Hama dan Penyakit Pascapanen Mangga

- 18 - Dengan kelembaban tinggi, konsentrasi optimal untuk pematangan mangga gedong menggunakan etilen, dan asetilen secara terus menerus pada suhu kamar masing-masing sebesar 50 ppm dan 500 ppm. Sementara mangga cengkir juga memerlukan 500 ppm asetilen. Seymor dan Tucker 1993 menerangkan bahwa konsentrasi dan waktu pemberian etilen adalah khas untuk setiap jenis buah. Penggunaan 100 ppm etilen selama 24-48 jam pada suhu 20 o C untuk menyeragamkan masaknya mangga. Penggunaan gas asetilen dari kalsium karbida juga dapat diaplikasikan pada ruangan tertutup selama 24 jam dan suhu 20-25 o C dengan RH 90-95 serta konsentrasi gas 10-100 ppm 0,001-0,01 etilen dan 1000 ppm asetilen Kader, 1992 Buah mangga yang telah tua dapat masak pada suhu 21 - 24 C dan kelembaban 85 - 90. Pada proses masaknya buah khlorofil warna hijau berkurang dan terjadi pembentukan antosianin dan karotenoida dalam kulit dan daging. Etilen dapat digunakan untuk mempercepat dan lebih menyeragamkan masaknya buah 100 ppm etilen selama 24 - 48 jam pada suhu 20 o C. Menjadikan buah masak dapat dilakukan di tempat pengangkutan bila waktu transit kurang dari 5 hari atau di tempat penerimaan bila waktu transit lebih dari 5 hari. Selain itu pematangan juga dapat ditunda untuk memperpanjang masa simpan buah, dilakukan dengan melakukan penyerapan etilen menggunakan ’ethylene absorber’. Pantastico 1986 menyatakan bahwa pengeluaran C 2 H 4 secara paksa dengan menggunakan kemasan hampa udara menyebabkan terhambatnya pematangan yang cukup lama. Hal ini membuktikan bahwa penghisapan sebagian besar C 2 H 4 dari dalam buah dapat mengurangi kadar etilen tersebut sampai tingkat fisiologi tidak aktif. Scott et al. 1968 mengembangkan bahan yang lebih praktis, yaitu kalium permanganat KMnO 4 pada vermikulit untuk menyerap etilen. Menurut Abeles 1973, etilen dapat dioksidasi dengan KMnO 4 dan merubahnya menjadi bentuk etilen glikol dan Mangan dioksida. KMnO 4 bersifat tidak mudah menguap sehingga dapat disimpan bersama buah tanpa menimbulkan kerusakan.

E. Hama dan Penyakit Pascapanen Mangga

Lalat buah yang menyerang buah mangga di Indonesia termasuk ke dalam spesies Bactrocera dorsalis atau dikenal dengan nama Oriental fruit fly. - 19 - Lalat buah termasuk ke dalam filum Arthropoda, kelas Insekta, ordo Diptera, sub Ordo Cyclorrhapha dan famili Tephritidae Trypetidae Borror, 1981. Di Indonesia telah diketahui sekitar lima genus lalat buah dari sekitar 12 genus yang ada, kelimanya adalah Anastrepha, Bactrocera, Ceratitis, Rhagolestis dan Dacus Nugroho, 1997. Pada beberapa jenis buah-buahan lalat buah dianggap sebagai hama utama White dan Elson, 1992. Mediteranian fruit fly Ceratitis capitata, Oriental fruit fly Bactrocera dorsalis, Queensland fruit fly Bactocera tryoni, melon fly Bactrocera curcubitae, codling moth Cydia pomonella adalah hama yang sangat merugikan dan negara yang diketahui memiliki jenis-jenis hama ini tidak diijinkan melakukan impor buah-buah yang menjadi inang hama ini ke Jepang Plant Protection Division, 1997. Gambar 3. Oriental fruit fly Bactrocera dorsalis. Oriental fruit fly adalah salah satu lalat buah yang paling merugikan di Asia Timur dan pasifik dan menyerang bermacam-macam buah-buahan Allwood et al., 1999 di dalam Hou et al., 2006. Lalat ini juga dalam pengawasan yang ketat oleh pemerintah sehubungan dengan besarnya kehilangan ekonomi yang disebabkan oleh spesies ini di banyak negara, hal ini juga menjadi pembatas utama dalam perdagangan dan perkembangan ekonomi Aluja dan Liedo, 1993 di dalam Hou et al., 2006. Lalat buah mempunyai empat fase metamorfosis, yaitu telur, larva, pupa dan imago. Telur diletakkan di dalam atau di bawah kulit buah oleh lalat buah betina, tempat peletakannya ditandai oleh cekungantitik kecil berwarna gelap pada komoditas yang terserang. Imago lalat buah meletakan telur antara 2-15 butir setiap periode. Setiap lalat betina mampu meletakan sekitar 800 butir telur Betina Jantan - 20 - selama masa peletakan telur, telur tersebut akan menetas kira-kira dua hari setelah diletakkan oleh induknya Nugroho, 1997. Bahkan menurut Pena dan Mohyuddin 1997 lalat betina Anastrepha fraterculus dapat meletakkan sebanyak 200-400 telur dan B. Dorsalis sebanyak 1200-1500 telur. Telur berwarna putih bening sampai kuning krem dan berubah menjadi lebih tua mendekati saat menetas. Bentuk dan ukuran telur bervariasi, tergantung spesiesnya. Pada umumnya telur berbentuk bulat panjang seperti pisang dengan ujung meruncing. Panjang telur lalat buah sekitar 1,2 mm dengan lebar 0,2 mm tergantung spesiesnya White dan Elson-Haris, 1992. Fase larva merupakan fase yang merusak karena aktivitasnya dalam jaringan buah. Larva keluar dari telur yang diletakkan di dalam inang, daging inang dikoyak oleh larva dengan menggunakan alat pada mulutnya yang berupa kait tajam sambil mengeluarkan enzim perusak. Enzim tersebut berfungsi melunakan daging inang sehingga mudah dihisap dan dicerna mengakibatkan buah bewarna coklat dan tidak menarik serta terasa pahit atau bahkan rusak dan hancur. Enzim tersebut juga mempercepat pembusukan dan pada tahap selanjutnya mengeluarkan aroma kuat yang diduga berasal dari senyawa alkohol. Setelah melewati masa instar tiga lalat buah meninggalkan inangnya, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama masuk ke dalam pori-pori tanah untuk menjadi pupa. Lalat buah melewati tiga instar dalam waktu 7-10 hari hingga membentuk pupa. Pupa kepompong lalat buah berada di dalam puparium yang berbentuk tong dan berwarna coklat tua. Perkembangan pupa membutuhkan waktu sekitar 18 hari dan lamanya dipengaruhi kondisi lingkungan. Setelah proses metamorposis selesai lalat buah dewasa keluar dari permukaan tanah, mereka mengeraskan sayapnya terlebih dahulu sebelum terbang Smith, 1989 di dalam Hou et al., 2006. Hou et al. 2006 melaporkan bahwa pupa tidak ditemukan pada permukaan tanah dengan kelembaban 0-70, dan lebih dari 50 pupa ditemukan pada permukaan tanah dengan kelembaban 80, 90, dan 100. Kebanyakan larva menjadi pupa di kedalaman 4 cm dari permukaan tanah, larva bergerak ke kedalaman lebih dari 4 cm pada tanah yang menerima terlalu banyak atau terlalu sedikit air. Lalat buah dewasa muncul paling cepat pada tingkat kelembaban tanah 30 dan muncul paling lama pada tanah dengan tingkat kelembaban 70. - 21 - Penyakit pascapanen pada mangga dapat dibedakan berdasarkan waktu terjadinya infeksi patogen, yaitu penyakit yang disebabkan patogen yang menginfeksi buah saat buah telah dipanen dan yang menginfeksi sejak buah masih di pohon yang gejalanya kemudian berkembang saat buah dalam penyimpanan Yulianingsih, 1995. Cendawan merupakan salah satu mikroba penyebab penyakit pascapanen pada buah-buahan sehingga mempercepat terjadinya penurunan mutu. Hal yang sama juga dijelaskan oleh Wills et al. 1981, cendawan dan bakteri dapat menyebabkan penyakit pascapanen buah dan sayur. Dodd et al. 1997 menyatakan bahwa antraknosa merupakan penyakit pascapanen utama pada mangga di seluruh dunia, yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeosporioides, dimana perkembangannya berkaitan erat dengan curah hujan sewaktu di lapangan. Penyakit ini dapat menyerang daun, bunga dan buah. Pada buah terlihat gejala khas yaitu bercak- bercak hitam pada bagian kulit yang sedikit demi sedikit melekuk dan bersatu dan daging buah membusuk. Selain itu salah satu penyakit yang sering ditemui adalah busuk pangkal buah stem end rot. Penyakit ini dapat disebabkan oleh beberapa cendawan seperti Lasiodiplodia theobromae, Dothiorella dominicana, Pestalotiopsis mangiferae. Buah yang terinfeksi, terdapat bercak yang pada awalnya terjadi di sekitar ujung tangkai buah. Bercak berwarna gelap kemudian berubah menjadi bercak coklat kehitaman, berbatas tidak teratur. Pada kondisi lembab pembusukan buah terjadi sangat cepat, dalam waktu 2-3 hari seluruh kulit buah menjadi busuk, daging buah berwarna coklat tua, lunak dan mengandung cairan berwarna gelap.

F. Perlakuan Karantina