4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Limbah Padat Agar-agar
Limbah hasil ekstraksi agar terdiri dari dua bentuk, yaitu padat dan cair. Limbah ini mencapai 65-70 dari total bahan baku, namun belum dimanfaatkan
secara optimal. Pemanfaatan limbah padat agar dapat dilakukan di berbagai bidang, oleh karena itu perlu dilakukan karakterisasi komposisi kimia limbah
yang meliputi kadar air, abu, protein, lemak, dan serat kasar. Data hasil karakterisasi limbah padat agar-agar disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4 Karakteristik limbah padat agar-agar No. Parameter Satuan
Nilai 1.
Air 16,22 ± 0,34
2. Abu
42,15 ± 0,21 3.
Protein 1,70 ± 0,13
4. Lemak
0,20 ± 0,00 5.
Serat kasar 38,05 ± 0,58
Tabel 4 menunjukkan komposisi limbah padat agar terdiri dari kadar air 16,22, kadar abu 42,15, kadar protein 1,70, kadar lemak 0,20, dan kadar
serat kasar sebesar 38,05. Kadar serat kasar limbah agar yang cukup tinggi menunjukkan kandungan karbon di dalam bahan tersebut. Hal ini menunjukkan
limbah padat agar berpotensi sebagai bahan baku karbon aktif. Kadar air pada limbah padat agar ialah sebesar 16,22. Nilai ini cukup
rendah karena sampel dikeringkan terlebih dahulu sebelum dilakukan analisis. Kandungan air pada limbah agar dipengaruhi oleh jenis rumput laut yang
digunakan dan tingkat kekeringan sampel yang digunakan. Kadar air yang rendah dibutuhkan dalam pembuatan karbon aktif agar proses pengarangan berlangsung
lebih cepat Suwilin 2007. Abu merupakan residu anorganik dari proses pembakaran atau oksidasi
komponen organik bahan pangan. Kadar abu menunjukkan total mineral yang terkandung dalam suatu bahan Winarno 2008. Berdasarkan Tabel 4, kadar abu
pada limbah padat agar adalah sebesar 42,15. Kadar abu yang cukup tinggi ini disebabkan limbah merupakan konsentrat bahan-bahan anorganik sisa hasil
produksi agar. Hasil penelitian Afif 2010 menunjukkan bahwa limbah padat agar mengandung mineral-mineral seperti Na, Mn, Ca, Mg, K, Fe, P, Zn, dan Cu.
Kandungan bahan anorganik yang tinggi tidak diinginkan dalam pembuatan karbon aktif karena dapat mengurangi kemampuan arang aktif dalam proses
adsorpsi Suwilin 2007. Kandungan mineral pada limbah pengolahan rumput laut juga dipengaruhi proses yang diberikan selama pengolahan Triwisari 2010.
Proses pengolahan agar menggunakan bahan-bahan kimia seperti CaO atau NaOCl dalam proses pemucatan serta berbagai larutan asam maupun basa dalam
proses ekstraksi agar Anggadiredja et al. 2011. Bahan-bahan kimia inilah yang diduga menyebabkan tingginya kandungan abu pada limbah padat agar.
Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat Winarno 2008.
Kadar protein pada limbah padat agar adalah sebesar 1,70. Kadar protein yang rendah karena rumput laut sendiri mengandung sedikit protein, namun protein ini
dapat digunakan sebagai sumber karbon sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi karbon aktif.
Tabel 4 juga menunjukkan kadar lemak limbah padat agar yaitu sebesar 0,20 . Nilai ini sesuai dengan hasil penelitian Riyanto et al. 1998 diacu dalam
Riyanto dan Wilakstanti 2006, yaitu sekitar 0,1-0,2. Kadar lemak yang rendah disebabkan rumput laut mengandung sedikit lemak.
Serat kasar merupakan komponen sisa hasil hidrolisis suatu bahan pangan dengan asam kuat atau basa kuat sehingga kehilangan selulosa sekitar 50 dan
hemiselulosa sekitar 85 Andarwulan et al. 2011. Berdasarkan hasil penelitian, kandungan serat kasar pada limbah padar agar yaitu sebesar 38,05. Nilai ini
lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Triwisari 2010 dengan kandungan serat kasar sebesar 48,84. Tingginya kandungan serat kasar ini disebabkan
limbah sebagian besar merupakan konsentrat serat yang sudah tidak dapat diekstrak lagi.
Serat merupakan komponen penyusun dinding sel pada tumbuhan, yang biasanya meliputi selulosa, hemiselulosa dan lignin. Hasil penelitian Triwisari
2010 menyatakan bahwa limbah agar mengandung 59,69 selulosa, 13,89 hemiselulosa, 2,37 lignin dan 24,05 bahan ekstraktif lainnya. Kandungan
selulosa yang tinggi akan meningkatkan kualitas arang aktif. Hal ini karena selulosa memiliki kekuatan tarik yang tinggi dan tidak larut dalam kebanyakan
pelarut Suwilin 2007. Hal ini menunjukkan bahwa limbah agar berpotensi dimanfaatkan sebagai suatu adsorben.
4.2 Karakteristik Limbah Industri Tekstil