rate, maka NPV usaha besarnya nol atau negatif artinya usaha sebaiknya tidak dilaksanakan. Persamaan untuk menghitung IRR ialah:
��� = �
′
+ � − �′ ���′
���
′
− ���
Keterangan: i’ : tingkat discount rate DR pada saat NPV positif,
i” : tingkat discount rate DR pada saat NPV negatif, NPV’ : nilai NPV positif,
NPV” : nilai NPV negatif. Komoditas unggulan yang dipilih sebagai prioritas untuk dikembangkan adalah
yang memiliki nilai NPV1, BCR1, IRR tinggi dan memberikan keuntungan benefit paling besar. Semakin tinggi nilai IRR maka akan semakin tinggi kemampuan suatu
usaha untuk membayar biaya atas penggunaan sumber daya.
Analisis Lahan yang Berpotensi Pengembangan Komoditas Unggulan
Lahan yang berpotensi pengembangan komoditas unggulan diperoleh melalui evaluasi ketersediaan lahan yang dilanjutkan dengan evaluasi kesesuaian
lahan pada lahan yang tersedia terhadap lingkungan ekologis. Lahan-lahan yang merupakan kawasan lindung, lahan terbangun, sawah dan tubuh air serta kawasan
yang telah dibebani izin dimasukkan kedalam lahan yang tidak tersedia untuk pengembangan
komoditas unggulan.
Lahan-lahan dengan
penggunaan kebunladang, semak belukar dan tanah kosong dimasukkan dalam lahan yang
tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan. Selanjutnya lahan yang tersedia ini akan di-overlay dengan peta pola ruang Kabupaten Pakpak Bharat untuk
disesuaikan alokasi penggunaan lahannya. Lahan-lahan yang tersedia ini nantinya akan dievaluasi kesesuaian lahannya terhadap lingkungan ekologis sesuai dengan
persyaratan tumbuhnya.
1. Analisis Ketersediaan Lahan
Analisis ketersediaan lahan dilakukan pada tahap awal untuk pemilihan wilayah yang akan dijadikan sebagai wilayah pengembangan sehingga dapat
dilokalisir dan dititikberatkan hanya pada lokasi-lokasi yang telah dideliniasi sebagai wilayah pengembangan Widiamatka, 2013. Ketersediaan lahan untuk
pengembangan komoditas unggulan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa kriteria sebagai berikut:
1.
Pada peta pola ruang, lahan tersebut merupakan kawasan peruntukan perkebunan, peruntukan pertanian lahan kering dan peruntukan pertanian lahan
basah.
2. Pada peta status kawasan hutan merupakan areal penggunaan lain APL.
3. Pada peta perijinan, lahan tersebut merupakan kawasan peruntukan
pengembangan daerah non industri. 4.
Pada peta pengunaan lahan, termasuk pada penggunaan lahan berupa ladangtegalan,
kebun campuran,
tanah kosongterbuka,
padang rumputilalang, semak belukar dan lahan tidak teridentifikasi.
Peta-peta ini selanjutnya dianalisis menggunakan metode overlay untuk mendapatkan gambaran luasan lahan yang tersedia bagi pengembangan komoditas
pertanian di Kabupaten Pakpak Bharat. Tahapan proses overlay yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan georeferensi terhadap peta yang ada untuk menyamakan referensi
spasialnya, baik titik koordinat peta maupun besaran skalanya; 2.
Dengan menggunakan fungsi intersect kemudian dilakukan proses overlay secara bertahap terhadap keempat peta dasar;
3. Menambahkan atribut-atribut pada peta hasil sesuai dengan kebutuhan berupa
pola ruang yang peruntukannya untuk sektor pertanian, APL, areal yang tidak dibebani hak atau izin tertentu dan secara penggunaan lahan bukan areal
terbangun.
4. Menampilkan secara spasial peta ketersediaan lahan.
2. Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis kesesuaian lahan dilakukan terhadap lahan tersedia untuk pengembangan komoditas unggulan yang dinyatakan layak untuk dikembangkan
dan diusahakan. Metode yang digunakan adalah Evaluasi Kesesuaian Lahan FAO Sitorus, 2004; Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007. Lahan yang potensial
dijadikan kawasan komoditas unggulan berdasarkan kesesuaian secara spasial dan biofisik adalah lahan yang memiliki kelas Sesuai S1, S2 dan S3 untuk komoditas
unggulan diantara komoditas yang ada. Kelas tidak sesuai N tidak termasuk areal yang potensial dalam penelitian ini.
Kesesuaian lahan yang digunakan merupakan kesesuaian lahan aktual yang didasarkan pada karakteristik lahan eksisting. Peta tanah yang digunakan
merupakan peta skala tinjau 1:250,000 dengan tingkat kedetilan data masih sangat rendah, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan analisis kesesuaian lahan
potensial. Selain itu data penunjang untuk melakukan analisis kesesuaian lahan potensial tidak tersedia seperti nilai ekonomi dari perbaikan terhadap faktor
pembatas.
Karakteristik lahan tekstur dan drainase didapatkan melalui Peta Kemampuan Tanah skala 1:250,000 dari BPN Kabupaten Pakpak Bharat. Data
karakteristik singkapan lahan dan batuan permukaan didapat melalui survei lapangan yang telah dihimpun oleh Bappeda Kab. Pakpak Bharat. Evaluasi lahan
yang dilakukan pada penelitian ini didasarkan pada kriteria fisik lahan.
Karakteristik suhu udara menurut Djaenudin et al. 2003 dapat diduga berdasarkan ketinggian tempat elevasi dari atas permukaan laut. Pendugaan
tersebut dengan menggunakan pendekatan rumus dari Braak 1928. Berdasarkan hasil penelitiannya di Indonesia suhu di dataran rendah pantai berkisar antara 25-
27°C, dan rumus yang dapat digunakan rumus Braak adalah sebagai berikut:
Suhu udara °C = 26.3°C - 0.01 x elevasi dalam meter x 0.6°C Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan membandingkan karakteristik
lahankualitas lahan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan di Kabupaten Pakpak Bharat. Hal ini dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
kesesuaian lahan, ketersediaan lahan, landuse existing dan pola ruang untuk pengembangan komoditas unggulan. Analisis lahan yang berpotensi untuk
pengembangan komoditas unggulan di Kabupaten Pakpak Bharat diperoleh melalui proses tumpang tindih overlay didasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk
komoditas unggulan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Kementerian Pertanian Tahun 2011 dengan menggunakan Software
ArcGIS. Lahan yang menjadi prioritas areal pengembangan komoditas unggulan adalah lahan yang memiliki kelas kesesuaian S1, S2 dan S3.
Berdasarkan ketersediaan data, evaluasi lahan dilakukan dengan mempertimbangkan empat jenis kualitas lahan dan tujuh karakteristik lahan
sebagaimana tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Kualitas dan Karakteristik Lahan dalam Evaluasi Lahan
No Kualitas Lahan
Karakteristik Lahan Satuan
1 Temperatur
Temperatur rata-rata °C
2 Ketersediaan Air Rata-rata curah hujan
Kelembaban Bulan Kering
mmtahun Bulan
3 Media Perakaran Drainase
Tekstur Bahan Kasar
Kedalaman Tanah Kelas
Kelas Cm
4 Gambut
Ketebalan Kematangan
Cm Kelas
5 Retensi Hara
KTK Tanah Kejenuhan Basa
pH H
2
O C-Organik
Cmol Kelas
Kelas
6 Hara Tersedia
N Total P
2
O
5
K
2
O 5
Mg100g Mg100g
7 Toksisitas
Salinitas dSm
8 Sodisitas
Alkalinitas 9
Bahaya Sulfidik Kedalaman Sulfidik
Cm 10
Bahaya Erosi Lereng
Bahaya longsorerosi Kelas
Kelas 11
Penyiapan Lahan
Batuan Permukaan Singkapan Batuan
Konsistensi, berat butir Kelas
12 Bahaya Banjir
Genangan Kelas
Keterangan parameter yang dikaji dalam penelitian ini
Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah
Tingkat perkembangan wilayah atau hirarki wilayah Kabupaten Pakpak Bharat diperoleh melalui analisis skalogram. Analisis skalogram adalah analisis
yang digunakan untuk mengelompokkan satuan pemukiman berdasarkan tingkat kompleksitas fungsi pelayanan yang dimilikinya, serta menentukan jenis dan
keragaman pelayanan dan fasilitas yang terdekat pada pusat –pusat pelayanan
dengan berbagai tingkatan Utari, 2015. Hirarki wilayah dapat menggambarkan perkembangan wilayah berdasarkan
jumlah fasilitas dan aksesibilitasnya Sitorus et al. 2015 serta jumlah penduduk Arifien et al.
2012. Menurut Syafi’i dan Santoso 2015, analisis skalogram
dilakukan dengan menghitung jumlah unit jumlah infrastruktur dan jumlah jenis infrastruktur pada setiap kecamatan. Dengan demikian akan diperoleh hasil
kecamatan dengan kelengkapan infrastruktur baik serta orde perkotaan menurut kemampuan pelayanan ekonominya.
Penelitian ini menggunakan data statistik kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat yang menggambarkan seluruh potensi
sumberdaya fisik, sosial, dan ekonomi wilayah. Kriteria penentuan hirarki wilayah dibagi atas tiga hirarki, yaitu:
a. Hirarki I, jika Indeks Perkembangan Kecamatan IPK ≥ rataan IPK total +
simpangan baku IPK total b.
Hirarki II, jika rataan IPK total IPK rataan IPK total + simpangan baku IPK total
c. Hirarki III, IPK rataan IPK
Penyusunan tabel skalogram menggunakan asumsi bahwa masing-masing fasilitas mempunyai bobot dan kualitas yang bersifat indifferent. Tahap-tahap
dalam penyusunan skalogram adalah sebagai berikut: 1.
Menyusun fasilitas sesuai dengan penyebaran dan jumlah fasilitas di dalam unit-unit wilayah. Fasilitas yang tersebar merata di seluruh wilayah diletakkan
dalam urutan paling kiri dan seterusnya sampai fasilitas yang terdapat paling jarang penyebarannya di dalam seluruh unit wilayah. Angka yang dituliskan
adalah jumlah fasilitas yang dimiliki setiap unit wilayah.
2. Menyusun wilayah sedemikian rupa dimana unit wilayah yang mempunyai
ketersediaan fasilitas paling lengkap terletak di susunan paling atas, sedangkan unit wilayah dengan ketersediaan fasilitas paling tidak lengkap terletak di
susunan paling bawah.
3. Menjumlahkan seluruh fasilitas secara horizontal baik jumlah jenis fasilitas
maupun jumlah unit fasilitas di setiap unit wilayah. 4.
Menjumlahkan masing-masing unit fasilitas secara vertikal sehingga diperoleh jumlah unit fasilitas yang tersebar di seluruh unit wilayah.
5. Dari hasil penjumlahan ini posisi teratas merupakan subwilayah yang
mempunyai fasilitas terlengkap. Posisi terbawah merupakan subwilayah dengan ketersediaan fasilitas umum paling tidak lengkap.
6. Jika dari hasil penjumlahan dan pengurutan ini diperoleh dua daerah dengan
jumlah jenis dan jumlah unit fasilitas yang sama, maka pertimbangan ke tiga adalah jumlah penduduk. Sub wilayah dengan jumlah penduduk lebih tinggi
diletakkan pada posisi di atas. Data yang digunakan dalam analisis skalogram adalah 1 data jumlah
penduduk, 2 data fasilitas pendidikan berupa jumlah Taman Kanak-kanak TK, Sekolah Dasar SD, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP dan Sekolah
Menengah Umum SMU sederajat, 3 data fasilitas kesehatan berupa jumlah Rumah Sakit Umum RSU, Pusat Kesehatan Masyarakat, Puskesmas Pembantu,
Klinik KB, 4 data fasilitas sosial berupa jumlah pasar, koperasi dan terminal, 5 data fasilitas ekonomi berupa bank, hotel, tokowarung, rumah makan, industri
kecil dan industri rumah tangga dan 7 data aksesibilitasjarak ke ibukota.
Arahan Rencana dan Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Pakpak Bharat