III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka
Teori
Pengeluaran pemerintah yang terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan merupakan perangkat dalam kebijakan fiskal.
Kenaikan dalam pengeluaran pemerintah akan meningkatkan pendapatan nasional. Gambar 3.1 menjelaskan bagaimana kenaikan pengeluaran pemerintah
mempengaruhi harga dan pendapatan nasional. Adanya peningkatan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan permintaan agregat AD dari AD
ke AD
1
. Jika penawaran agregat AS relatif konstan maka kenaikan AD akan berdampak pada
peningkatan harga umum dan pendapatan nasional dari Y ke Y
1
. Peningkatan terhadap pendapatan nasional pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. P
AS P
1
P AD
1
AD Y
Y
1
Y
Sumber: Mankiw 2000
Gambar 3.1. Dampak Peningkatan Pengeluaran Pemerintah terhadap Inflasi dan Pendapatan Nasional
Relevansi campur tangan pemerintah dalam perekonomian menurut pandangan kaum Keynesian dinotasikan pada identitas keseimbangan pendapatan
dapat dilihat bahwa kenaikan penurunan pengeluaran pemerintah akan menaikkan menurunkan pendapatan nasional Dumairy, 1996. Secara teori
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengeluaran pemerintah dengan pendapatan nasional.
Pengeluaran rutin pemerintah terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, pembayaran bunga dan cicilan utang, subsidi, serta pengeluaran rutin lainnya. Jika
pengeluaran rutin tersebut sebagian besar digunakan untuk konsumsi maka akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena adanya
peningkatan konsumsi akan menggeser kurva permintaan agregat ke kanan atas dan meningkatkan pendapatan nasional, sehingga pada selanjutnya akan
mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun jika sebagian besar digunakan untuk pembayaran bunga dan
cicilan utang maka akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, karena baik utang dalam negeri maupun luar negeri memiliki resiko. Jika
pemerintah melakukan pencetakan uang untuk pembayaran utang dalam negeri maka hal ini akan memicu inflasi, selain itu juga akan menggeser investasi
domestik karena dana yang seharusnya untuk investasi digunakan untuk membayar utang dalam negeri, sedangkan utang luar negeri akan memperlemah
posisi tawar negara terhadap negara-negara lain di dunia internasional. Utang luar negeri sangat rentan terhadap perubahan kurs dan akan berbahaya jika terjadi
depresiasi mata uang sehingga utang akan melonjak tinggi Muhammad, 2005.
Menurut Fischer dan Easterly dalam Pradhan 1996, jika pemerintah melakukan
berlebih dalam bentuk valuta asing foreign reserves dapat mendorong krisis dalam neraca pembayaran balance of payment, pencetakan uang untuk menutupi
utang akan mendorong inflasi, dan terlalu banyak pinjaman dalam negeri mendorong suku bunga riil meningkat sehingga dapat menghambat investasi
swasta. Secara teori dapat disimpulkan bahwa pengeluaran rutin pemerintah dapat berpengaruh positif dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pengeluaran pembangunan pemerintah adalah semua pengeluaran negara untuk membiayai proyek pembangunan fisik dan non fisik. Pengeluaran ini
mencerminkan peranan pemerintah dalam perekonomian yang lebih mengarah kepada investasi seperti pengeluaran untuk membangun jalan raya dan gedung
sekolah. Pengeluaran pembangunan jalan raya dan gedung sekolah akan meningkatkan permintaan agregat akan barang dan jasa yang berhubungan dengan
pembangunan itu sendiri. Kenaikan dalam permintaan agregat akan meningkatkan output dan selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Jadi secara
teori pengeluaran pembangunan pemerintah akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Menurut Samuelson dan Nordhaus dalam Lailatussholiha 2005, investasi merupakan komponen pengeluaran yang cukup besar dan tidak mudah habis,
perubahan besar pada investasi akan mempengaruhi permintaan agregat efek jangka pendek yang pada akhirnya berakibat juga pada output dan kesempatan
kerja. Kemudian investasi mendorong terjadinya akumulasi modal yang dapat meningkatkan output potensial suatu bangsa dan merangsang pertumbuhan
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu determinan penting dari produksi barang dan jasa suatu negara
adalah tenaga kerja, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan maka semakin banyak output yang diproduksi. Adanya tambahan jumlah pekerja harus
diimbangi pula dengan adanya tambahan modal. Jika modal untuk produksi tetap, maka dengan bertambahnya jumlah pekerja dapat menurunkan output yang
diproduksi itu sendiri. Namun sebaliknya jika modal untuk produksi fleksibel mengikuti pertambahan jumlah pekerja, maka peningkatan jumlah pekerja dapat
meningkatkan output. Dengan demikian secara teori dapat disimpulkan bahwa jumlah pekerja dapat berpengaruh positif dan negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi.
LRAS Tingkat harga, P
AS
2
P
3
C AS
1
P
2
B P
1
AD
2
A AD
1
Y
1
= Y
3
= Y Y
2
Output, Y
Sumber: Mankiw 2000
Gambar 3.2. Dampak Pergeseran dalam Permintaan Agregat terhadap Inflasi dan Output
Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus-menerus dalam jangka panjang. Hubungan inflasi dan
output dapat dilihat pada Gambar 3.2. Ketika pemerintah melakukan kebijakan fiskal untuk meningkatkan
permintaan agregat, kebijakan tersebut akan menggerakkan perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek ke titik output yang lebih
tinggi dan tingkat harga yang lebih tinggi, yaitu dari titik A ke titik B. Output yang lebih tinggi berarti pengangguran yang lebih rendah, karena perusahaan
membutuhkan lebih banyak pekerja ketika mereka memproduksi lebih banyak dan berarti juga pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Tingkat harga yang tinggi
dibandingkan tingkat harga tahun sebelumnya berarti inflasi yang lebih tinggi. Jadi ketika pemerintah menggerakkan perekonomian ke atas sepanjang kurva
penawaran agregat jangka pendek maka akan menurunkan tingkat pengangguran atau meningkatkan output pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan inflasi.
Adanya inflasi menyebabkan harga-harga barang input produksi menjadi tinggi yang berakibat pada pengurangan kapasitas produksi oleh produsen, dengan kata
lain terjadi penurunan penawaran dari AS
1
ke AS
2
. Ketika perekonomian kembali ke keseimbangan jangka panjang yang baru,
yaitu titik C, output akan turun kembali pada tingkat alamiah dan tingkat harga yang terbentuk semakin tinggi, dengan kata lain inflasi yang lebih tinggi. Secara
teori dapat disimpulkan bahwa inflasi dapat berpengaruh positif dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Konseptual
Pengeluaran pemerintah yang terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang dapat
digunakan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi. Investasi swasta sebagai pembentuk akumulasi modal dapat meningkatkan output potensial suatu bangsa
dan merangsang pertumbuhan ekonomi. Pekerja sebagai salah satu faktor penting dalam produksi barang dan jasa dapat memberikan efek dalam pertumbuhan
ekonomi. Inflasi sebagai cerminan dari peningkatan harga-harga juga memberikan efek pada pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka
dilakukan estimasi pertumbuhan ekonomi menggunakan variabel pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta,
pekerja, dan inflasi. Estimasi tersebut menggunakan pendekatan koreksi kesalahan, yaitu
estimasi model jangka panjang dengan uji kointegrasi Engel-Granger dan estimasi model jangka pendek dengan Error Correction Model ECM. Pada estimasi
model jangka pendek diikutsertakan variabel dummy krisis untuk mengetahui pengaruh dari krisis ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi di jangka pendek.
Kemudian untuk menunjukkan bahwa model jangka pendek yang diestimasi terbebas dari pelanggaran asumsi Ordinary Least Square OLS maka dilakukan
uji kebaikan model.
Uji Kointegrasi Engel-Granger
Error Correction Model ECM Uji Kebaikan Model
Gambar 3.3. Kerangka Konseptual o
Pengeluaran Pemerintah: Rutin dan Pembangunan. o
Investasi Swasta, Pekerja, dan Inflasi.
Estimasi Pertumbuhan Ekonomi
Estimasi Model Jangka Panjang Estimasi Model Jangka Pendek
Krisis
Kesimpulan dan Saran
IV. METODE PENELITIAN 4.1.