BAB III SEJARAH PEMBENTUKAN HUKUM KELUARGA DI NEGARA
INDONESIA, TURKI, DAN MAROKO
A. Sejarah Hukum Keluarga di Indonesia
1. Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian pula kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang
didatanginya mempunyai situasi politik dan sosial maupun budaya yang berlainan. Proses masuknya Islam ke Indonesia memunculkan beberapa
pendapat. Para tokoh yang mengemukakan pendapat itu diantaranya ada yang langsung mengetahui tentang masuk dan tersebarnya budaya serta
ajaran agama Islam di Indonesia, ada pula yang melalui berbagai bentuk penelitian seperti yang dilakukan oleh orang-orang barat eropa yang
datang ke Indonesia karena tugas atau dipekerjakan oleh pemerintahnya di Indonesia. Tokoh-tokoh itu diantaranya, Marcopolo,
1
Muhammad Ghor, Ibnu Bathuthah,
2
Dego Lopez de Sequeira, Sir Richard Wainsted.
3
1
Kennet W. Morgan menjelaskan bahwa berita yang dapat dipercaya tentang Islam di Indonesia mula-mula sekali adalah dalam berita Marcopolo. Menurut Marcopolo yang ketika itu
singgah di Perlak, sebuah kota dipantai utara sumatra, penduduk Perlak pada waktu itu diIslamkan oleh pedagang yang di sebut kaum saracen. P.A. Hoesain Djadjadiningrat,
Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten, Jakarta: Pustaka Jaya, 1983, h. 119.
2
Ibnu Bathuhthah 1304-1369 M, merupakan pengembara terbesar bangsa Arab yang terakhir. Ia berhasil menyaingi orang besar yang hidup sezamannya, Marcopolo.
Pengembaraannya meliputi seluruh dunia Islam. Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dalam
Sejarah Islam , Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999, h. 232.
3
Uka Tjandrasasmita Ed., Sejarah Nasional Indonesia III, Jakarta: PN Balai Pustaka,
1984, h. 122.
Adapun sumber-sumber pendukung masuknya Islam di Indonesia diantaranya adalah:
a. Berita dari Arab
Berita ini diketahui dari pedagang Arab yang melakukan aktivitas perdagangan dengan bangsa Indonesia. Pedagang Arab telah datang ke
Indonesia sejak masa kerajaan Sriwijaya abad ke-7 M yang menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah Indonesia bagian barat termasuk
Selat Malaka pada waktu itu. Pendapat ini dikemukakan oleh Crawfurd, Keyzer, Nieman, de Hollander, Syeh Muhammad Naquib Al-Attas dalam
bukunya yang berjudul Islam dalam Sejarah Kebudayaan Melayu dan
mayoritas tokoh-tokoh islam di Indonesia seperti Hamka dan Abdullah bin Nuh. Bahkan Hamka menuduh bahwa teori yang mengatakan Islam datang
dari India adalah sebagai sebuah bentuk propaganda, bahwa Islam yang datang ke Asia Tenggara itu tidak murni.
4
b. Berita Eropa
Berita ini datangnya dari Marcopolo tahun 1292 M. Ia adalah orang yang pertama kali menginjakan kakinya di Indonesia, ketika ia kembali
dari Cina menuju Eropa melalui jalan laut. Di perjalannya itu ia singgah di Sumatera bagian utara. Di daerah ini ia menemukan adanya kerajaan
Islam, yaitu kerajaan Samudera dengan ibu kotanya Pasai.
5
Diantara
4
Busman Edyar, dkk Ed., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka Asatruss, 2009,
h.207.
5
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008, h. 195.
sejarawan yang menganut teori ini adalah C. Snouch Hurgronye, W.F. Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke.
6
c. Berita India
Berita ini menyebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai peranan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan
Islam di Indonesia, karena disamping berdagang mereka aktif juga mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada setiap masyarakat yang
dijumpainya, terutama kepada masyarakat yang terletak di daerah pesisir pantai.
7
Teori ini lahir selepas tahun 1883 M. dibawa oleh C. Snouch Hurgronye. Pendukung teori ini, diantaranya adalah Dr. Gonda, Van
Ronkel, Marrison, R.A. Kern, dan C.A.O. Van Nieuwinhuize.
8
d. Berita China
Berita ini diketahui melalui catatan dari Ma Huan, seorang penulis yang mengikuti perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Ia menyatakan melalui
tulisannya bahwa sejak kira-kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar- saudagar Islam yang bertempat tinggal di pantai utara Pulai Jawa. T.W.
Arnold pun mengatakan para pedagang Arab yang menyebarkan agama Islam di Nusantara, ketika mereka mendominasi perdagangan Barat-Timur
sejak abad-abad awal Hijrah atau abad ke-7 dan ke-8 M. Dalam sumber-
6
Badri Yatim, Sejarah Islam di Indonesia, Jakarta: Depag, 1998, h. 30.
7
Menurut W.F. Stutterheim dalam bukunya “ De Islam en Zijn Komst in the Archipel,” Islam berasal dari Gujarat dengan dasar batu nisan sultan pertama dari kerajaan Samudera Pasai,
yakni nisan al-Malik al-Saleh yang wafat pada tahun 1297. Dalam hal ini beliau berpendapat bahwa relif nisan tersebut bersifat Hinduistis yang mempunyai kesamaan dengan nisan yang
terdapat di Gujarat, h. 23.
8
Dedi Supriyadi., Sejarah Peradab Islam, h. 191.
sumber Cina disebutkan bahwa pada abad ke-7 M seorang pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab Muslim di pesisir pantai
Sumatera disebut Ta’shih.
9
e. Kajian Seminar Ilmiah
Terdapat sumber-sumber dari dalam negeri yang menerangkan berkembangnya pengaruh Islam di Indonesia. Yakni Penemuan sebuah
batu di Leran Gresik. Batu bersurat itu menggunakan huruf dan bahasa Arab, yang sebagian tulisannya telah rusak. Batu itu memuat tentang
meninggalnya seorang perempuan yang bernama Fatimah Binti Maimun 1028. Kedua, Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera Utara yang
meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 H atau tahun 1297M. Ketiga, makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang wafat tahun 1419M.
Jirat makam didatangkan dari Gujarat dan berisi tulisan-tulisan Arab.
10
Mengenai masuknya Islam ke Indonesia, ada satu kajian yakni seminar ilmiah yang diselenggarakan pada tahun 1963 di kota Medan,
yang menghasilkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Pertama kali Islam masuk ke Indonesia pada abad 1 H7 M, langsung dari negeri Arab.
2. Daerah pertama yang dimasuki Islam adalah pesisir sumatera Utara.
Setelah itu masyarakat Islam membentuk kerajaan Islam Pertama yaitu Aceh.
9
Busman Edyar, dkk Ed., Sejarah Peradaban Islam, h. 187.
10
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja Grafindo Press, 2007, h. 191.
3. Para da’i yang pertama, mayoritas adalah para pedagang. Pada saat itu
dakwah disebarkan secara damai.
11
2. Pembentukan Hukum Keluarga di Indonesia
Pembentukan hukum keluarga Indonesia terbagi dalam dua masa yaitu
hukum keluarga
prakemerdekaan dan
hukum keluarga
pascakemerdekaan. Hukum keluarga prakemerdekaan dibagi dua yaitu hukum keluarga prapenjajahan prakolonial, dan hukum keluarga zaman
penjajahan kolonial. Adapun hukum keluarga pascakemerdekaan dibagi dalam tiga yaitu hukum keluarga awal kemeredekaan, hukum keluarga
sesudah tahun 1950, dan terbentuknya undang-undang perkawinan baru,
12
dalam redaksi yang berbeda Prof. Khoiruddin Nasution membagi dengan sebutan masa Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi.
13
Sehingga secara keseluruhan dibagi dalam lima bagian.
a. Hukum Keluarga Indonesia Prakolonial
Hukum Keluarga Prakolonial juga bisa kita sebut Hukum Keluarga Masa Kerajaan, sebagaimana Ali Sodiqin membagi periode perkembangan
Hukum Islam Indonesia dengan menyebut Masa Kerajaan Islam Abad XII-XVII M.
14
11
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta:
Akbar Media, 2003, h. 336.
12
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandar Lampung: PT Citra
Aditya Bakti, 2010, h.60-64.
13
Khoiruddin Nasution, Pengantar dan Pemikiran: Hukum Keluarga Perdata Islam
Indonesia, Yogyakarta: ACAdeMIA Tazzafa, 2010, h.30-95.
14
Ali Sodikin, Fiqh Ushul Fiqh: Sejarah, Metodologi dan Implementasinya di Indonesia,
Yogyakarta: Beranda, 2012, h. 181.
Pada masa ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti agama dan budaya masyarakat. Hukum tidak dapat terlepas dari budaya
masyarakat dan agama. Jauh sebelum datangnya penjajah dari Eropa, masyarakat Indonesia telah mengenal beberapa macam hukum seperti
Hukum adat dan Hukum Islam pasca datangnya Islam. Hukum adat misalnya, telah dikenal oleh masyarakat jauh sebelum penjajah bahkan
Islam datang. Setelah Islam datang terjadi akulturasi budaya lokal dengan ajaran Islam. Sebuah proses yang wajib ketika datang kebudayaan baru.
Setelah Islam datang, kemudian terjadi adaptasi serta adopsi ajaran Islam oleh masyarakat adat setempat, sehingga pada perkembangannya ajaran
Islam dan budaya lokal menyatu dan tumbuh bersama sehingga melahirkan budaya baru perpaduan tradisi lokal dan ajaran Islam. Hal ini
dapat dibuktikan di beberapa daerah seperti yang terjadi pada masyarakat Minan
gkabau dengan ungkapan yang terkenal “hukum adat bersendikan syara‟ dan syara‟ bersendikan kitabullah Al-Qur’an.
15
Selain itu, bukti eksistensi Hukum adat dan Hukum Islam sebelum datangnya penjajah hingga datangnya penjajah adalah adanya lembaga
peradilan klasik yang terbentuk kala itu, seperti lembaga tahkim, kemudian
ahlu al-hall wa al-aqd dalam bentuk peradilan adat, kemudian dalam perkembangannya Peradilan Swapraja disebut juga Peradilan Serambi
atau juga Peradilan Masjid dan sejenisnya pada masa kerajaan-kerajaan Islam kemudian menjadi Peradilan Agama hingga sekarang. Seperti pada
15
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, h. 57.
Kerajaan Mataram Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono X menulis secara singkat, bahwa Peradilan Serambi disingkat PS telah ada sejak
zaman Sultan Agung. Struktur Organisasi PS diketuai oleh Hakim dan dibantu empat orang ulama, yang dinamakan
Phatok Nagari. Selain PS ada juga Peradilan Perdata yang disebut
Nawala Pradata Dalam. Bukti lebih
lanjut seperti
adanya Statuta
Batavia 1642
kemudian dipergunakannya
kitab maharrar dan Pepakem Cirebon
16
serta peraturan- peraturan lain didaerah lain.
17
Hal diatas telah menunjukan pengaruh kuat Islam di Indonesia dalam aspek hukum perdata, terutama dalam bidang hukum perkawinan
18
atau kekeluargaan.
b. Hukum Keluarga Indonesia Zaman Kolonial
Zaman kolonial dimulai dari masuknya kompi-kompi pedagang Eropa ke Indonesia, mulai dari Portugis, Belanda, Inggris, dan ditambah
lagi dari Asia yaitu Jepang. Masuknya bangsa Eropa berawal dari kedatangan kompi pedagang
Portugis ke Indonesia dengan tujuan memperoleh rempah-rempah untuk di jual di perdagangan internasional. Masuknya Portugis diikuti oleh kompi-
kompi pedagang Belanda dan seterusnya. Masuknya kompi-kompi pedagang ini sangat menentukan nasib bangsa Indonesia dalam
16
Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata Keluarga Islam Indonesia Dan Perbandingan
Hukum Perkawinan Di Dunia Muslim: Studi Sejarah, Metode Pembaruan, Dan Materi. Dan status Perempuan Dalam Hukum PerkawinanKeluarga Islam, Yogyakarta: ACAdeMIA Tazzafa,
2009, h.16-20.
17
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, h. 60.
18
Ali Sodikin, Fiqh Ushul Fiqh: Sejarah, Metodologi dan Implementasinya di Indonesia,
h. 182.
perkembangan selanjutnya. Berawal dari masuknya Portugis dan Belanda sangat mempengaruhi konstruksi sosial yang ada, hal ini tidak serta merta
diterima oleh penduduk masyarakat setempat buktinya dapat terlihat dari penolakan yang berujung menjadi perlawanan dari penduduk asli. Lambat
laun para penjajah dalam hal ini adalah Belanda berhasil menduduki Indonesia dan membuat penduduk asli tak berdaya. Awal kedatangan
Belanda ke Indonesia hingga terbentuknya VOC tidak terlalu mempengaruhi kondisi hukum yang ada. Namun perubahan terjadi ketika
daerah jajahan diambil alih oleh Pemerintah Belanda. Terjadi rekontruksi bidang hukum yang serius. Semula Hukum Islam diterima dan dijadikan
dasar hukum secara keseluruhan receptio in complexu namun situasi
terbalik ketika diambil alih oleh Pemerintah Belanda menjadi berlaku sebagian hanya yang diresepsi oleh hukum adat atau teori
receptio. Kondisi ini memberikan keperihatinan bagi Hukum Islam dan
penerapannya. Dalam perkembangan selanjutnya Pemerintah Belanda menerapkan hukum baru bagi negeri jajahan yaitu diterapkannya hukum
Barat termanifestasi dalam BW Hindia-Belanda. Belanda sebagai penjajah terlama memberikan pengaruh yang
cukup besar bagi sistem kehidupan masyarakat, termasuk sistem hukum,
19
karena secara filosofis dinyatakan bahwa perubahan sosial menghendaki hukum juga berubah sesuai tuntutan perubahan sosial yang terjadi.
20
Dalam pemaparan yang lebih dalam dapat diungkap melalui pertikaian
19
Ali Sodikin, Fiqh Ushul Fiqh: Sejarah, Metodologi dan Implementasinya di Indonesia,
h. 188.
20
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, h.59.
antara dua teori tentang keberlakuan Hukum Islam di Indonesia, yaitu teori recepti in complexu ini ditandai dari sikap minus tiada intervensi
penjajah terhadap Hukum Islam, teori ini dikemukakan oleh Lodewejik Willem Christian Van Den Berg 1845-1927. Melalui kantor dagang
Belanda VOC, dikeluarkanlah Resolute de Indishe Regeering yang
pemberlakuan hukum waris dan hukum perkawinan Islam pada pengadilan VOC bagi orang Indonesia. Resolusi ini dikenal dengan nama
Compendium Freijer, yang merupakan legislasi Hukum Islam pertama di Indonesia.
21
Sebagai tambahan, pada masa penjajahan Belanda, perkawinan diatur dalam beberapa peraturan menurut golongannya. Pertama, bagi
orang-orang Eropa berlaku kitab Undang-undang Hukum Perdata Burgelijk Wetboek. Kedua, bagi orang-orang Tionghoa, secara umum
juga brelaku BW dengan sedikit pengecualian, yakni hal-hal yang berhubungan dengan pencatatan jiwa dan acara sebelum perkawinan.
Ketiga bagi golongan Arab dan Timur Asing yang bukan Tionghoa berlaku hukum adat mereka. Keempat, bagi orang Indonesia asli berlaku
hukum adat mereka, ditambah untuk orang kristen berlaku Undang- undang Perkawinan Kristen Jawa dan Ambon Huwelijk Ordonantie
Christen Indonesiers Java, Minahasa an Ambonia HOCI berdasarkan
21
Idris Ramulyo, Azas-azas Hukum Islam: Sejarah Timbul dan Berkembangnya, Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1993, h.189.
stbl. No. 74 Tahun 1993. Kelima, bagi orang yang tidak menggunakan salah satunya berlaku peraturan Perkawinan Campuran.
22
c. Hukum Keluarga Awal Kemerdekaan Hingga Berakhirnya
Orde Lama
Pembagian ini mengkombinasikan pembagian menurut Prof. Abdulkadir Muhammad dan Prof. Khoiruddin Nasution yakni mulai dari
awal kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 hingga Tahun 1966 berakhirnya Orde Lama seiring dengan turunnya Presiden Soekarno.
Dalam masa ini Indonesia mengalami babak baru, babak kemerdekaan. Pada masa ini baik pemerintah maupun masyarakat disibukan dengan
usaha mengisi kemerdekaan yang baru saja diraih sehingga perhatian pada hukum perkawinan dirasa kurang diperhatikan. Adapun untuk menjaga
kekosongan hukum vacuum racht masih diadopsi hukum yang ada pada zaman kolonial Belanda misalnya BW. Namun bukan berarti perhatian
pemerintah terhadap hukum perkawinankeluarga tidak ada. Setahun setelah kemerdekaan dikeluarkan peraturan perundangan yang mengatur
mengenai perkawinan terutama perkawinan yaitu UU No. 22 Tahun 1946 tentang Nikah, Talak, dan Rujuk. Walaupun telah ada UU tersebut namun
jangkauan berlakunya masih terbatas yaitu hanya untuk wilayah Jawa dan Madura, hingga dikeluarkan UU No. 32 Tahun 1954 sebagai perluasan
jangkauan dari UU No. 22 Tahun 1946.
22
Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata Keluarga Islam Indonesia Dan Perbandingan
Hukum Perkawinan Di Dunia Muslim: Studi Sejarah, Metode Pembaruan, Dan Materi. Dan status Perempuan Dalam Hukum PerkawinanKeluarga Islam,h. 28-29
Menurut Wasit Aulawi, dari pasal-pasal yang ada, secara eksplisit UU No. 22 Tahun 1946 hanya mengatur pencatatan perkawinan, talak, dan
rujuk, yang berarti hanya menyangkut hukum acara, bukan materi hukum perkawinan.
23
Pada masa berlakunya UU ini UU No. 22 Tahun 1946 masih terkekang dengan teori
receptio. Teori receptio ini membatasi kewenangan peradilan agama dan menghambat perkembangan hukum
keluarga Islam dan agama Islam pada khususnya,
24
hingga runtuhnya Orde Lama dan digantikan Orde Baru.
d. Hukum Keluarga Masa Orde Baru
Masa ini dimulai dari lengsernya Soekarno dari kursi jabatan kepresidenan hingga runtuhnya pemerintahan Soeharto yaitu jatuhnya
Orde Baru pada bulan Mei 1998. Pada masa inilah mulai nampak klimaks dari pembicaraan hukum keluarga sebagai warisan orde sebelumnya.
Terbukti pada tahun 1974 terbentuk Undang-undang tentang keluarga yaitu UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Ini tidak lain dari hasil
perjuangan sebelumnya dalam membuat rancangan undang-undang tentang perkawinan. Undang-undang ini UU No. 1 Tahun 1974
merupakan Undang-undang tentang perkawinan pertama yang terbentuk pada masa Orde Baru.
Kehadiran UU No. 1 Tahun 1974 ini disusul dengan lahirnya beberapa peraturan pelaksana.
Pertama, PP No. 9 Tahun 1975 yang
23
Wasit Aulawi, Sejarah Perkembangan Hukum Islam di Indonesia, halaman. 57-58.
Dalam Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata Keluarga Islam Indonesia Dan Perbandingan
Hukum Perkawinan Di Dunia Muslim: Studi Sejarah, Metode Pembaruan, Dan Materi. Dan status Perempuan Dalam Hukum PerkawinanKeluarga Islam, h.32.
24
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, h.61.
diundangkan tanggal 1 April 1975. Kedua, Peraturan Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri. Ketiga, Petunjuk Mahkamah Agung R.I.
25
Dalam Pasal 67 PP No. 9 Tahun 1975 disebutkan: 1 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Oktober 1975, 2 Mulai
berlakunya Peraturan Pemerintah ini merupakan pelaksanaan secara efektif dari Undang-undang No. 1 Tahun 1974. Bagi Umat Islam diatur dalam
Peraturan Menag No. 3 Tahun 1975 dan No. 4 Tahun 1975, kemudian diganti dengan Peraturan Menag No. 2 Tahun 1990. Bagi yang beragama
selain Islam diatur dalam Keputusan Mendagri No. 221a Tahun 1975, tanggal 1 Oktober 1975 tentang Pencatatan Perkawinan dan Perceraian
pada Kantor Catatan Sipil.
26
Kemudian pada Tahun 1983 lahir pula PP No. 10 yang mengatur Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil yang ditetapkan
pada tanggal 21 April 1983. Selanjutnya disusul lagi dengan Undang- undang N0. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
Kemudian pada Tahun 1990 keluar PP No. 45 yang berisi perubahan PP No. 10 Tahun 1983. Kemudian satu tahun seseudahnya
berhasil disusun Kompilasi Hukum Islam mengenai perkawinan, pewarisan, dan perwakafan.
27
25
Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata Keluarga Islam Indonesia Dan Perbandingan
Hukum Perkawinan Di Dunia Muslim: Studi Sejarah, Metode Pembaruan, Dan Materi. Dan status Perempuan Dalam Hukum PerkawinanKeluarga Islam, h. 48.
26
Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata Keluarga Islam Indonesia Dan Perbandingan
Hukum Perkawinan Di Dunia Muslim: Studi Sejarah, Metode Pembaruan, Dan Materi. Dan status Perempuan Dalam Hukum PerkawinanKeluarga Islam, h. 49.
27
Khoiruddin Nasution, Hukum Perdata Keluarga Islam Indonesia Dan Perbandingan
Hukum Perkawinan Di Dunia Muslim: Studi Sejarah, Metode Pembaruan, Dan Materi. Dan status Perempuan Dalam Hukum PerkawinanKeluarga Islam, h. 49-50.
e. Hukum Keluarga Masa Reformasi Sampai Sekarang
Sejak jatuhnya Orde Baru, Indonesia mengalami sejarah baru. Kondisi ini menimbulkan banyak perubahan terutama dalam hal
penegakan hukum dan Hak Asasi Manusia. Misalnya munculnya Mahkamah Konstitusi dan berdirinya KPK. Ini semua dalam hal
penegakan hukum agar menuju Indonesia yang lebih baik. Telah 19 tahun usia reformasi namun masih bisa dikatakan bahwa perubahan dalam
hukum perkawinankeluarga masih tidak ada, yang ada adalah perluasan kompetensi bagi pengadilan agama yang tertuang dalam UU No. 3 tahun
2006. Baru-baru ini tahun 2012 terjadi wacana menarik mengenai UU No. 1 Tahun 1974 yaitu pasal 43 ayat 1 yang berbunyi
“anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya
dan keluarga ibunya” tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang dimaknai menghilangkan hubungan perdata dengan laki-laki yang dapat
dibuktikan berdasarkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi danatau alat bukti lain menurut hukum ternyata mempunyai hubungan darah sebagai
ayahnya sehingga ayat tersebut harus dibaca “anak yang dilahirkan di luar
perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya serta dengan laki-laki sebagai ayahnya yang dapat dibuktikan
berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi danatau alat bukti lain
menurut hukum mempunyai hubungan darah, termasuk hubungan perdata dengan keluarga ayahnya.”
28
Dapat disimpulkan, dalam konteks pembentukan dan cikal bakal modernisasi hukum keluarga di Indonesia sejatinya telah terjadi sejak
paruh pertama Abad XX, yakni dengan diundangkannya undang-undang yang mengatur perkawinan Nomor 22 Tahun 1946 yang kemudian disusul
oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 1954 tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk.
29
Progres yang cukup menonjol adalah dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan yang secara efektif berlaku pada 1 Oktober 1975. Inilah undang-undang pertama yang cukup komprehensif mengatur hukum
kekeluargaan di Indonesia.
B. Sejarah Hukum Keluarga Islam di Turki