Data Validasi untuk Model Geometri Perhitungan Kadar Emisi SO Langkah Kerja Penelitian

17 Tabel 5 Data fisik cerobong Keterangan Cerobong Kapasitas MW 400 Waktu Operasi jam tahun -1 7446 Efisiensi Produksi 34.8 Jenis Bahan Bakar batubara Konsumsi ton jam -1 170 Tinggi m 200 Diameter Dalam m 5.5 Suhu Gas o C 130 Kecepatan Gas Keluar m det -1 20 digunakan pada penelitian ini adalah data cerobong pada unit 1-4 Tabel 5.

3.2.1.2 Data Klimatologi

Simulasi penyebaran SO 2 yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan data klimatologi pada tanggal 5 Mei 2005 yang didapatkan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG Serang, Banten. Data klimatologi tersebut antara lain: • Suhu rata-rata harian: 28.2 o C • Kecepatan angin rata-rata : 2.5 m det -1 • Arah angin terbanyak : 225º Tanggal 5 Mei 2005 dipilih dengan pertimbangan bahwa pada tanggal tersebut arah angin rata-rata berhembus menuju ke arah 225º barat daya. Arah tersebut kurang lebih sama dengan lokasi pengukuran sampling polutan SO 2 yaitu perumahan Suralaya dan Lebak Gede yang letaknya di sebelah barat daya PLTU Suralaya. Hal tersebut dimaksudkan agar pembandingan data hasil simulasi dengan data hasil pengukuran lapang yang nantinya dilakukan akan menjadi lebih realistis.

3.2.1.3 Data Validasi dan Pembanding

Data validasi dan pembanding yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data validasi untuk model geometri dan data pembanding untuk hasil simulasi.

a. Data Validasi untuk Model Geometri

Validasi kondisi aliran di dalam model geometri dilakukan untuk melihat apakah aliran tersebut sudah memenuhi kriteria mendekati kondisi sebenarnya. Selain itu, validasi juga dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah model yang telah dibuat terdapat kesalahan yang nantinya dapat berdampak pada keakuratan hasil dari komputasi yang akan dilakukan. Besaran yang digunakan sebagai validasi adalah nilai drag coefficient C D pada bilangan Reynolds Re yang mendekati sama dengan penelitian sebelumnya. Perhitungan bilangan Reynolds pada penelitian ini adalah sebagai berikut: = 1.225 × 3.7634 × 5.5 1.7894 × 10 = 1.4 × 10

b. Data Pembanding untuk Hasil Simulasi

Data pengukuran lapang yang digunakan sebagai pembanding adalah data hasil pengukuran kualitas udara emisi SO 2 di cerobong PLTU Suralaya serta data hasil pengukuran SO 2 di udara ambien yang dilakukan di sekitar daerah Suralaya yaitu perumahan Suralaya dan Lebak Gede pada tahun 2005.

3.2.2 Alat

1. Seperangkat alat komputer 2. Microsoft Office 2007 3. GAMBIT versi 2.2.30 4. Fluent versi 6.3.26

3.3 Perhitungan Kadar Emisi SO

2 dari Cerobong Perhitungan kadar emisi SO 2 Q dihitung menggunakan nilai faktor emisi emission factor sesuai dengan standar EPA. Perhitungan faktor emisi untuk SO 2 adalah sebagai berikut Nevers 2000: Faktor emisi = kadar sulfur × faktor pengali = 0.3 × 38 = 11.4 lb ton -1 18 Nilai kadar sulfur tersebut didapat dari data pengukuran lapang yang dilakukan oleh Ruhiyat 2009 yaitu sebesar 0.3 sedangkan nilai faktor pengali merupakan nilai standar yang ditetapkan EPA untuk kandungan SO 2 dalam pembakaran batubara. Setelah mendapatkan nilai faktor emisi, kadar emisi SO 2 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut ini: Q = faktor emisi × konsumsi batubara = 11.4 lb ton -1 × 170 ton jam -1 = 1938 lb jam -1 = 0.24418 kg det -1

3.4 Langkah Kerja Penelitian

Pada penelitian ini simulasi dilakukan dengan menggunakan dua perangkat lunak untuk memecahkan permasalahan, yaitu perangkat lunak Gambit dan Fluent. Langkah pengerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Membuat geometri dan mesh Pemodelan geometri pada simulasi ini berbentuk balok berdimensi x, y, z 4800 m, 250 m, 800 m dan sebuah cerobong dengan bentuk silinder di dalamnya dengan tinggi 200 m dan diameter 5.5 meter Gambar 8. Keterangan diagram kartesian pada hasil simulasi menunjukkan bahwa arah x merupakan arah downwind searah aliran angin dan arah y merupakan arah crosswind tegak lurus terhadap arah datang angin. Jarak 4800 m ke arah x ditentukan berdasarkan adanya pemukiman pada jarak 2900 m. Selain itu, pada jarak 4800 m tersebut daerah outflow dianggap alirannya sudah tidak terganggu undisturbed flow, demikian pula pada batasan wilayah ke arah y dan z serta jarak antara velocity inlet dengan cerobong. Selain itu, untuk batasan wilayah 800 m ke arah z, jarak tersebut dianggap cukup untuk melihat bentukan kepulan dan sebaran SO 2 , begitu pula dengan batasan wilayah 250 m ke arah y dianggap sudah dapat mewakili sebaran gas SO 2 . Setelah model geometri dengan batasan-batasan tersebut telah dibuat, maka geometri tersebut harus diberikan grid meshing. Pengaturan ukuran grid pada geometri dilakukan dengan mempertimbangkan lamanya waktu komputasi sehingga ukuran grid yang halus hanya difokuskan pada daerah yang vital saja yaitu daerah yang berada dekat dengan benda padat cerobong dan tanah karena pada daerah tersebut banyak terjadi gangguan gradien tinggi. Semakin menjauhi benda padat, ukuran grid akan semakin besar Blocken et al. 2006 dan Baik et al. 2003. Gambar 8 Model geometri simulasi Selain itu, penghematan waktu komputasi juga dilakukan dengan cara memberikan kondisi batas simetri pada daerah centerface searah sumbu x, komputasi hanya dilakukan pada sebagian daerah model saja sehingga dapat menghemat waktu sampai dengan 50 Lampiran 2a. Hal tersebut dapat dilakukan karena angin yang mengalir di dalam model tersebut membentuk sudut serang 0º atau paralel terhadap sumbu x sehingga fenomena yang terjadi di sebelah kanan ataupun kiri simetri akan sama. Oleh karena itu, pada penelitian ini komputasi hanya dilakukan pada daerah di sebelah kiri saja. Sebelum geometri tersebut dimasukkan ke dalam Fluent, mesh yang telah dibuat harus diperiksa terlebih dahulu. Salah satu tipe kualitas yang dapat dipakai sebagai rujukan apakah mesh yang telah kita buat sudah baik atau tidak adalah dengan melihat nilai equiangle skew yang nilainya tidak boleh melebihi dari 0.9 Tuakia 2008. Pada penelitian ini, nilai equiangle skew dari mesh yang telah dibuat adalah sebesar 0.85 yang artinya mesh yang telah dibuat sudah cukup baik dan dapat diproses selanjutnya di dalam Fluent. 2. Memilih solver Pada saat membuka Fluent, terdapat pilihan untuk menggunakan solver 2D atau 3D dengan presisi tunggal atau presisi ganda single precision atau double precision. Pada penelitian ini digunakan Solver 3D dengan keakuratan double precision. 3. Mengimpor dan memeriksa grid Grid model yang dibuat di dalam GAMBIT diimpor dalam bentuk mesh file kemudian di dalam Fluent diperiksa kembali 19 apakah grid tersebut masih terdapat kesalahan atau tidak. 4. Memilih formulasi Solver Fluent menyediakan tiga formulasi solver antara lain: • Pressure Based • Density Based implicit • Density Based explisit Pada penelitian ini formulasi solver yang digunakan adalah Pressure Based Solver dengan rincian sebagai berikut: • Solver : pressure-based • Space : 3D • Velocity formulation : absolute • Formulation : implicit • Time : steady • Gradient option : green gauss cell based • Porous formulation : superficial velocity 5. Menentukan model dan persamaan dasar Pada Fluent terdapat berbagai model dan persamaan dasar yang dapat dipilih sesuai dengan kasus yang akan dianalisis. Pada penelitian ini digunakan beberapa persamaan yaitu viskositas Spalart-Almarass, transpor spesies tanpa reaksi kimia, dan perpindahan panas secara konveksi. Persamaan turbulensi Spalart-Allmaras dipilih dengan pertimbangan bahwa persamaan ini membutuhkan daya komputasi yang lebih kecil dibandingkan dengan model turbulensi lainnya sehingga dapat menghemat waktu komputasi. Rincian penentuan model dan persamaan dasar pada Fluent adalah sebagai berikut: 1. Persamaan viskositas • Model : Spalart-Allmaras • Options : vorticity based production 2. Persamaan transpor spesies • Model : spesies transport • Mixture Template Mixture species : SO 2 dan udara Density : incompressible ideal gas Cp : mixing law Thermal conductivity : ideal gas mixing law Viscosity : ideal gas mixing law Mass diffusivity : constant dilute appx 3. Menentukan kondisi operasi operating conditions Kondisi operasi yang harus ditentukan antara lain: • Tekanan : 1 atm • Percepatan gravitasi : -9.8 m det -2 • Suhu operasi : rata-rata suhu dari masing- masing kestabilan atmosfer 4. Menentukan material Fluida yang digunakan dalam penelitian ini adalah udara dan SO 2 pada kondisi STP dengan sifat fisik masing-masing Tabel 6. 5. Menentukan kondisi batas boundary condition Pada penelitian ini, diperlukan informasi mengenai variabel pada domain geometri dan informasi tersebut harus dimasukkan ke dalam kondisi batas Lampiran 3. Penentuan kondisi batas tersebut antara lain : Velocity Inlet Adalah daerah inputan untuk data profil angin dan suhu. Pada kondisi batas ini dimasukkan nilai-nilai sebagai berikut: • Momentum Velocity specification method : components Reference frame : absolute X-velocity ms : profil angin manual Y-velocity ms : 0 Z-velocity ms : 0 Tabel 6 Karakteristik udara dan SO 2 Keterangan SO 2 Udara Suhu o C 130 Bervariasi Konduktivitas Panas W m -1 K -1 0.0104 0.025 Viskositas kg m -1 s -1 1.2 × 10 -5 1.7894 × 10 -5 Kerapatan kg m -3 2.77 1.225 20 Turbulence v Specification method : turbulent viscosity ratio v Turbulent viscosity ratio : 0.1 konstan • Termal Suhu : profil suhu manual • Spesies Fraksi massa SO 2 : 0 Mass Flow Inlet Adalah daerah tempat dimana keluarnya emisi SO 2 daerah muka cerobong bagian atas. Pada kondisi batas ini dimasukkan nilai-nilai sebagai berikut: • Momentum SO 2 flow rate : 0.24418 kg det -1 Supersonic gauge pressure : 0 Direction specification method : direction vector Reference Frame : absolute Coordinate system v X-component of flow direction = 0 v Y-component of flow direction = 0 v Z-component of flow direction = 1 Turbulence v Specification method : turbulent viscosity ratio v Turbulent viscosity ratio : 0.1 konstan • Termal Suhu : 130 ºC • Spesies Fraksi massa SO 2 : 0.003 Outflow Adalah batas terluar downwind. Pada penelitian ini terdapat dua outflow yang pada masing-masing kondisi batas tersebut dimasukkan nilai flow rate weighting sebesar 0.5. Wall Adalah daerah batasan model yang berbentuk padat tanah dan cerobong. Nilai pada kondisi batas ini dikondisikan default. Symmetry Adalah daerah yang alirannya terbebaskan tidak ada halangan. Pada kondisi batas ini tidak perlu memasukkan nilai tertentu. 6. Solusi kontrol Pada saat menentukan kriteria solusi kontrol dalam Fluent, ditentukan nilai-nilai sebagai berikut: • Pressure velocity coupling : SIMPLE • Under Relaxation Factor URF Pressure : 0.3 Density : 1 Body force : 1 Momentum : 0.3 Modified turbulent viscosity : 0.8 Turbulent viscosity : 1 SO 2 : 1 Energi : 1 • Diskretisasi Pressure : second order upwind Momentum : second order upwind Modified turbulent viscosity : second order upwind SO 2 : second order upwind Energi : second order upwind 7. Inisialisasi medan aliran Sebelum memulai perhitungan atau menjalankan program, hal yang harus lebih dahulu dilakukan adalah melakukan inisialisasi. Inisialisasi merupakan dugaan awal pada kondisi batas mana kita akan memulai perhitungan. 8. Melakukan perhitungan atau iterasi Pada proses perhitungan, terlebih dahulu yang dilakukan adalah menentukan kriteria konvergensi, yaitu kesalahan atau perbedaan antara dugaan awal dan hasil akhir yang dilakukan oleh Fluent pada masing- masing persamaan yang digunakan. Setelah itu, barulah tentukan jumlah iterasi model yang akan dilakukan. Fluent akan berhenti melakukan iterasi ketika telah konvergen atau ketika mencapai jumlah iterasi. 21 9. Output program Hasil keluaran dari Fluent diantaranya dapat berupa kontur, vector, pathline dan particle track. Pada penelitian ini penggambaran output akan ditampilkan dalam bentuk kontur tiga dimensi. Kontur konsentrasi SO 2 hasil simulasi, diatur skalanya dengan konsentrasi maksimumnya sebesar 365 µg m -3 atau sama dengan 5.703125 × 10 -9 kmol m -3 . Nilai tersebut merupakan nilai ambang batas polutan SO 2 berada di udara ambien. Konversi satuan konsentrasi SO 2 hasil simulasi Fluent ditunjukkan pada contoh perhitungan sebagai berikut: 1 = × 64 × 10 × 10 = 6.4 × 10

3.5 Asumsi Model