BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesadaran dunia tentang bahaya pertumbuhan penduduk yang besar dan cepat telah mengundang pemimpin dunia untuk mempersoalkan penduduk dunia yang
makin membahayakan. Masalah pertumbuhan penduduk ini banyak menyebabkan Angka Kematian Ibu AKI yang diakibatkan oleh kesuburan yang tidak terkendali.
Dengan adanya masalah tersebut maka dibentuklah program Keluarga Berencana KB.
Menurut Departemen Kesehatan dan Survei Demografi Kesehatan Indonesia AKI di Indonesia tahun 2007 mencapai 248 kematian ibu per 100 ribu kelahiran
hidup. Diharapkan tahun 2010, AKI turun menjadi 226 per 100 ribu kelahiran. Di Indonesia setiap tahun terjadi 13.815 kematian ibu atau setiap hari terjadi 38
kematian ibu atau setiap jam ada ibu hamil, bersalin, dan nifas yang meninggal karena berbagai penyebab. Sedangkan di Sumatera Utara setiap tahun terjadi 132
kematian ibu Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2007. Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasan utama diperlukannya
pelayanan Keluarga Berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan,
terjadinya gangguan fisik atau psikologik akibat tindakan abortus yang tidak aman, serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status perempuan di
masyarakat Saifuddin, et al. 2004.
Universitas Sumatera Utara
Program Keluarga Berencana Nasional dimana visinya adalah mewujudkan “ Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga
yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Dalam paradigma baru program Keluarga Berencana ini, misinya sangat menekankan pentingnya upaya menghormati hak-hak
reproduksi, sebagai upaya integral dalam meningkatkan kualitas keluarga. Berdasarkan visi dan misi tersebut, Program Keluarga Berencana Nasional
mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk.
Pelayanan Keluarga Berencana KB yang merupakan salah satu di dalam paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi Esensial perlu mendapatkan perhatian
yang serius, karena dengan mutu pelayanan keluarga berencana berkualitas diharapkan akan dapat meningkatkan tingkat kesehatan dan kesejahteraan.
Banyaknya akseptor baru KB di kota Medan tahun 2006 sebanyak 82,09 dari 292.411 pasangan usia subur. Pencapaian akseptor KB aktif di kota
Medan sebanyak 93,06 dari 196.243 target. Akseptor KB baru menurut alat kontrasepsi yang digunakan, seperti : pil sebanyak 12.857, Intra Uterine Device
IUD sebanyak 2.586, kondom sebanyak 1.241, suntik sebanyak 14.697, lain- lain sebanyak 2.252 BKKBN Kota Medan, 2007.
Banyak perempuan mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia, tetapi
juga ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi tersebut. Pelbagai faktor harus dipertimbangkan, termasuk status kesehatan, efek
Universitas Sumatera Utara
samping potensial, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, besar keluarga yang direncanakan, persetujuan pasangan, bahkan norma budaya
lingkungan dan orang tua. Untuk ini semua, konseling merupakan bagian integral yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana Saifuddin, et al. 2004.
Untuk menunjang pelayanan kontrasepsi yang berkualitas diperlukan tenaga pengelola dan pelaksana yang terampil dalam memberikan penjelasan yang bermutu
serta tidak meragukan Murad, et al. 1998. Tenaga Kesehatan khususnya bidan merupakan Sumber Daya Manusia SDM
kesehatan yang pada satu sisi adalah unsur penunjang utama dalam pelayanan kesehatan, pada sisi lain, ternyata kondisinya saat ini masih jauh dari kurang, baik
pada kuantitas maupun kualitasnya. Disini perlu perhatian pemerintah pada peningkatan dan pemberdayaan SDM Kesehatan secara profesional. Utamanya
dalam pembentukan sikap dan perilaku profesional SDM Kesehatannya melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Disamping itu, masalah yang perlu mendapat
perhatian dari pemerintah mengenai SDM Kesehatan ini adalah kurang efisien, efektif, dan profesionalisme dalam menanggulangi permasalahan kesehatan. Masih
lemahnya kemampuan SDM Kesehatan dalam membuat perencanaan pelayanan kesehatan serta sikap perilaku mereka dalam mengantisipasi permasalahan kesehatan
yang terjadi, ternyata tidak sesuai dengan harapan masyarakat Roesmono, 2006. Oleh karena itu dalam pelayanan kontrasepsi, para pengelola dan pelaksana
pelayanan kontrasepsi perlu memberikan konseling secara akrab dengan kliennya guna memantapkan penerimaan pelayanan kontrasepsinya Murad, et al. 1998.
Masa nifas merupakan kesempatan baik untuk memberikan penyuluhan KB penjarangan kelahiran, tetapi hal ini harus disampaikan dengan hati-hati, ramah dan
Universitas Sumatera Utara
peka terhadap adat setempat. Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam penyediaan asuhan masa nifas Wijono, 2003.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang hubungan pengetahuan dan sikap bidan dalam pemenuhan kebutuhan ibu nifas
terhadap konseling Keluarga Berencana KB di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Kecamatan Medan Helvetia tahun 2009.
B. Rumusan Masalah