Sejarah Singkat PeraPEKA Profil PeraPEKA Desa Kemiren

d. Sarana Perumahan dan Jenis Komplek Perumahan Sarana yang dimaksud berupa rumah permanen, rumah semi permanen, dan rumah non permanen . Berdasarkan data monografi Desa Kemiren pada bulan Juli 2007, terdapat 219 bangunan rumah permanen , 43 bangunan rumah semi permanen dan 10 bangunan non permanen.

D. Profil PeraPEKA Desa Kemiren

1. Sejarah Singkat PeraPEKA

Organisasi pencinta lingkungan ini di deklarasikan dengan nama Perkumpulan Pelestari Ekosistem dan Konservasi Alam PeraPEKA . Dan didirikan pada tanggal 7 Februari tahun 2004 di daerah Karangwaru Yogyakarta. Perkumpulan ini didirikan untuk jangka yang tidak ditentukan lamanya, dan disahkan oleh Pengadilan Negeri Kabupaten Magelang sejak 3 Maret 2004. Berkedudukan di wilayah Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah untuk pertama kalinya berkantor di Dusun Jamburejo, Rt.06Rw04, Desa Kemiren, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Perkumpulan Pelestari Ekosistem dan Konservasi Alam PeraPEKA adalah suatu organisasi non pemerintah yang lahir dari keprihatinan atas terabaikannya konservasi lingkungan. Kerusakan ekosistem akibat eksploitasi sumberdaya dan lingkungannya dalam berbagai bentuknya telah mencapai tahap yang mengancam kelangsungan hidup masyarakat. PeraPEKA bersifat sosial yang tidak berorientasi pada keuntungan Materi dan pengayaan baik pribadi maupun kelompok. PeraPEKA percaya bahwa komunitas harus mampu mengelola sumber dayanya secara demokratis, harmonis dan berkeadilan sosial serta berkelanjutan. Latar belakang berdirinya PeraPEKA ini adalah kawasan penyangga Gunung Merapi merupakan kawasan yang memiliki fungsi sebagai penyangga kawasan lindung dan kawasan budidaya di lereng Gunung Merapi. Namun demikian, di kawasan ini telah terjadi kerusakan lingkungan yang merupakan akibat dari aktivitas penambangan yang tidak sesuai dengan kemampuan Sumber Daya Bahan galian yang tersedia. Penebangan pohon dan perambahan lahan dapat menganggu jalannya siklus alamiah ekosistem yang berakibat pada terganggunya kestabilan kawasan lindung kawasan penyangga dan kawasan budidaya. Dampak yang sangat terasa akibat rusaknya ekosistem merapi ini adalah menurunnya kualitas air tanah dan dampak lain yang sangat merugikan bagi masyarakat lingkar merapi dan daerah sekitar kaki gunung pada umumnya. Namun demikian perlu adanya suatu wadah yang mampu menjaga, mengawasi, melindungi, dan memelihara kelestarian lingkungan. Karena pada dasarnya manusia adalah bagian dari ekosistem itu sendiri. Peran manusia sebagai makhluk hidup dalam lingkungan mendapat tempat tersendiri untuk lingkungan Leaflet Perapeka, 2006. Gambar II.1 lambang PeraPEKA

2. Visi dan Misi