2
Beberapa definisi mengenai pencemaran udara antara lain, pencemaran
udara merupakan masuknya bahan kimia ke dalam atmosfer akibat aktivitas manusia yang
menyebabkan peningkatan konsentrasi di atas batas yang ditentukan Krupa 1997. Lebih
lanjut, pencemaran udara juga dapat didefinisikan sebagai hadirnya beberapa zat
kimia yang tidak diinginkan di atmosfer, baik alami maupun akibat aktivitas manusia dalam
jumlah yang berada diatas ambang batas dan dapat membahayakan bagi manusia, hewan,
tumbuhan, ataupun material di sekitarnya Seinfeld 1986; Nevers 2000. Berdasarkan
definisi tersebut, semua partikel atau zat baik itu berupa padat, cair, ataupun gas yang
kadarnya melebihi ambang batas yang ditentukan serta membahayakan makhluk
hidup dapat dikatakan sebagai zat pencemar atau polutan.
2.1.1 Sumber dan Jenis Pencemaran
Udara Menurut asalnya, sumber pencemar
berasal dari dua sumber, yaitu alam biogenic dan aktivitas manusia anthropogenic.
Pencemaran udara alami adalah masuknya zat pencemar ke dalam udara, diakibatkan oleh
proses-proses alam seperti aktivitas vulkanik gunung berapi, asap kebakaran hutan, debu
meteorit, pancaran garam dari laut, dan sebagainya. Sedangkan pencemaran buatan,
yang merupakan penyumbang 90 sumber pencemaran di daerah perkotaan, adalah
masuknya zat pencemar oleh kegiatan manusia yang pada umumnya tanpa disadari
terutama dihasilkan dari pembakaran batubara, minyak, dan gas Soenarmo 1999;
Tjasyono 2003. Sumber
anthropogenic dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu
pencemaran akibat aktivitas transportasi, industri, dan persampahan Soedomo 2001.
Menurut Soenarmo 1999, sumber pancaran zat pencemar ke dalam udara
atmosfer ada tiga macam, antara lain: 1.
Sumber titik kontinu, contohnya cerobong asap dari pabrik tenaga listrik
yang memancarkan zat pencemar ke dalam udara
2. Sumber garis, contohnya emisi yang
dikeluarkan oleh kendaraan bermotor yang bergerak
3. Sumber bidang atau area, merupakan
sumber pencemar yang dipancarkan dari suatu daerah, seperti perkotaan, kawasan
industri, dan sebagainya Sumber pencemar tersebut
menghasilkan beberapa jenis zat pencemar yang berbeda-beda. Transportasi paling
banyak menghasilkan zat pencemar karbon monoksida CO, industri menghasilkan
timbal Pb dan volatile organic compounds VOCs, sedangkan untuk pembakaran
batubara paling banyak menghasilkan particulate matter PM
10
, nitrogen oksida NO
x
, dan sulfur oksida SO
x
.
2.1.2 Karakteristik Sulfur Oksida SO
x
Gas sulfur oksida atau SO
x
yang terdiri dari gas SO
2
dan SO
3
mempunyai sifat yang berbeda. SO
2
berbau tajam dan tidak mudah terbakar. Baunya akan terdeteksi oleh
indera manusia ketika konsentrasinya berkisar antara 0.3-1.0 ppm. SO
2
merupakan pencemar primer yang berada di atmosfer dan bereaksi
dengan pencemar lain membentuk senyawa sulfur dan dapat menyebabkan hujan asam.
Sedangkan SO
3
bersifat sangat reaktif dan mudah bereaksi dengan uap air yang ada di
udara kemudian membentuk H
2
SO
4
. Sulfur trioksida berwarna biru ketika partikel
senyawanya sangat kecil, mencapai warna putih yang maksimum ketika ukurannya lebih
besar, dan dengan cepat menjadi tidak terlihat ketika jumlah SO
3
yang sama terkondensasi ke dalam partikel yang sedikit lebih besar
Scorer 1968. Sumber terbesar penyumbang
kontaminan gas SO
2
akibat aktivitas manusia adalah pembangkit tenaga listrik berbahan
bakar batubara dengan persentasi sebesar 41.6 Warner 1937. SO
2
yang berasal dari aktivitas manusia jumlahnya hanya sepertiga
dari jumlah keseluruhan yang terdapat di atmosfer. Sebanyak dua pertiganya berasal
dari sumber alami, yaitu letusan gunung berapi.
Kadar SO
2
yang jumlahnya melebihi ambang batas dapat membahayakan makhluk
hidup. Pada tanaman dampaknya dapat dilihat dengan ciri-ciri fisik seperti timbulnya corak
berwarna keputihan pada daun tanaman yang dapat berakibat terjadinya kehilangan klorofil
dan plasmolisis kerusakan sel daun. Alfalfa, gandum, kapas, dan apel merupakan contoh
tanaman yang paling sensitif terhadap sulfur dioksida. Tanaman tersebut dapat terinfeksi
pada konsentrasi SO
2
sebesar 780 µg m
-3
selama 8 jam Vesilind et al. 1990. Pada hewan dan manusia, pengaruh SO
2
berdampak pada kerusakan atau gangguan pernapasan.
Iritasi tenggorokan pada manusia dapat terjadi pada konsentrasi 5 ppm atau lebih, bahkan 1-2
3
ppm pada individu yang lebih sensitif. Jika kadarnya mencapai 6-12 ppm, SO
2
mudah diserap oleh selaput lendir pernapasan bagian
atas dan bersifat iritan. Apabila kadarnya semakin bertambah maka akan terjadi
peradangan pada selaput lendir disertai dengan paralycis cilia, dan jika berkelanjutan
dan terjadi berulang kali akan menyebabkan hyper plasia yang berpotensi menyebabkan
timbulnya kanker Fardiaz 1992. Dampak yang lain dari polutan SO
2
juga dapat terjadi pada material. Material, contohnya gedung,
dapat mengalami korosi yang lebih cepat pada bagian luarnya yang menyebabkan kerusakan
secara fisik.
Sebagai tambahan, dampak yang ditimbulkan oleh polutan SO
2
seperti yang dijabarkan sebelumnya, khususnya oleh
aktivitas manusia adalah akibat dari distribusinya yang tidak merata melainkan
terpusat pada daerah tertentu saja sehingga konsentrasinya menjadi tinggi. Hal inilah
yang berbahaya bagi makhluk hidup dan material di sekitarnya.
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi