Rumusan Masalah Manfaat Penelitian

menyatakan bahwa asimetri lengkung gigi lebih banyak terjadi pada maloklusi Klas II Angle, khususnya pada maloklusi tipe subdivisi. 9,15,16 Tetapi, terdapat suatu laporan yang dipaparkan oleh Chew, bahwa dari 212 orang pasien dengan deformitas dentofasial, terdapat sebesar 35,8 yang mengalami asimetri, dan mayoritas kasus tersebut muncul pada pasien dengan hubungan oklusi Klas III. 17 Pemeriksaan asimetri pada pasien Klas III juga merupakan hal yang mutlak dilakukan dalam prosedur diagnosis. 11 Penelitian Nie dan Lin mengenai analisis dan perbandingan terhadap kesimetrisan lengkung gigi pada 300 subjek penelitian dengan kelompok oklusi normal dan kelompok maloklusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya lengkung gigi yang simetris ditemukan pada kelompok oklusi normal. Sedangkan pada kelompok maloklusi menunjukkan jumlah dan derajat asimetri lengkung gigi yang lebih tinggi dibanding oklusi normal. 16 Perlu diketahui bahwa, diagnosis dan perawatan sedini mungkin pada asimetri lengkung gigi dapat meminimalkan kebutuhan dalam penggunaan perawatan mekanik yang kompleks ataupun pencabutan yang asimetri. 14 Dari penelitian yang telah dipaparkan di atas, gambaran asimetri lengkung gigi yang menyertai setiap maloklusi memerlukan perhatian khusus dalam usaha ortodonti interseptif. Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk meneliti seberapa besar prevalensi asimetri lengkung gigi pada maloklusi Klas II Angle dan maloklusi Klas III Angle.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapakah prevalensi asimetri lengkung gigi pada mahasiswa FKG USU dengan maloklusi Klas II Angle. 2. Berapakah prevalensi asimetri lengkung gigi pada mahasiswa FKG USU dengan maloklusi Klas III Angle. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum 1. Untuk mengetahui prevalensi asimetri lengkung gigi pada mahasiswa FKG USU dengan maloklusi Klas II Angle. 2. Untuk mengetahui prevalensi asimetri lengkung gigi pada mahasiswa FKG USU dengan maloklusi Klas III Angle.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui prevalensi asimetri lengkung gigi antara sisi kiri dan kanan pada mahasiswa FKG USU dengan maloklusi Klas II dan Klas III Angle. 2. Untuk mengetahui prevalensi asimetri lengkung gigi antara maksila dan mandibula pada mahasiswa FKG USU dengan maloklusi Klas II dan Klas III Angle

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi bagi klinisi bahwa seberapa banyak maloklusi yang disertai asimetri lengkung gigi sehingga dapat mendiagnosis dan memberikan perawatan yang tepat. 2. Memberikan informasi bagi pasien mengenai pentingnya perawatan maloklusi ortodonti dengan asimetri lengkung gigi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asimetri Dentokraniofasial

Simetris berasal dari bahasa Yunani, yaitu symmetria yang berarti ukuran. Simetris dapat didefinisikan sebagai suatu kesesuaian dalam ukuran, bentuk, dan posisi relatif dari bagian-bagian terhadap sisi kebalikannya yang dipisahkan oleh suatu garis pemisah atau median plane. 8 Menurut kamus kedokteran Stedman, simetris didefinisikan sebagai suatu kesetaraan atau kesesuaian dalam bentuk dari bagian-bagian yang terdistribusi di sekitar pusat atau poros, pada dua ekstrim atau kutub, atau pada dua sisi yang berlawanan pada tubuh. 18 Asimetri dapat dinyatakan sebagai kekurangan atau ketiadaan simetris, jika diilustrasikan ke wajah manusia, ini menggambarkan ketidakseimbangan atau tidak proposionalnya antara sisi kanan dan kiri. 8 Dari zaman dulu, manusia selalu menghubungkan kesimetrisan dengan nilai estetika, namun seiring dengan perkembangan zaman, kesimetrisan tidak hanya berkaitan dengan estetika tetapi juga mempengaruhi fungsi. Untuk menemukan seorang individu dengan kesimetrisan yang sempurna sangatlah jarang, sehingga asimetri dengan derajat yang kecil dapat diterima sebagai suatu keadaan yang normal. 10 Hasse menyatakan bahwa asimetri dalam kesenian yunani kuno merupakan suatu fenomena yang terjadi secara alami yang menjadi suatu sifat atau ciri dari setiap wajah manusia. Pada kenyataannya, wajah yang simetris sempurna memiliki nilai yang kurang menarik, bagaikan suatu topeng. 19 Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa ketika suatu wajah dimanipulasi untuk menciptakan suatu wajah yang simetris sempurna, wajah tersebut menjadi kurang menarik dibandingkan dengan wajah yang memiliki sedikit asimetri. 7 Asimetri dentokraniofasial dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan bervariasi pada setiap individu. Asimetri dapat disebabkan oleh tidak erupsi gigi yang abnormal, tanggalnya gigi desidui yang terlalu dini, ekstraksi gigi permanen yang