V. PERKEMBANGAN PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGELUARAN PEMERINTAH, INVESTASI SWASTA, PEKERJA, DAN INLASI
5.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan ukuran yang mencerminkan keberhasilan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut dicirikan
dengan meningkatnya output disertai dengan tingkat pertumbuhan yang cepat. Selama periode 1975-2004 pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai pada tahun
1980 yaitu sebesar 9,88 persen. Kemudian pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada tahun 1998 yaitu mencapai –13,13 persen, hal ini dikarenakan adanya krisis
moneter pada bulan Juli 1997 yang mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat dilihat pada
Gambar 5.1.
Pertumbuhan Ekonomi
-15 -10
-5 5
10 15
1 97
4 1
97 6
1 97
8 1
98 1
98 2
1 98
4 1
98 6
1 98
8 1
99 1
99 2
1 99
4 1
99 6
1 99
8 2
00 2
00 2
2 00
4 Tahun
Pe rs
e n
ta se
Sumber: BPS, BI 1975-2004
Gambar 5.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahun 1980 tidak lain karena pada periode 1973-1982 merupakan era boom minyak, yaitu harga minyak di pasar
internasional melambung tinggi. Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor minyak saat itu mendapat rejeki nomplok dari hasil ekspornya, sehingga
berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun situasi berubah pada tahun 1983 ketika dunia mengalami resesi ekonomi, terjadi krisis minyak yaitu
harga minyak di pasar internasional merosot. Seiring dengan hal tersebut penerimaan pemerintah dari minyak pun ikut menurun, sehingga memberikan
dampak yang buruk bagi pertumbuhan ekonomi, dimana pada periode 1983-1986 pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 4,88 persen per tahun.
Setelah masa resesi yaitu pada periode 1987-1996 pertumbuhan ekonomi kembali mengalami peningkatan yaitu dari 3,59 persen pada tahun 1987 menjadi
7,82 persen pada tahun 1996. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh kenaikan yang cukup besar dalam konsumsi dan investasi. Memasuki pertengahan
tahun 1997 Indonesia dihadapkan pada kondisi krisis moneter. Hal ini disebabkan oleh kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam dunia perbankan nasional. Krisis
tersebut melemahkan perekonomian yang ditandai dengan merosotnya pertumbuhan ekonomi hingga mencapai –13,13 persen.
Pertumbuhan ekonomi setelah masa krisis kembali mengalami peningkatan. Seiring dengan meningkatnya perekonomian global, perekonomian
Indonesia juga menunjukkan perkembangan yang baik. Kinerja ekonomi selama tahun 2002 tumbuh sebesar 4,38 persen dan pada tahun 2003 kembali meningkat
menjadi 4,88 persen. Kondisi ekonomi yang cukup stabil selama tahun 2002 dan
2003 mendorong kemajuan pada perekonomian tahun 2004, dimana pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi meningkat hingga mencapai 5,13 persen.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut juga didukung oleh situasi keamanan yang terkendali serta diimbangi pula oleh rendahnya laju inflasi.
5.2. Pengeluaran Rutin Pemerintah