Asimetri Dental Klasifikasi Asimetri Dentokraniofasial

tidak seimbang, kelainan skeletal yang meliputi maksila dan mandibula. Asimetri dentokraniofasial merupakan suatu hal yang kompleks karena dipengaruhi oleh gigi, prosesus alveolar, serta otot wajah yang terletak disekitar gigi. Asimetri dentokraniofasial dapat bersifat unilateral ataupun bilateral, arah anteroposterior, superoinferior, dan mediolateral. Mandibula merupakan bagian yang paling sering terjadi asimetri dikarenakan dukungan jaringan lunak bagian bawah lebih banyak dibanding maksila. 9

2.2 Klasifikasi Asimetri Dentokraniofasial

Asimetri jika diklasifikasikan berdasarkan struktur dentokraniofasial terbagi menjadi asimetri dental, asimetri skeletal, asimetri muskular, dan asimetri fungsional. 9,11,12 Keempat tipe asimetri ini dapat menyebabkan terjadinya asimetri wajah dan bahkan dapat dijumpai pada individu yang sama. 9

2.2.1 Asimetri Dental

Asimetri dental Gambar 1 dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti tanggalnya gigi desidui yang terlalu dini, kehilangan gigi secara kongenital, kebiasaan buruk seperti menghisap jari, ketidakseimbangan jumlah gigi pada lengkung gigi yang ada, perbedaan jumlah gigi pada lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah, dan lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah yang tidak harmonis. 9,11 Pada subjek yang memiliki maloklusi dental, cenderung memiliki asimetri lengkung gigi. 10,13,14 Asimetri lengkung gigi ditandai dengan adanya deviasi midline yang disertai dengan kehilangan gigi atau tanggalnya gigi yang terlalu dini dan dipastikan terdapat crowding pada salah satu sisi. 7 Deviasi midline merupakan hal yang sering dijumpai pada penderita dengan asimetri dental. Deviasi midline yang lebih besar dari 2 mm merupakan hal yang mudah terlihat bagi orang awam, dan ini merupakan hal yang harus diperhatikan ketika menentukan rencana perawatan. 9,10 Asimetri lengkung gigi cenderung ditemui pada populasi dengan maloklusi. Asimetri lengkung gigi dapat disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan, ataupun kombinasi dari kedua faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut seperti malformasi kongenital, karies interproksimal, kebiasaan buruk seperti menghisap jari, mengunyah sebelah sisi, pencabutan gigi yang tidak seimbang atau trauma. Individu yang lebih tua cenderung memiliki asimetri lengkung gigi yang lebih besar, ini juga dikarenakan faktor lingkungan yang berjalan seiring waktu. 10,14 Garn melaporkan bahwa asimetri ukuran gigi pada umumnya tidak melibatkan keseluruhan pada satu sisi lengkung. Di samping itu, gigi yang memiliki morfologi yang sama cenderung memiliki asimetri yang sama, seperti contoh, pada premolar satu maksila lebih besar pada sisi kanan, maka premolar dua maksila akan cenderung memiliki ukuran yang lebih besar pula pada sisi kanan. Selain itu, asimetri cenderung lebih besar terjadi pada gigi yang berposisi lebih distal seperti insisivus lateral, premolar dua, dan molar tiga. 12 Gambar 1. Asimetri dental 12 Asimetri lengkung gigi menjadi hal yang sedang banyak didiskusikan di kepustakaan ortodonti. 10 Sehingga, banyak metode yang dikembangkan dalam menganalisis kesimetrisan lengkung gigi tersebut. Penelitian Zubair dalam menganalis asimetri lengkung gigi menggunakan metode dengan membagi lengkung gigi menjadi tiga segmen. Segmen pertama adalah jarak insisivus-kaninus yang merupakan jarak dari titik insisal ke ujung cusp kaninus. Segmen kedua yaitu jarak kaninus-molar yang merupakan jarak dari ujung cusp kaninus ke ujung cusp distobukal dari molar satu permanen dan segmen ketiga yaitu jarak insisivus-molar yaitu jarak dari titik insisal ke ujung cusp distobukal dari gigi molar satu permanen Gambar 2. Nilai ukur dari ketiga segmen tersebut kemudian dibandingkan antara sisi kanan dan sisi kiri dengan mengukurnya menggunakan suatu jangka sorong yang telah dimodifikasi. 13 Gambar 2. Model gigi dengan segmen a Jarak insisivus- kaninus, b Jarak kaninus-molar, c Jarak insisivus-molar. 13 Pada penelitian Scanavini, pengukuran asimetri lengkung gigi dilakukan pada model gigi dengan menggunakan suatu alat yang dimodifikasi secara khusus untuk menganalisis asimetri lengkung gigi tersebut Gambar 3. Alat tersebut dirancang di departemen ortodonti di UMESP dan terbuat dari baja dan aluminium. Suatu penggaris milimeter dan busur logam disesuaikan untuk memperoleh nilai ukur dari model gigi. Model gigi diposisikan pada suatu landasan dan selanjutnya difiksasi pada landasan dengan menggunakan sekrup. Midline pada model rahang atas ditentukan dengan menandakan titik di sepanjang midpalatal suture, dari papila insisivum hingga ke tanda yang terletak paling posterior yang terlihat. Dengan menghubungkan titik-titik tersebut, sumbu simetris akan diperoleh. Garis tersebut diperpanjang hingga ke incisal edge dari insisivus sentralis maksila yang merupakan titik As anterior-superior dan diperpanjang hingga permukaan paling posterior dari model rahang atas yang merupakan titik Ps posterior-superior. Penentuan midline rahang bawah diperoleh dari proyeksi dari titik As dan Ps pada rahang atas menggunakan penggaris hingga diperoleh titik Ai anterior-inferior yang merupakan titik diantara incisal edge dari insisivus sentralis mandibula dan Pi posterior-inferior yang merupakan titik pada permukaan paling posterior pada rahang bawah. Gambar 4. Setelah semua titik referensi diperoleh, dilakukan pengukuran pada deviasi midline, posisi kaninus dan molar satu dengan menggunakan busur dan penggaris tersebut Gambar 5. 10 Gambar 3. Alat pengukur pada penelitian Scanavini 10 Gambar 4. Penentuan midline pada penelitian Scanavini 10 Gambar 5. Metode pengukuran asimetri lengkung gigi pada penelitian Scanavini 10 Pengukuran kesimetrisan lengkung gigi menurut Kula dan Maurice pada foto model gigi yang dicetak dengan perbandingan foto sebesar 1:1. Sebelum model gigi difoto, penentuan tanda-tanda referensi dilakukan terlebih dahulu. Adapun tanda referensi terdiri dari garis MPP Median Palatal Plane yang terbentuk dari dua titik, yaitu titik pada median palatal raphe dekat dengan rugae kedua dan titik kedua adalah titik yang berjarak 1 cm lebih ke distal dari titik pertama. Garis MPP pada maksila diproyeksi ke mandibula untuk memperoleh garis MPP pada mandibula. Tanda referensi lainnya adalah titik pada sudut mesio insisal insisivus sentral, titik pada ujung cusp kaninus, titik pada ujung cusp mesiobukal molar dua desidui dan titik pada ujung cusp mesiobukal molar satu permanen Gambar 6. Titik pada insisivus, kaninus, molar dua desidui dan molar satu permanen ditarik garis tegak lurus ke garis MPP. Jarak antar titik ke garis MPP diukur dan dibanding antar sisi kiri dan sisi kanan untuk menentukan asimetri lengkung gigi. 14,15 Gambar 6. Titik-titik referensi pada model gigi yang digunakan dalam menentukan asimetri lengkung gigi 14,15 Cara lain untuk menilai kesimetrisan lengkung gigi juga dapat menggunakan alat symmetograph Gambar 7. Symmetograph menurut Bernklau berupa suatu template plastik dengan skala 2 mm persegi dan terdapat 2 batang besi yang berguna sebagai penahan agar calibrated grid dapat tetap tegak pada midpalatal raphe. Asimetri lengkung gigi dapat dinilai dari arah transversal dan arah anteroposterior dengan membandingkan sisi kiri dan sisi kanan. 20 Gambar 7. Symmetograph 20

2.2.2 Asimetri Skeletal