Pada kondisi tersebut, pertumbuhan populasi adalah dimanfaatkan seluruhnya. Selanjutnya, berdasarkan pendekatan fungsi pada kondisi keseimbangan tersebut
maka dapat diestimasi koefisien kemampuan penangkapan, upaya penangkapan, daya dukung lingkungan, pertumbuhan populasi dan stok ikan.
Pada model bioekonomik dalam perikanan open access, dengan diasumsikan bahwa fungsi produksi perikanan berada dalam kondisi keseimbangan biologis
seperti diuraikan sebelumnya maka nilai pendapatan bersih π dari kegiatan
penangkapan ikan adalah selisih antara total revenue TR dan total cost TC. Pada saat TR = TC, terjadi produksi keseimbangan, sehingga pendapatan bersih
atau rente ekonomi sumberdaya ikan adalah nol, π = 0. Jika biomasa berada
pada kondisi keseimbangan maka produksi yang dihasilkan akan berada dalam keseimbangan biologis maupun ekonomis Gordon 1954, dikenal sebagai
keseimbangan bioekonomi bioeconomic equilibrium. Selanjutnya, dalam kondisi keseimbangan jangka panjang, upaya penangkapan ikan akan berkurang bahkan
berhenti ketika nilai TR ≤ TC, karena penerimaan ekonomi yang dihasilkan adalah
sama dengan biaya penangkapan bahkan lebih kecil, sehingga rangsangan untuk masuk maupun keluar industri perikanan menjadi berkurang bahkan tidak ada.
Pada kondisi ini unit penangkapan ikan mengalami kerugian. Kemudian, jika kurva TC memotong kurva TR pada tingkat upaya penangkapan yang lebih besar
dari pada upaya yang dibutuhkan untuk mencapai MSY, maka kondisi tersebut mengindikasikan over-exploitation. Anderson 1977 menyatakan bahwa jika
tingkat upaya penangkapan ikan berada pada posisi sebelah kiri dari pada upaya penangkapan yang dibutuhkan untuk kondisi TR = TC, maka penerimaan rata-rata
per unit upaya penangkapan AR adalah lebih besar dari pada biaya rata-rata per unit penangkapan ikan AC, atau ARAC. Kondisi ini dapat merangsang unit
penangkapan untuk memperbesar upaya penangkapan bahkan akan memotivasi unit penangkapan baru untuk memasuki usaha penangkapan ikan.
2.5 Kapasitas Perikanan
Kapasitas dapat didefinisikan dalam beberapa pengertian Simon and Schuster 1986, antara lain sebagai “the ability to contain, absorb, or receive and
hold” dan “maximum output or producing ability operating at capacity”.
Menurut Pascoe et al. 2003, konsep kapasitas dapat diartikan berdasarkan
pendekatan teknis engeenering, fisik atau teknologi, dan ekonomis. Dalam kaitannya dengan perikanan maka kapasitas berdasarkan konsep fisik atau
teknologi diartikan sebagai output potensil maksimum yang dapat diproduksi oleh perusahaan atau industri, dengan teknologi, stok kapital dan faktor produksi
lainnya tanpa keterbatasan faktor produksi dalam jangka pendek. Konsep kapasitas secara ekonomi dapat diartikan sebagai tingkat output yang dapat
diproduksi untuk memenuhi tujuan perilaku ekonomi seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya Morison 1985, dan Coelli et al. yang
diacu dalam Pascoe et al. 2003. Kapasitas perikanan secara umum dapat diartikan sebagai faktor input dalam proses produksi oleh manejer industri perikanan
tangkap Lindebo 2004. Pada perikanan tangkap skala kecil atau tradisional, konsep kapasitas tersebut diartikan sebagai ukuran modal dan nelayan.
Fungsi produksi atau teknologi menggambarkan hubungan teknis antara input
dan output. Bagaimana perubahan output sebagai respons terhadap transformasi input adalah bersifat urgen untuk dicermati dalam pemanfaatan
sumberdaya yang dapat pulih. Pada beberapa proses produksi, output mulai meningkat bersamaan dengan meningkatnya input, dan mungkin mencapai tingkat
tertinggi pada penggunaan input tertentu. Penambahan input berikutnya akan menurunkan tingkat produksi. Pola tranformasi input dan output tersebut berlaku
dalam perikanan tangkap di mana stok sumberdaya ikan bersifat biologis. Transformasi input dan output dimaksud, konsep tingkat output maksimum yang
dapat dicapai melalui pengorbanan input secara penuh sangat penting untuk dikaji dalam konteks kapasitas perikanan.
Konsep kapasitas secara teknologi juga menggambarkan kondisi teknologi yang bersifat increasing, decreasing, atau constant returns to scale, sebagai
konsep jangka panjang di mana tidak ada input tetap. Teknologi akan bersifat increasing, decreasing,
atau constant return to scale, jika secara berturut-turut terjadi peningkatan input secara proporsional yang menghasilkan kelebihan,
kurang, atau sama proporsi peningkatan dalam output. Konsep kapasitas tersebut sangat bermanfaat dalam menganalisis pola pengelolaan dan pemanfaatan
sumberdaya ikan.
Sejak konsep kapasitas perikanan dikemukakan oleh FAO tahun 1999 masalah kapasitas perikanan telah menjadi perhatian utama dunia dalam
pengembangan sektor perikanan Kirkley et al. 2004. Ini disebabkan kebijakan pembangunan perikanan berdasarkan kapasitas perikanan capacity utilization dan
capacity measurement dipandang sebagai suatu konsep dan isu strategis yang
mampu memberikan arahan kebijakan baru tentang revitalisasi dan rekonstruksi pembangunan perikanan di masa yang akan datang Fauzi 2005, dan Brown
2006. Dalam kasus perikanan, kapasitas sering diukur berupa jumlah kapal, tonase
kapal, kekuatan mesin, hari melaut, dan biaya-biaya variabel pada operasi penangkapan. Kendrick et al. 1988 yang diacu oleh Lindebo 2004
mengemukakan bahwa jumlah kapal merupakan ukuran yang tak cukup dari stok kapital atau investasi, karena beberapa armada penangkapan dapat memiliki kapal
yang berukuran sama, dan karakteristik alat tangkap serupa. Oleh karena itu, jika jumlah kapal digabungkan maka sejumlah determinan berat adalah penting.
Selanjutnya, kemampuan kapal untuk menangkap merupakan konsep dengan kompleksitas tinggi dan tergantung pada keragaman input yang digunakan.
Tonage kapal GT dan kekuatan mesin PK merupakan indikator kapasitas input armada penangkapan. Indikator tersebut mempengaruhi kemampuan tangkap
kapal, dan pemantauan terhadap input tersebut menghasilkan indikator kapasitas sederhana. Namun, masih terdapat input lain yang tak terpantau, seperti
pemanfaatan kapasitas, dapat meningkat kapasitas secara efektif Lindebo 2004. Menurut
Berndt and
Morrison 1981,
penggunaan kapasitas dan
pemanfaatan kapital adalah ekivalen hanya, jika 1 terdapat stok kapital homogen tunggal, 2 semua input variabel bersifat tetap dalam proporsinya terhadap stok
kapital dan sebaliknya, dan 3 terdapat kondisi constant return to scale CRS. Menurut Coelli et al. 1998 yang diacu dalam Efendi 2007, dikemukakan
bahwa dalam konteks industri penangkapan, teknologi yang digunakan adalah bersifat variable return to scale VRS.
Isu kapasitas penangkapan dalam perikanan dikemukakan dalam kerangka analisis Kirkley and Squires 1999, dan dilanjutkan oleh Lindebo et al. 2002,
dan Lindebo 2003 yang membahas pilihan metode yang tepat untuk
menganalisis kapasitas. Kapasitas penangkapan menurut FAO didefinisikan sebagai jumlah ikan maksimum pada periode waktu tertentu yang dapat
diproduksi oleh armada penangkapan jika dimanfaatkan penuh, pada biomassa dan struktur umur stok ikan dan kondisi teknologi saat itu FAO 1998.
Pendekatan ini dapat menghasilkan informasi dasar tentang kapasitas dan pemanfaatan kapasitas yang bermanfaat untuk mengetahui status armada
penangkapan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam jangka pendek. Terdapat dua konsep penting dalam kapasitas, yakni excess capacity dan
overcapacity Pascoe et al. 2003. Excess capacity merupakan perbandingan
relatif antara tingkat output potensial maksimum terhadap tingkat output pengamatan dalam jangka pendek. Excess capacity terjadi bila perubahan dalam
penawaran dan permintaan yang menyebabkan ketidakseimbangan pasar, sehingga perusahaan akhirnya mempunyai kapasitas untuk menangkap ikan
terlalu banyak. Sedangkan overcapacity adalah perbedaan output potensial maksimum yang dapat diproduksi dan tingkat output optimum yang diinginkan
misalnya konsep MSY, atau MEY. Konsep overcapacity merupakan konsep jangka panjang, serta telah menjadi perhatian utama pengelolaan sumberdaya
ikan. Overcapacity
biasanya terjadi
karena kegagalan
pasar dalam
mengalokasikan input dan output secara efisien. Secara khusus overcapacity dapat menimbulkan kelebihan eksploitasi overexploitation sumberdaya ikan dan tidak
efisiennya penggunaan sumberdaya, kapital stok, dan seluruh faktor produktif lainnya dalam aktivitas penangkapan. Dampak dari excess capacity maupun
overcapacity adalah kerugian masyarakat khususnya nelayan berupa penurunan
keuntungan, inefisiensi
produksi, hilangnya
peluang alternative
dialami masayarakat dan dalam jangka panjang dapat menimbulkan overfishing. Namun,
pengurangan excess capacity maupun overcapacity dapat menimbulkan kerugian bagi nelayan secara finansial maupun sosial.
Kapasitas penangkapan
fishing capacity
dapat diartikan
sebagai kemampuan kapal atau armada untuk menangkap ikan NMFS 1999.
Kemampuan tersebut merupakan fungsi dari faktor-faktor seperti jumlah kapal penangkapan, ukuran kapal, dan efisiensi teknis tiap kapal ditentukan oleh faktor-
faktor seperti alat tangkap dan peralatan di kapal, pengetahuan dan teknik nelayan, ukuran ABK, dan waktu yang dialokasikan ke penangkapan ikan.
Permasalahan kapasitas penangkapan muncul sebagai respons terhadap pemahaman tentang hak kepemilikan sumberdaya ikan yang bersifat common
property yang biasanya diatur dalam kondisi quasi open access dan tingkah laku
manusia dalam mengeksploitasi sumberdaya ikan Gréboval and Munro 1999. Hal tersebut diindikasikan oleh adanya kelebihan modal atau kapal penangkap
overcapitalization dalam industri penangkapan ikan dan kelebihan eksploitasi overexploitation terhadap sumberdaya ikan secara konsisten. Oleh karena itu,
tidaklah mudah untuk menentukan berapa besar kapasitas perikanan yang harus dialokasikan pada suatu wilayah perairan, atau untuk mengetahui kemungkinan
ketidakseimbangan antara kapasitas dan potensi sumberdaya ikan. Dipahami bahwa kelebihan kapasitas dapat mengarah pada tekanan terhadap stok
sumberdaya ikan
secara kontinu.
Kelebihan armada
penangkapan ikan
overcapitalization dan under-utilization kapasitas penangkapan memberikan indikasi pemborosan bersifat ekonomis. Indikasi rendahnya efisiensi ekonomi
dalam kegiatan penangkapan ikan adalah kontinutas bantuan finansial pada industri penangkapan ataupun subsidi perikanan tangkap tanpa memperhitungkan
kapasitas perikanan dan ketersediaan stok sumberdaya ikan. Oleh karena itu, diperlukan upaya rasionalisasi alat tangkap secara efektif dan pengurangan subsidi
perikanan berdasarkan kapasitas perikanan maupun ketersediaan stok ikan sebagai upaya mengatasi kelebihan kapasitas penangkapan.
Pengelolaan kapasitas penangkapan yang sukses merupakan fokus bagi pencapaian
perikanan berkelanjutan
Brown 2006.
Eksistensi kapasitas
penangkapan yang berlebih overcapacity merupakan masalah esensial bagi pemilik kapal dibandingkan dengan kegiatan menangkap ikan. Hal ini
dikarenakan kelebihan kapasitas atau terlalu banyak kapasitas kapital atau kapal dapat mengakibatkan usaha penangkapan ikan tidak efisien. Atau terlalu banyak
kapital yang menganggur dan adanya sumberdaya yang terbuang di kapal, pada kondisi produksi tertentu Kirkley et al. 2004, atau produksi ikan terlalu rendah
pada tingkat pemanfaatan kapital secara penuh.
2.6 Dasar dan Metode Pengukuran Kapasitas