Pengertian Usia Kawin dalam Fikih

BAB II BATAS USIA MINIMAL KAWIN DALAM KITAB-KITAB FIKIH

A. Pengertian Usia Kawin dalam Fikih

Jika dilacak dengan menggunakan kata kunci nikah, maka dalam al- Qur‟an akan ditemukan ayat yang berkaitan dengan pernikahan sebanyak 23 ayat. Tapi tidak satupun ayat yang menyebutkan secara jelas tentang batas usia perkawinan, namun jika diteliti lebih lanjut, ayat yang berkaitan dengan kelayakan seseorang untuk menikah ada dua ayat dalam al- Qur‟an, yaitu surat al-Nur ayat 32 dan surat An nisa‟ ayat 6 1 ݕح݃ݎأݔ ݍ݊ ڰَ ݉ݓݏغي ء۴ܕܿف ۴ݕݎݕ݃ي ݌إ ۚ ݉݃ئ۵݊إݔ ݉كܐ۵۹ع ݍ݊ ݍيح݆۵ڰص݆۴ݔ ݉݃ݏ݊ ٰى݊۵يْ۴ ۴ ݉ي݇ع عس۴ݔ ڰَݔ ۗ ݑ݇ضف “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak berkawin dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian- Nya lagi Maha Mengetahui.” QS. An Nuur : 32 2 Al-Maraghi sebagaimana dikutip Dedi Supriyadi dan Mustofa menafsiri wassalihin ialah para laki-laki atau perempuan yang mampu untuk menikah dan menjalankan hak-hak suami isteri, seperti berbadan sehat, mempunyai harta dan lain-lain. Quraysh Shihab menafsiri ayat 1 Supriyadi, Dedi dan Mustofa, Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Islam, Bandung: Pustaka Al-Fikriis, 2009, h. 22-24. 2 Departemen Agama RI, al- Qur‟an dan Terjemahannya, Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1998, h. 692. tersebut “wassalihin”, yaitu seseorang yang mampu secara mental dan spiritual untuk membina rumah tangga, 3 bukan dalam arti yang taat beragama, karena fungsi perkawinan memerlukan persiapan bukan hanya materi, tetapi juga kesiapan mental maupun spiritual, baik bagi calon laki- laki maupun perempuan. Surat An nisa‟ ayat 6: ݆۴ݕ݊أ ݉ݓي݆إ ۴ݕعفܐ۵ف ۴ܑشܔ ݉ݓݏ݊ ݉ۿسݎآ ݌إف ܈۵݃ڲݏ݆۴ ۴ݕغ݇۸ ۴ܒإ ٰىڰۿح ٰى݊۵ۿي݆۴ ۴ݕ݇ۿ۸۴ݔ َݔ ݉ݓ يݏغ ݌۵ك ݍ݊ݔ ۴ݔܕ۹݃ي ݌أ ۴ܔ۴ܑ۸ݔ ۵ف۴ܕسإ ۵ݒݕ݇كأ۾ ݅كأي݇ف ۴ܕيܿف ݌۵ك ݍ݊ݔ فܻعۿسي݇ف ۵ ۵۹يسح ڰَ۵۸ ٰىܻكݔ ݉ݓي݇ع ۴ݔܑݓشأف ݉ݓ݆۴ݕ݊أ ݉ݓي݆إ ݉ۿعفܐ ۴ܒإف فݔܕع݋݆۵۸ :ء۵سݏ݆۴ۤ ٦ ۣ “Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas pandai memelihara harta, maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan janganlah kamu tergesa-gesa membelanjakannya sebelum mereka dewasa. Barangsiapa diantara pemelihara itu mampu, maka hendaklah ia menahan diri dari memakan harta anak yatim itu dan barang siapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi tentang penyerahan itu bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas atas persaksian itu.” 4 Dalam tafsir al-misbah, makna kata dasar rusdhan adalah ketepatan dan kelurusan jalan. Dari sini lahir kata rushd yang bagi manusia adalah kesempurnaan akal dan jiwa yang menjadikannya mampu bersikap dan bertindak setepat mungkin. 5 Al-Maraghi menafsirkan dewasa rusdhan, sedangkan yang dimaksud balighu al-nikah ialah jika umur 3 M. Quraish Shihab, Tafsir al Misbah, jilid IX Jakarta: Lentera Hati, cet IV 2005 , h. 335. 4 Departemen Agama RI, al- Qur‟an dan Terjemahannya, h.143. 5 M. Quraish Shihab, Tafsir al Misbah,h. 336. telah siap untuk menikah. 6 Menurut Rasyid Ridha sebagaimana dikutip Dedi Supriyadi dan Mustofa, kalimat balighu al-nikah menunjukan bahwa usia seseorang untuk nikah, yakni sampai bermimpi dan haid. Pada umur ini seseorang telah bisa memberikan keturunan dan melahirkan sehingga tergerak hatinya untuk menikah. 7 Berdasarkan penafsiran kedua ayat di atas, menunjukan bahwa kedewasaan dapat ditentukan dengan mimpi dan rusdhan, akan tetapi rusdhan dan umur kadang-kadang tidak sama dan sukar ditentukan. Hal ini dapat dibuktikan dalam perbuatan sehari-hari, karena itu kedewasaan pada dasarnya dapat di tentukan dengan umur dan dapat pula dengan tanda-tanda. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thaalib ‟alaihis-salaam, dari Nabi shallallaahu „alaihi wasallam, beliau bersabda : ݌ݕݏ܇݋݆۴ ݍعݔ ݉݇ۿحي ىۿح ي۹ص݆۴ ݍعݔ ظܿيۿسي ىۿح ݉ئ۵ݏ݆۴ ݍع ۻثاث ݍع ݆݉݇ܿ۴ عفܔ ݅ܿعي ىۿح ”Diangkat pena tidak dikenakan kewajiban pada tiga orang, yaitu : orang yang tidur hingga bangun, anak kecil hingga ihtilam, dan orang gila hingga berakal” [HR. Abu Dawud no. 4403 dan At-Tirmidzi no. 1423; shahih]. 8 Berdasarkan hadits di atas, ciri utama baligh adalah dengan tanda- tanda seperti mimpi bagi anak laki-laki, dan haid bagi perempuan. Hadits 6 Supriyadi, Dedi dan Mustofa, PerbandinganHukum Perkawinan di Dunia Islam, h. 62. 7 Supriyadi, Dedi dan Mustofa, Perbandingan Hukum Perkawinan di Dunia Islam, h. 63. 8 Muhammad bin Kamal Khalid As-Suyuthi, KUMPULAN HADITS YANG DISEPAKATI 4 IMAM Abu Daud, Tirmidzi, Nasa‟i dan Ibnu Majah, Bandung: Pustaka Azzam, 2009, h. 256. ini tidak mengisyaratkan tentang batas usia baligh. Hanya menjelaskan tentang tanda-tanda baligh alamatu al-baligh.

B. Batas Usia Minimal Kawin Menurut Pandangan Imam Madzhab