlihatkan pada tahun 1998 sebesar 23,71, atau kelebihan upaya penangkapan 175.004 trip dan alat tangkap 1.369 unit. Terdapat gejala yang mengarah ke overcapacity dalam jangka panjang periode 1989- 1999. 3 Estimasi efisiensi teknis penangkapan dengan analisis SPF telah memberi manfaat spesifik bersifat stochastic. Berdasarkan analisis SPF, hasil tangkapan ikan pelagis kecil dipengaruhi oleh panjang dan lebar alat tangkap, jumlah nelayan per kapal, nilai investasi, dan waktu operasi penangkapan. Perikanan pelagis kecil pada musim timur lebih efisien dari pada musim barat. 4 Eksploitasi sumberdaya ikan pelagis kecil antar musim seasonal exploitation dengan nilai TE 0,8, menunjukkan alokasi pukat cincin dan jaring insang pada musim timur berturut-turut 161 unit dan 6.507 unit, sedangkan pada musim barat alokasi pukat cincin dan jaring insang berturut-turut 13 unit dan 2.663 unit. 5 Masalah inefisiensi adalah dominan dalam fungsi inefisiensi teknis penangkapan ikan pelagis kecil. Inefisiensi teknis penangkapan dipengaruhi oleh umur nakhoda, jumlah anggota keluarga, pengalaman nakhoda, dan peubah dummy penggunaan pukat cincin. Makna nilai inefisiensi teknis yaitu potensi pengembangan produksi maksimal untuk armada pukat cincin 45, jaring insang 29, dan bagan 13, pada kondisi input aktual. 6 Optimalisasi alokasi alat tangkap periode tahunan adalah alat bagan dan pukat pantai dikurangi berturut-turut menjadi 190 unit dan 32 unit. Pukat cincin dan jaring insang disarankan untuk dipertahankan pada jumlah berturut-turut 251 unit dan 10.011 unit. 7 Strategi kebijakan pengembangan perikanan pelagis yang utama adalah menggunakan kekuatan yang dimiliki dengan memanfaatkan peluang yang ada. Kebijakan pembangunan mencakup pemberdayaan nelayan perikanan pelagis kecil, peningkatan kualitas hasil tangkapan, dan pengembangan kemitraan usaha perikanan. Prioritas kedua, strategi kebijakan adalah memanfaatkan seluruh kekuatan yang dimiliki dan menghindari ancaman, dengan kebijakan mencakup pembatasan dan pengawasan ijin penangkapan, dan peningkatan efisiensi penangkapan. Prioritas ketiga, strategi kebijakan adalah memanfaatkan peluang yang ada dengan mengatasi kelemahan yang dimiliki. Kebijakannya mencakup peningkatan kualitas SDM nelayan dalam manajemen usaha, rasionalisasi alokasi alat tangkap, dan pengembangan kapasitas institusi. Strategi kebijakan berikut adalah meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Kebijakan ini meliputi perencanaan dan pengelolaan sumberdaya ikan berbasis kapasitas, dan pengembangan usaha alternatif yang lebih produktif dan ekonomis di luar sektor perikanan.

6.2 Saran