2.2 Agar-agar
Agar-agar merupakan senyawa polisakarida yang diperoleh dari pengolahan rumput laut kelas agarophyte, seperti Gracillaria sp, Gelidium sp, Hypnea sp.,
Acanthopelus sp. dan Ceramium sp. Hasil analisis laboratorium di Jepang
menunjukkan komposisi kimia dari rumput laut yang menhasilkan agar meliputi kurang lebih 16-20 air; 2,3-5,9 protein; 0,3-0,55 lemak; 67,85-76,15
karbohidrat; 0,8-2,1 serat, dan 3,4-3,6 abu Chapman 1970. Molekul agar- agar terdiri dari rantai linier galaktan yang merupakan polimer dari galaktosa.
Galaktan berupa rantai linear yang netral atau sudah terekstraksi dengan metil atau asam sulfat Anggadiredja et al. 2011.
Komponen utama agar-agar adalah agarosa dan agaropektin. Agarosa adalah polisakarida nertal yang terdiri dari rangkaian D-
galaktosa dengan ikatan β-1,3 dan L-
galaktosa dengan ikatan α-1,4. Agarosa merupakan komponen yang membuat agar menjendal. Komponen ini tidak mengandung sulfat dan persentase
agarosa dalam ekstrak agar berkisar antara 50-80. Agaropektin merupakan polimer sulfat dan bersifat lebih kompleks. Agaropektin mengandung residu sulfat
3 –10, asam glukuronat dan asam piruvat. Agaropektin memiliki rantai yang
hampir sama dengan rantai agarosa, tetapi berbeda residu 3,6-anhidro-L-galaktosa digantikan oleh L-galaktosa sulfat dan sebagian residu D-galaktosa digantikan
oleh asetal asam piruvat Chapman 1970. Struktur kimia agar-agar dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Struktur kimia agar-agar
Sumber : Anonim 2007
Agar-agar digunakan secara meluas dalam berbagai industri, antara lain industri makanan, obat-obatan, tekstil, kertas, susu, mikrobiologi, dan kosmetika.
Agar digunakan dalam industri pangan sebagai bahan pengental, penstabil dan penjernih suatu bahan pangan. Agar-agar memiliki sifat larut pada air panas
namun tidak larut pada air dingin Anggadiredja et al. 2011. Limbah agar merupakan hasil samping dari proses pengolahan rumput laut
kelas Rodhopyceae alga merah menjadi agar. Limbah yang dihasilkan ini mencapai 65-70 dari bahan baku yang digunakan. Limbah padat agar juga
diketahui mengandung berbagai unsur hara seperti kalsium dan magnesium. Selain itu, limbah ini mengandung selulosa tinggi yaitu sekitar 27,8
–39,45 Fithriani et al. 2007 diacu dalam Triwisari 2010.
Limbah yang dihasilkan oleh industri agar biasanya dibiarkan menumpuk di lokasi penimbunan. Limbah ini sebenarnya tidak berbahaya, namun apabila
dibiarkan terus menumpuk maka akan menimbulkan masalah. Hal ini berarti perlu dilakukan suatu upaya pemanfaatan limbah padat agar Saputra 2008. Saat ini
limbah agar banyak dimanfaatkan sebagai pupuk untuk pertumbuhan tanaman. Limbah agar mengandung selulosa yang dapat meningkatkan porositas untuk
menopang pertumbuhan tanaman sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Hasil penelitian Afif 2010 menunjukkan bahwa limbah padat agar dapat
digunakan sebagai media pertumbuhan pakcoy dan selada, sedangkan Mandella 2010 menggunakan limbah padat agar sebagai pupuk untuk tanaman mahoni.
Selain selulosa, limbah agar juga mengandung komponen serat lainnya. Hasil penelitian Triwisari 2010 menunjukkan bahwa limbah agar mengandung
hemiselulosa 13,89, selulosa 59,69, dan lignin 2,37. Kandungan serat ini merupakan sumber karbon yang baik oleh karena itu diduga limbah agar
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku karbon aktif.
2.3 Karbon Aktif