Karakteristik Limbah Industri Tekstil

selulosa yang tinggi akan meningkatkan kualitas arang aktif. Hal ini karena selulosa memiliki kekuatan tarik yang tinggi dan tidak larut dalam kebanyakan pelarut Suwilin 2007. Hal ini menunjukkan bahwa limbah agar berpotensi dimanfaatkan sebagai suatu adsorben.

4.2 Karakteristik Limbah Industri Tekstil

Limbah industri tekstil merupakan suatu masalah yang berdampak penting bagi lingkungan. Limbah cair industri tekstil berasal dari proses penghilangan zat pelumas dan dari proses pencelupan Siregar 2005. Limbah ini mudah dikenali karena memiliki karakterisasi yang khas. Hasil karakterisasi limbah cair industri tekstil disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Karakteristik limbah cair industri tekstil No Parameter Hasil Satuan Baku mutu 1 Logam berat a. Cr 0,005 ppm 1 ppm b. Zn 0,1854 ppm - c. Fe 0,4157 ppm - d. Co 0,005 ppm - e. Cu 0,1804 ppm - f. Pb 0,1496 ppm - g. Cd 0,005 ppm - h. Ni 0,005 ppm - i. Mn 0,005 ppm - j. Al 0,005 ppm - k. B 0,005 ppm - l. Ba 0,005 ppm - m. Hg 0,005 ppm - n. Ag 0,0064 ppm - o. Se 0,005 ppm - p. As 0,005 ppm - 2 Biological Oxygen Demand BOD 107,37 mgℓ 50 3 Chemical Oxygen Demand COD 436,33 mg ℓ 150 4 Nilai pH 12,56 - 6,0-9,0 Tabel 5 menunjukkan limbah industri tekstil mengandung logam berat Zn, Fe, Cu, Pb, dan Ag dengan konsentrasi masing-masing 0,1845; 0,4147; 0,1804; 0,1496; dan 0,0064 ppm. Limbah tekstil diketahui pula tidak mengandung cemaran logam berat Cr, Co, Cd, Ni, Mn, Al, B, Ba, Hg, Se, dan As. Limbah industri tekstil juga mengandung nilai Biologycal Oxygen Demand BOD sebesar 107,37 mg ℓ, nilai Chemical Oxygen Demand COD 436,33 mgℓ, dan nilai pH sebesar 12,56. Berdasarkan Tabel 5, limbah cair industri tekstil mengandung Zn sebesar 0,1854 ppm. Logam Zn dapat berasal dari zat warna maupun dari peralatan produksi. Seng Zn sering digunakan sebagai pelapis logam, seperti baja dan besi yang merupakan produk anti-karat. Seng merupakan logam esensial yang dalam konsentrasi tertentu dalam air tidak terakumulasi terus-menerus oleh organisme dan diekskresikan sehingga kandungannya dalam jaringan tetap Darmono 1995. Logam berat lainnya yang terdapat dalam limbah industri tekstil adalah besi Fe. Cemaran Fe ditemukan dalam limbah tekstil dengan konsentrasi tertinggi, yaitu 0,4157 ppm. Besi Fe ini diduga berasal dari air minum, pipa, peralatan besi dan juga karat. Cemaran besi dalam air akan menimbulkan warna kuning, rasa, pengendapan pada pipa, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan Yudo 2006. Cemaran logam tembaga Cu juga terdeteksi dalam air limbah tesktil sebesar 0,1804 ppm. Logam Cu dapat berasal dari proses pewarnaan dyeing karena logam ini banyak terkandung dalam zat pewarna. Tembaga Cu juga ditambahkan dalam sistem distribusi air minum untuk mencegah pertumbuhan alga dalam tangki dan kolam Smith 1988. Logam Cu dapat pula berasal dari proses pencucian washing dan pencelupan rinsing Palar 1994. Logam berat lain yang terdapat dalam limbah tekstil adalah timbal Pb. Logam ini sering dipakai dalam bahan pewarna karena toksisitasnya relatif rendah dibandingkan logam pigmen lainnya, selain itu juga logam Pb memiliki daya larut yang rendah terhadap air Sudarmaji et al. 2006. Hasil penelitian menunjukkan cemaran Pb pada limbah industri tekstil mencapai 0,1496 ppm. Nilai ini cukup tinggi mengingat logam Pb bersifat racun. Logam Pb dapat masuk ke tubuh manusia melalui rantai makanan dan terakumulasi dalam tubuh hingga mengakibatkan keracunan bahkan kematian Darmono 1995. Tabel 5 menunjukkan limbah industri tekstil juga mengandung logam Ag atau perak sebesar 0,0064 ppm. Perak biasanya digunakan sebagai senyawa antibakteri dalam bentuk larutan perak nitrat AgNO 3 . Hasil penelitian Haryono dan Harmami 2010 menunjukkan bahwa senyawa perak memiliki kemampuan antimikroba pada bakteri Gram-positif Staphylococcus aureus dan bakteri Gram-negatif Escherichia coli. Adanya senyawa anti-mikroba akan mencegah biodegradasi kain sehingga dapat berperan juga sebagai bahan pengawet. Logam Zn, Fe, dan Cu merupakan makro mineral yang masih dibutuhkan tubuh dalam konsentrasi yang rendah, sedangkan logam berat Pb dan Ag merupakan logam berat yang berbahaya dan bersifat racun. Logam ini dapat diserap oleh biota air melalui pernapasan dan pencernaan, kemudian terakumulasi di dalam tubuh. Keberadaan logam-logam tersebut tidak diinginkan di dalam limbah industri tekstil. Pengolahan limbah cair sebelum dibuang ke perairan harus dilakukan untuk mengurangi cemaran logam tersebut. Nilai BOD, COD dan pH merupakan parameter untuk menentukan kualitas air. Nilai BOD dan COD merupakan nilai yang menunjukkan kandungan zat organik dalam suatu limbah. Tabel 5 menunjukkan nilai BOD limbah tekstil yaitu 107,37 mg ℓ, sedangkan nilai COD sebesar 436,33 mgℓ. Nilai BOD dan COD ini masih berada di atas standar baku mutu air limbah yang ditentukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Standar baku mutu air limbah yang ditentukan adalah nilai BOD sebesar 50 mg ℓ dan nilai COD sebesar 150 mgℓ. Limbah industri tekstil memiliki nilai BOD dan COD yang tinggi karena limbah cair tekstil mengandung zat pewarna. Sumber utama BOD adalah bahan kimia, kanji dari proses sizing, minyak untuk menenun, dan surfaktan biodegradable. Umumnya limbah tersebut sulit didegradasi oleh mikroorganisme atau pengolahan secara biologis. Kandungan organik dalam air limbah akan semakin mudah didegradasi secara biologi apabila semakin tinggi rasio BODCOD Siregar 2005. Nilai pH ini menunjukkan tingkat keasaman atau alkalinitas suatu sampel. Nilai pH limbah tekstil hasil penelitian yaitu 12,56. Nilai pH ini melebihi standar baku mutu limbah industri tekstil. Nilai pH yang diperbolehkan bagi limbah industri tekstil yaitu berkisar antara 6,0-9,0. Tabel 5 menunjukkan kualitas air limbah belum memenuhi standar baku mutu. Agar memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka harus dilakukan pengolahan terhadap limbah ini sebelum di buang ke perairan. Salah satu alternatif pengolahan air limbah yang dapat dilakukan adalah adsorpsi menggunakan karbon aktif.

4.3 Karakteristik Karbon Aktif dari Limbah Padat Agar-agar