KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Analisis pengaruh pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia periode 1975 2004

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka

Teori Pengeluaran pemerintah yang terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan merupakan perangkat dalam kebijakan fiskal. Kenaikan dalam pengeluaran pemerintah akan meningkatkan pendapatan nasional. Gambar 3.1 menjelaskan bagaimana kenaikan pengeluaran pemerintah mempengaruhi harga dan pendapatan nasional. Adanya peningkatan pengeluaran pemerintah akan meningkatkan permintaan agregat AD dari AD ke AD 1 . Jika penawaran agregat AS relatif konstan maka kenaikan AD akan berdampak pada peningkatan harga umum dan pendapatan nasional dari Y ke Y 1 . Peningkatan terhadap pendapatan nasional pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. P AS P 1 P AD 1 AD Y Y 1 Y Sumber: Mankiw 2000 Gambar 3.1. Dampak Peningkatan Pengeluaran Pemerintah terhadap Inflasi dan Pendapatan Nasional Relevansi campur tangan pemerintah dalam perekonomian menurut pandangan kaum Keynesian dinotasikan pada identitas keseimbangan pendapatan dapat dilihat bahwa kenaikan penurunan pengeluaran pemerintah akan menaikkan menurunkan pendapatan nasional Dumairy, 1996. Secara teori dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pengeluaran pemerintah dengan pendapatan nasional. Pengeluaran rutin pemerintah terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, pembayaran bunga dan cicilan utang, subsidi, serta pengeluaran rutin lainnya. Jika pengeluaran rutin tersebut sebagian besar digunakan untuk konsumsi maka akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena adanya peningkatan konsumsi akan menggeser kurva permintaan agregat ke kanan atas dan meningkatkan pendapatan nasional, sehingga pada selanjutnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun jika sebagian besar digunakan untuk pembayaran bunga dan cicilan utang maka akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, karena baik utang dalam negeri maupun luar negeri memiliki resiko. Jika pemerintah melakukan pencetakan uang untuk pembayaran utang dalam negeri maka hal ini akan memicu inflasi, selain itu juga akan menggeser investasi domestik karena dana yang seharusnya untuk investasi digunakan untuk membayar utang dalam negeri, sedangkan utang luar negeri akan memperlemah posisi tawar negara terhadap negara-negara lain di dunia internasional. Utang luar negeri sangat rentan terhadap perubahan kurs dan akan berbahaya jika terjadi depresiasi mata uang sehingga utang akan melonjak tinggi Muhammad, 2005. Menurut Fischer dan Easterly dalam Pradhan 1996, jika pemerintah melakukan berlebih dalam bentuk valuta asing foreign reserves dapat mendorong krisis dalam neraca pembayaran balance of payment, pencetakan uang untuk menutupi utang akan mendorong inflasi, dan terlalu banyak pinjaman dalam negeri mendorong suku bunga riil meningkat sehingga dapat menghambat investasi swasta. Secara teori dapat disimpulkan bahwa pengeluaran rutin pemerintah dapat berpengaruh positif dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pembangunan pemerintah adalah semua pengeluaran negara untuk membiayai proyek pembangunan fisik dan non fisik. Pengeluaran ini mencerminkan peranan pemerintah dalam perekonomian yang lebih mengarah kepada investasi seperti pengeluaran untuk membangun jalan raya dan gedung sekolah. Pengeluaran pembangunan jalan raya dan gedung sekolah akan meningkatkan permintaan agregat akan barang dan jasa yang berhubungan dengan pembangunan itu sendiri. Kenaikan dalam permintaan agregat akan meningkatkan output dan selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Jadi secara teori pengeluaran pembangunan pemerintah akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Samuelson dan Nordhaus dalam Lailatussholiha 2005, investasi merupakan komponen pengeluaran yang cukup besar dan tidak mudah habis, perubahan besar pada investasi akan mempengaruhi permintaan agregat efek jangka pendek yang pada akhirnya berakibat juga pada output dan kesempatan kerja. Kemudian investasi mendorong terjadinya akumulasi modal yang dapat meningkatkan output potensial suatu bangsa dan merangsang pertumbuhan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Salah satu determinan penting dari produksi barang dan jasa suatu negara adalah tenaga kerja, semakin banyak tenaga kerja yang digunakan maka semakin banyak output yang diproduksi. Adanya tambahan jumlah pekerja harus diimbangi pula dengan adanya tambahan modal. Jika modal untuk produksi tetap, maka dengan bertambahnya jumlah pekerja dapat menurunkan output yang diproduksi itu sendiri. Namun sebaliknya jika modal untuk produksi fleksibel mengikuti pertambahan jumlah pekerja, maka peningkatan jumlah pekerja dapat meningkatkan output. Dengan demikian secara teori dapat disimpulkan bahwa jumlah pekerja dapat berpengaruh positif dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. LRAS Tingkat harga, P AS 2 P 3 C AS 1 P 2 B P 1 AD 2 A AD 1 Y 1 = Y 3 = Y Y 2 Output, Y Sumber: Mankiw 2000 Gambar 3.2. Dampak Pergeseran dalam Permintaan Agregat terhadap Inflasi dan Output Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus-menerus dalam jangka panjang. Hubungan inflasi dan output dapat dilihat pada Gambar 3.2. Ketika pemerintah melakukan kebijakan fiskal untuk meningkatkan permintaan agregat, kebijakan tersebut akan menggerakkan perekonomian sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek ke titik output yang lebih tinggi dan tingkat harga yang lebih tinggi, yaitu dari titik A ke titik B. Output yang lebih tinggi berarti pengangguran yang lebih rendah, karena perusahaan membutuhkan lebih banyak pekerja ketika mereka memproduksi lebih banyak dan berarti juga pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Tingkat harga yang tinggi dibandingkan tingkat harga tahun sebelumnya berarti inflasi yang lebih tinggi. Jadi ketika pemerintah menggerakkan perekonomian ke atas sepanjang kurva penawaran agregat jangka pendek maka akan menurunkan tingkat pengangguran atau meningkatkan output pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan inflasi. Adanya inflasi menyebabkan harga-harga barang input produksi menjadi tinggi yang berakibat pada pengurangan kapasitas produksi oleh produsen, dengan kata lain terjadi penurunan penawaran dari AS 1 ke AS 2 . Ketika perekonomian kembali ke keseimbangan jangka panjang yang baru, yaitu titik C, output akan turun kembali pada tingkat alamiah dan tingkat harga yang terbentuk semakin tinggi, dengan kata lain inflasi yang lebih tinggi. Secara teori dapat disimpulkan bahwa inflasi dapat berpengaruh positif dan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Konseptual Pengeluaran pemerintah yang terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang dapat digunakan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi. Investasi swasta sebagai pembentuk akumulasi modal dapat meningkatkan output potensial suatu bangsa dan merangsang pertumbuhan ekonomi. Pekerja sebagai salah satu faktor penting dalam produksi barang dan jasa dapat memberikan efek dalam pertumbuhan ekonomi. Inflasi sebagai cerminan dari peningkatan harga-harga juga memberikan efek pada pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dilakukan estimasi pertumbuhan ekonomi menggunakan variabel pengeluaran rutin pemerintah, pengeluaran pembangunan pemerintah, investasi swasta, pekerja, dan inflasi. Estimasi tersebut menggunakan pendekatan koreksi kesalahan, yaitu estimasi model jangka panjang dengan uji kointegrasi Engel-Granger dan estimasi model jangka pendek dengan Error Correction Model ECM. Pada estimasi model jangka pendek diikutsertakan variabel dummy krisis untuk mengetahui pengaruh dari krisis ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi di jangka pendek. Kemudian untuk menunjukkan bahwa model jangka pendek yang diestimasi terbebas dari pelanggaran asumsi Ordinary Least Square OLS maka dilakukan uji kebaikan model. Uji Kointegrasi Engel-Granger Error Correction Model ECM Uji Kebaikan Model Gambar 3.3. Kerangka Konseptual o Pengeluaran Pemerintah: Rutin dan Pembangunan. o Investasi Swasta, Pekerja, dan Inflasi. Estimasi Pertumbuhan Ekonomi Estimasi Model Jangka Panjang Estimasi Model Jangka Pendek Krisis Kesimpulan dan Saran

IV. METODE PENELITIAN 4.1.