2.4.2.1 Maloklusi Klas II Angle Divisi 1
Maloklusi Klas II divisi 1 memiliki gigi rahang bawah dengan posisi lebih distal dari gigi rahang atas. Protusi gigi insisivus atas umum ditemukan pada
maloklusi ini, sehingga akan menghasilkan overjet lebih besar dari normal Gambar 16. Insisivus atas sering dijumpai penambahan inklinasi ke labial, ini
menyebabkan mahkota insisivus rentan terjadi fraktur. Hubungan molar satu permanen pada maloklusi ini menunjukkan cusp distobukal dari gigi molar satu atas
beroklusi pada bukal groove dari molar satu permanen bawah dan ujung mahkota kaninus maksila beroklusi di dekat permukaan mesial dari kaninus mandibula. Pasien
dengan maloklusi ini dapat atau tidak memiliki gigi crowded dan memiliki variasi dalam derajat dari overbite, dari openbite hingga deep overbite. Rata-rata pada
individu dengan maloklusi Klas II divisi 1 memiliki lebar lengkung maksila yang lebih sempit dibanding dengan individu dengan oklusi normal.
26
Gambar 16. Maloklusi Klas II Angle divisi 1
26
2.4.2.2 Maloklusi Klas II Angle Divisi 2
Pada maloklusi Klas II divisi 2, inklinasi insisivus sentralis atas lebih ke lingual Gambar 17. Hal ini yang menunjukkan perbedaan dengan maloklusi Klas II
divisi 1 dimana terdapat inklinasi labial yang besar. Jumlah dari insisivus maksila dengan inklinasi ke lingual bervariasi antara keempat gigi insisivus rahang atas.
Posisi dari insisivus dengan inklinasi ke lingual akan menghasilkan nilai overjet yang
kecil hingga sedang. Oleh karena inklinasi insisivus yang lebih ke lingual, maka overbite akan ditemukan lebih dalam dari biasanya. Collum angle antara panjang axis
dari mahkota dengan panjang axis dari akar pada insisivus sentralis maksila memiliki derajat lebih besar pada pasien maloklusi Klas II divisi 2 dibandingkan dengan
kelompok oklusi normal. Pasien dengan maloklusi Klas II divisi 2 yang memiliki derajat collum angle yang besar pada umumnya memiliki overbite yang lebih besar
dari normal. Lengkung maksila dan mandibula pada pasien dengan maloklusi ini lebih sempit dibandingkan dengan oklusi normal.
26
Gambar 17. Maloklusi Klas II Angle divisi 2
26
2.4.3 Maloklusi Klas III Angle