f
0,3
= �
59+55+ 190 3
�= 101 f
0,4
= �
14+10+ 194 3
�= 72
Pencarian nilai greyscale terus dilakukan sampai dengan piksel 4,4 dengan cara yang sama seperti diatas. Selanjutnya hasil perhitungan nilai grayscale di atas
dimasukkan ke dalam matriks grayscale citra embed seperti pada Gambar 3.10.
179 179 150 101 72 179 143 72
72 72
172 79 72
72 72
143 72 72
72 129
136 72 72
72 150
Gambar 3.10 Matriks Grayscale Citra Embed
3.1.3 Insertion Penyisipan MLSB
Penyisipan dengan metode MLSB dilakukan dengan pergantian 5 bit LSB dari piksel citra cover dengan 5 bit citra embed. Penyisipan insertion memiliki arti mengganti
nilai piksel-piksel pada citra penampung, sehingga tidak merubah jumlah piksel pada citra awalnya ukuran citra tidak berubah. Langkah-langkah dalam penyisipan dengan
menggunakan metode MLSB adalah sebagai berikut : 1.
Inputkan nilai greyscale citra embed 2.
Konversikan nilai citra embed kedalam tabel ASCII hexadecimal. 3.
Data diolah dengan mengurangi nilai terendah dari setiap data embed sampai tanda 20h spasi.
4. Data embed yang diperoleh kemudian ditambahkan dengan keterangan control
symbol. 5.
Ubah data embed ke dalam bentuk biner. 6.
Inputkan nilai greyscale citra penampung citra cover. 7.
Baca setiap nilai pixel citra cover, kemudian ubah ke dalam bentuk biner. 8.
Ambil 5 bit citra embed kemudian disisipkan kepada 5 bit LSB citra cover. 9.
Petakan menjadi citra baru citra stego.
Universitas Sumatera Utara
Berikut contoh dilakukan terhadap matriks citra embed pada Gambar 3.10 diatas dengan mengambil piksel pada baris pertamanya saja seperti pada Gambar 3.11.
179 179 150 101 72 Gambar 3.11 Baris Pertama Citra Embed
Nilai greyscale dari baris pertama citra embed dikonversikan ke dalam heksadesimal dengan menggunakan bantuan tabel ASCII menjadi:
179 1
= 31h 7
= 37h 9
= 39h 179
1 = 31h
7 = 37h
9 = 39h
150 1
= 31h 5
= 35h = 30h
101 1
= 31h = 30h
1 = 31h
72 7
= 37h 2
= 32h
Maka berdasarkan nilai greyscale baris pertama citra embed diatas yang telah dikonversikan kedalam ASCII heksadesimal diperoleh data 31h 37h 39h 20h 31h 37h
Universitas Sumatera Utara
39h 20h 31h 35h 30h 20h 31h 30h 31h 20h 37h 32h. Dalama ASCII, angka 20h menyatakan spasi antar piksel.
Data diatas belum sepenuhnya menjadi sebuah data embed, data tersebut harus diolah kembali dengan mengurangi nilai terendah dari setiap data sampai tanda 20h.
Sebagai contoh untuk kelompok data embed pertama sampai 20h adalah 31h 37h 39h, nilai terendahnya adalah 30, maka data embed untuk kelompok pertama setelah
masing-masing dikurangi dengan 30 menjadi 01h, 07h, 09h. Kemudian untuk seterusnya dilakukan kepada tiap-tiap kelompok data sampai tanda spasi 20h.
Setelah dilakukan pengurangan nilai terendah untuk setiap kelompok, data- data tersebut ditambahi dengan keterangan control symbol 1Dh keterangan spasi,
1Eh keterangan nomor dan 1Fh keterangan akhir pesan. Maka akan diperoleh data embed :
1Eh 01h 07h 09h 1Dh 01h 07h 09h 1Dh 01h 05h 0h 1Dh 01h 0h 01h 1Dh 07h 02h 1Fh
Data embed 1Eh 01h 07h 09h 1Dh 01h 07h 09h 1Dh 01h 05h 0h 1Dh 01h 0h 01h 1Dh 07h 02h 1Fh lalu diubah menjadi bentuk biner seperti dibawah ini:
1Eh = 11110
01h = 00001
07h = 00111
09h = 01001
1Dh = 11101
01h = 00001
07h = 00111
09h = 01001
1Dh = 11101
01h = 00001
05h = 00101
0h = 00000
1Dh = 11101
Universitas Sumatera Utara
01h = 00001
0h = 00000
01h = 00001
1Dh = 11101
07h = 00111
02h = 00010
1Fh = 11111
Data embed biner diatas akan disisipkan ke dalam sebuah file citra cover yang direpresentasikan dalam bentuk matriks biner-nya seperti pada Gambar 3.12.
Gambar 3.12 Citra Cover dalam Bentuk Biner
Selanjutnya diambil 5 bit dari tiap-tiap data embed dalam bentuk biner sebelumnya, kemudian disisipkan kedalam 5 bit LSB tiap-tiap piksel citra cover dalam
bentuk biner diatas. Setelah disisipkan, akan menghasilkan sebuah citra baru yakni citra stego seperti pada Gambar 3.13.
00011110 01000001 10100111 10001001 10011101 00100001 01000111 10001001 10111101 11000001
01000101 01000000 10111101 10100001 10100000 01100001 01111101 10100111 10100010 10111111
01010011 10000111 10111000 11000011 11010110 Gambar 3.13 Citra Stego dalam Bentuk Biner
00011110 01001001 10101000 10011101 10001111 00100010 01010000 10011111 10110000 11001010
01010010 01001011 10100101 10111100 10110111 01100111 01100011 10101010 10110001 10110110
01010011 10000111 10111000 11000011 11010110
Universitas Sumatera Utara
30 65 167
137 157 33 71
137 189 193
69 64 189
161 160 97 125 167
162 191 83 135 184
195 214 Gambar 3.14 Matriks Citra Stego dalam Bentuk Grayscale
30 73
168 157 143 34
80 159 176 202
82 75
165 188 183 103 99
170 177 182 83
135 184 195 214 Gambar 3.15 Matriks Citra Cover dalam Bentuk Grayscale
Berdasarkan Gambar 3.14 dan Gambar 3.15 diatas, dapat dilihat perbedaan nilai piksel antara citra stego dengan citra cover yang ditimbulkan akibat proses
penyisipan menggunakan metode MLSB.
3.1.4 Extraction MLSB