- 46 - IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Daur Hidup Oriental Fruit Fly
Untuk mendapatkan telur yang dibutuhkan dalam melakukan pengujian tingkat mortalitas terhadap panas, lalat buah diisolasi dari buah yang sudah
terinfestasi dari lapangan. Pemeliharaan dilakukan untuk meningkatkan dan menstabilkan populasinya hingga dapat menyediakan jumlah telur yang cukup.
Lalat buah mempunyai empat fase metamorfosis Gambar 13, yaitu telur, larva, pupa dan imago.
Gambar 13. Daur hidup oriental fruit fly.
Telur berbentuk lonjong dan berwarna putih. Telur diletakkan secara berkelompok 2-15 butir. Dalam 1-2 hari telur-telur tersebut menetas menjadi
larva. Larva berwarna putih kekuningan dan berbentuk bulat panjang dan salah satu ujungnya meruncing serta memiliki titik hitam, panjangnya berkisar 7-10
mm. Larva terdiri dari tiga instar dan lama fase larva adalah 6-9 hari. Setelah itu larva akan berubah menjadi pupa. Pupa berwarna coklat dan berbentuk oval.
Panjangnya kira-kira 5 mm dengan lama fase pupa 4-12 hari. Kemudian pupa menetas menjadi imago. Panjang imago 7-10 mm, berwarna belang kuning dan
hitam dan pada bagian abdomen memiliki garis vertikal membentuk huruf T. Sayapnya transparan dan bergaris hitam. Lalat betina memiliki ujung abdomen
Telur Larva
Pupa Imago
- 47 -
runcing yang berfungsi sebagai alat untuk meletakkan telur, sementara abdomen lalat jantan membulat.
B. Mortalitas Lalat Buah
Keberhasilan penerapan perlakuan panas tergantung pada keseimbangan antara toleransi panas komoditas yang diberi perlakuan panas
dengan toleransi panas serangga yang akan ditargetkan. Uji mortalitas bertujuan untuk mengetahui ketahanan panas lalat buah pada fase telur, sehingga dapat
digunakan sebagai pemodelan dalam sistem karantina. Karena respon kematian serangga sewaktu proses pencelupan dengan air panas akan sama dengan
respon mortalitasnya dalam jaringan buah. Dari uji mortalitas yang telah dirata- rata ditampilkan pada Tabel 12 dan hasil uji mortalitas sebelum dirata-rata dapat
dilihat pada Lampiran 1. Tabel 12. Hasil pengujian mortalitas telur pada beberapa suhu
selama 30 menit. Suhu
o
C Jumlah telur
butir Hidup
ekor Mati
ekor Mortalitas
Kontrol 20
20 40
20 3
17 85
43 20 0 20
100 46
20 20
100 49
20 20
100 Hasil pengujian menunjukkan bahwa mortalitas telur mencapai 85 pada
perendaman dengan suhu 40
o
C selama 30 menit. Mortalitas 100 tercapai pada perendaman dengan air bersuhu 43
o
C selama 30 menit sehingga suhu diatas
≥ 43
o
C dipastikan sudah dapat menimbulkan mortalitas 100. Selanjutnya dipilih suhu 46
o
C untuk melakukan pengujian yang lebih terperinci terhadap mortalitas telur lalat buah terhadap panas dengan
memvariasikan lama perendamannya. Suhu 46
o
C selain sudah dapat mengakibatkan mortalitas 100, juga karena merupakan suhu yang
direkomendasikan untuk perlakuan mangga dengan metode VHT. Karena perlakuan karantina pada mangga menggunakan metode VHT atau HWT adalah
pada kisaran suhu antara 46-47
o
C tergantung pada ukuran dan varietas buah, Jacobi
et al., 1995; Jacobi and Giles, 1997; Jacobi and Wong, 1992; Ponce de Leon
et al., 1996; Sharp, 1986. Hasil pengujian mortalitas telur lalat buah pada
- 48 -
suhu 46
o
C pada berbagai lama pemanasan yang telqah dirata-rata ditampilkan pada Tabel 13 dan hasil pengujian sebelum dirata-rata dapat dilihat pada
Lampiran 2. Tabel 13. Hasil pengujian mortalitas telur pada air bersuhu
46-46,5
o
C dengan beberapa lama perendaman Waktu
menit Jumlah telur
butir Hidup
ekor Mati
ekor Mortalitas
0 20 20
5 20
5 15
75 10
20 20
100 15
20 20
100 20
20 20
100 25
20 20
100 30
20 20
100 Perendaman selama 5 menit pada air bersuhu 46
o
C mengakibatkan tingkat mortalitas 75 pada telur sementara lama perendaman
≥ 10 menit sudah mengakibatkan tingkat mortalitas 100 pada telur-telur yang diberi perlakuan.
Heather et al. 1997 melaporkan pada pengujian lalat buah jenis
Queensland fruit fly dan Ceratitis capitata dengan suhu 43 dan 44
o
C diketahui bahwa fase telur lebih toleran terhadap panas. Demikan pula Heard
et al. 1992 melaporkan bahwa suhu 42,8
o
C sudah dapat mendisinfestasi mangga kensington yang terinfestasi
Queensland fruit fly, dan diketahui bahwa fase telur memiliki toleransi panas yang paling tinggi dibandingkan fase lainnya. Selain itu
juga ditambahkan oleh Heather et al. 1997 bahwa pemberian panas selama 10
menit pada suhu 46,5
o
C sudah dapat mengakibatkan mortalitas 100 pada mediteranian fruit fly. Penggunaan VHT pada suhu pusat mangga mencapai 46,5
o
C selama 10-30 menit efektif untuk membunuh oriental fruit fly dan melon fruit fly
pada mangga nang klangwan dan mangga irwin dari Thailand, selain itu juga dapat mengontrol penyakit
stem end rot pada mangga kensington JFTA, 1996. Jacobi
et al. 2000 menerangkan agar dapat lolos dari karantina pada berbagai negara pengimpor mangga, perlakuan panas yang diberikan harus menimbulkan
tingkat mortalitas 99,9968 terhadap lalat buah yang ditargetkan. Informasi ini selanjutnya akan digunakan sebagai informasi tambahan untuk melakukan
proses VHT pada mangga gedong.
- 49 -
C. Pengaruh Perlakuan Panas dan Pelilinan terhadap Mutu Buah 1. Waktu Kondisioning