Latar Belakang Kajian Disinfestasi Lalat Buah dengan Perlakuan Uap Panas (Vapor Heat Treatment) Pada Mangga Gedong Gincu

- 1 - I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komoditas hortikultura Indonesia sangat potensial untuk diekspor, mengingat banyaknya jumlah dan ragam jenis hortikultura yang dapat tumbuh di Indonesia seperti mangga, pisang, jeruk, pepaya dan nenas. Mangga Mangifera indica merupakan salah satu produk hortikultura penting yang berperan sebagai sumber vitamin dan mineral, sumber pendapatan dan lapangan kerja serta salah satu penghasil devisa negara. Mangga gedong gincu adalah salah satu buah yang menjadi andalan ekspor, karena dapat diterima dengan baik di pasar dengan harga jual cukup tinggi. Pangsa ekspor mangga dari Indonesia terutama adalah negara-negara Timur Tengah dan Asia Timur. Pada tahun 2004 jumlah impor tertinggi dilakukan oleh negara Hongkong sebanyak 32,196 ton, kemudian Singapura mengimpor 24,966 ton dan Malaysia mengimpor sebanyak 11,389 ton. Pengimporan mangga pada tahun 2005 mengalami peningkatan, dengan pengimporan terbesar dilakukan oleh negara Saudi Arabia sebanyak 205,772 ton, lalu Uni Emirat Arab sebanyak 186,753 ton dan Singapura sebesar 141,482 ton Deptan, 2007a. Produktivitas mangga di Indonesia dari tahun ke tahun berfluktuasi, produksi pada tahun 2004 adalah sebesar 1 437 665 ton, pada tahun 2005 menurun menjadi 1 412 884 ton, dan tahun 2006 sebesar 1 621 997 ton Deptan, 2007b. Beberapa kendala ekspor yang dihadapi diantaranya adalah tingginya serangan lalat buah yang menyebabkan buah tidak lolos dalam proses karantina. Sekitar 78 spesies Dacus spp. ditemukan di Indonesia dan menyerang sekitar 75 buah-buahan seperti mangga, belimbing, nenas, semangka, mentimun, jeruk, dan durian Sutrisno, 1991. Kerugian yang ditimbulkan oleh lalat buah ini mencapai 10-30 bahkan pada populasi tinggi kerusakan yang ditimbulkannya mencapai 100 Deptan, 2003. Dalam pasar domestik, buah yang terinfestasi lalat buah selain mendatangkan kerugian karena menurunnya mutu, juga memberi andil yang cukup besar dalam penyebaran hama dan penyakit buah- buahan di tanah air sehingga sulit untuk dikendalikan. Oleh karena itu buah-buah yang akan diekspor harus dikarantina terlebih dahulu di negara asalnya untuk menjamin tidak terjadinya penyebaran hama penyakit di negara tujuan ekspor. Penguasaan teknologi karantina terutama dalam proses disinfestasi hama dan penyakit menjadi kebutuhan mendasar bagi negara penghasil buah-buahan - 2 - tropika seperti Indonesia. Teknologi karantina belum banyak dikembangkan di Indonesia meskipun buah-buahan dan sayuran Indonesia berpotensi untuk dipasarkan di pasar internasional. Beberapa teknologi karantina yang biasa digunakan diantaranya adalah perlakuan dingin cold treatment, iradiasi, fumigasi dan perlakuan panas. Keefektifan perlakuan dingin dalam mengendalikan lalat buah tergantung pada rendahnya suhu yang digunakan dan lamanya waktu aplikasi. Hal ini menjadi kurang efektif karena beberapa buah terutama buah-buahan tropis tidak tahan pada suhu udara yang terlalu rendah dan dalam waktu yang lama, sehingga mengalami kerusakan dingin chiling injury. Sedangkan metode iradiasi hingga saat ini belum dapat diterima konsumen secara luas karena faktor keamanannya yang masih diragukan. Sementara metode fumigasi yang telah diterapkan secara luas di seluruh dunia, diketahui menyisakan residu yang tidak aman bagi kesehatan manusia, selain itu juga beberapa bahan fumigasi dapat merusak lapisan ozon. Penggunaan metode perlakuan panas pada buah-buahan dan sayuran sangat berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir ini. Beberapa metode yang biasanya digunakan adalah hot water treatment HWT, hot air treatment HAT, dan vapor heat treatment VHT. Kelebihan metode VHT dibandingkan metode perlakuan panas yang lainnya adalah dapat memperkecil resiko kerusakan akibat panas, sehingga mencegah terjadinya penurunan mutu.

B. Tujuan