uang transport 10 ribu tiap kali pertemuan. Hal ini seperti yang beliau tuturkan dalam wawancara tanggal 19 September 2007 berikut:
“Ada dua tahap sekolah lapangan itu. Tahap pertama itu ada 7 kali pertemuan isinya teori. Tahap ke 2 itu baru diajari
prakteknya...seperti caranya membuat pupuk cair, biang kompos, pembibitan. Sekolah lapangannya itu tiap Selasa, dari jam 9
sampai jam 1, tapi untuk Puasa ini dari jam 8 sampai 12. tahunya, terus ikutnya sekolah lapangannya ini dari undangan dari
sana..terus sampai sekarang masih ikut. Peserta Sekolah lapangannya itu gratis.. malah sering dapat uang transport 10
ribu..ada uang makan juga tapi kok banyak yang sekarang itu tidak ikut.”
Beliau mengaku selama mengikuti Kegiatan Sekolah Lapangan ini,
makin tambah pengalaman dan wawasannya. Beliaupun ingin terus mengikuti kegiatan ini.
6. Iswiyanti Rahayu Mbak Is
Ibu dua anak berusia 36 tahun istri dari Bapak Nurochman anggota BPD Kemiren ini adalah juga salah satu peserta program
pemberdayaan yang dilaksanakan oleh PeraPEKA bersama ESP Environmental Service Program organisasi program pelayanan
Lingkungan yang merupakan badan dari USAID dalam upaya konservasi alam kawasan lingkar Merapi yaitu mengikuti sekolah lapangan.
Pendidikan terakhir beliau adalah Sekolah Menengah Atas. Pengalaman berorganisasi beliau adalah sebagai pengurus PKK. Beliau tinggal di
dusun Kamongan Cilik Rt 01 ARw 02 Kemiren Srumbung. Awalnya beliau tidak begitu mengetahui tentang PeraPEKA. Yang
Beliau ketahui hanya PeraPEKA sebagai organisasi yang peduli lingkungan, karena ada penambangan diatas daerah Merapi yang
merusak Lingkungan. Menurut beliau masyarakat kebanyakan kurang mengetahui keberadaan PeraPEKA. Hal ini seperti yang dituturkan beliau
dalam wawancara tanggal 19 September 2007 berikut: “Saya nggak begitu tahu tentang PeraPEKA itu sendiri,
bagaimanapun juga orang-orangnya...yang saya tahu itu hanya organisasi yang peduli lingkungan, karena ada penambangan
diatas yang merusak Lingkungan.Kebanyakan masyarakat pada nggak ngerti...Nek setahu saya mulai ada itu pas ada masalah
penambangan diatas Kali Gesik atas sana.” Program pemberdayaan masyarakat oleh PeraPEKA yang beliau
ikuti sampai saat ini baru Sekolah Lapangan yang juga diikuti oleh 25 orang yang merupakan perwakilan dari tiap RT yang ada di Desa Kemiren.
Tahap sekolah Lapangan yang beliau ikuti pada tahap pertama adalah berupa teori, tahap kedua praktek dan program ketiganya adalah
pengembangan. Dengan mengikuti Sekolah Lapangan tersebut Ibu Is mengaku menjadi tahu mengenai banyak hal misalnya tentang pembuatan
pupuk. Sekolah Lapangan yang beliau ikuti seperti halnya Ibu Harni yaitu pada hari Selasa pada jam yang sama bertempat di base camp gubug
Gasebo. Hal ini seperti yang dituturkan beliau dalam wawancara tanggal 19 September 2007 berikut:
“Program yang saat ini saya ikuti hanya Sekolah lapangan yang diikuti oleh 25 orang dan itu hanya perwakilan dari tiap RT, dua
orang yaitu pak Rtnya dengan masyarakatnya. Tahap pertama itu cuma teori, tahap keduanya praktek dan tahap ketiganya sekarang
pengembangan.katanya dananya masih, terus mau buat biogas tapi nggak jadi, terus karena orang sini banyak yang punya sapi
maka diganti program penggemukan sapi jadinya kan bisa lebih manfaat. Tapi ini nanggung Puasa, kalau tidak ya..sudah
dirampungkan. Terus katanya juga mau diajari tentang “air rahmat”, itu lho air biasa yang langsung bisa diminum tanpa
dimasak setelah dijemur diatas genteng selama 8 jam. SLnya itu
tiap Selasa, seminggu sekali jam 9-1 siang, tapi kalau puasa dari jam 8-12. tempate di base camp gubug Gasebo.”
7. Sutrisno Hadi Bapak Sutris