Pengaruh Pengetahuandan Sikap ibu Serta Dukungan Suami Terhadap IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU SERTA DUKUNGAN SUAMI TERHADAP IVA(INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Oleh

MARIA HARYANTI BUTARBUTAR 127032201/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

EFFECT OF KNOWLEDGE AND MOTHER’S ATTITUDE AND HUSBAND SUPPORTINGOF IVA (VISUAL INSPECTIONACETIC ACID) IN WORK

AREA PUBLIC HEALTH CARE CENTER HELVETIA MEDAN 2014

THESIS

By

MARIA HARYANTI BUTARBUTAR 127032201/ IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU SERTA DUKUNGAN SUAMI TERHADAP IVA(INSPEKSI VISUAL

ASAM ASETAT)DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

T E S I S

DiajukanSebagai Salah SatuSyarat

untukMemperolehGelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 IlmuKesehatanMasyarakat

MinatStudiKesehatanReproduksi padaFakultasKesehatanMasyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MARIA HARYANTI BUTARBUTAR 127032201/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUHPENGETAHUAN DAN SIKAP IBU SERTA DUKUNGAN SUAMI TERHADAP IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN TAHUN 2014

NamaMahasiswa : Maria Haryanti Butarbutar NomorIndukMahasiswa : 127032201

Program Studi : S2 IlmuKesehatanMasyarakat MinatStudi : KesehatanReproduksi

Menyetujui KomisiPembimbing

(DR. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes) (Asfriyati, S.K.M, M.Kes

Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

TelahDiuji

Pada Tanggal : 26 Januari 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : DR. Ir Zulhaida Lubis, M.Kes Anggota : 1. Asfriyati, S.K.M., M.Kes

2. Drs. Tukiman, M.K.M 3. dr. Taufik Ashar, M.K.M


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH PENGETAHUAN DANSIKAP IBU SERTA DUKUNGAN SUAMI TERHADAP IVA(INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT) DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2015

Maria Haryanti Butarbutar 107032178/ IKM


(7)

ABSTRAK

IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) sangat penting untuk mencegah Ca Serviks secara dini. IVA adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat bagian dalam atau melihat serviks secara langsung dengan mengolesi larutan asam asetat 3-5%. IVA salah satunya upaya kesehatan untuk mendukung kesehatan ibu dan mendukung MDGs bagi ibu sebagai deteksi diri dari kanker dan salah satu program pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah. Keunggulan IVA antara lain hasilnya dapat dilihat secara langsung dan di tunggu, tidak memakai proses yang lama, biaya yang relatif murah, syarat yang mudah dilakukan pada saat akan melakukan IVA, dan terdapat di Puskesmas.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap ibu serta dukungan suami terhadap IVA di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan. Metode penelitian yaitu Survey Analitik dengan cara Cross Sectional sampel adalah ibu yang sudah menikah lebih dari 3 tahun, tinggal bersama suami sebanyak 62 orang, Ibu yang melakukan IVA dan ibu yang tidak melakukan IVA. Data yang dikumpul diolah dan dianalisis menggunakan Chi Square.

Hasil penelitian diperoleh ibu yang melakukan IVA sebanyak 19.35% dan ibu yang tidak melakukan IVA sebanyak 80.65%. kategori pengetahuan dengan p -value 0.001 (PR40.777)menunjukkan ibu berpengetahuan baik memiliki perkiraan peluang 40.777 kali untuk melakukan IVA dibanding dengan ibu kategori pengetahuan kurang baik. Katagori Sikap ibu dengan p-value 0.001 (PR37.714) menunjukkan katagori sikap baik memiliki perkiraan peluang 37.714 kali untuk melakukan IVA dibanding dengan ibu katagori sikap kurang baik. Katagori Dukungan suami dengan p-value 0.001 (PR7.857) menunjukkan katagori dukungan suamimemiliki perkiraan peluang 7.857 kali untuk melakukan IVA dibanding dengan suami katagori tidak mendukung ibu.

Disarankan kepada Puskesmas untuk memberi informasi secara menyeluruh dan berkesinambungan, meningkatkan pengetahuan ibu tentang IVA sehingga dapat merubah pengetahuan dan sikap ibu serta dukungan suami, bagi ibu diharapkan untuk bisa menambah wawasan dari media massa atau alat-alat elektronik juga informasi dapat diperoleh dari teman, saudara dan aktif dalam pelayanan Puskesmas, bagi suami diharapkan selalu mendukung istri untuk menjaga kesehatan alat reproduksinya.


(8)

ABSTRACT

IVA (Inspection Visual Acid) very importance to preven Ca Cervixs as early. IVA is a test carried out to look inside or view directly with a cervix smear 3-5% acid solution. IVA is one health efforts to support maternal health and support the MDGs for maternal as self-detection of cancer and one of the health care program provided by the government.

This Thesis was conducted to determine the effect of knowledge and attitude of the mother and husband's support for the examinations of IVA in public health Helvetia Medan. Survey research method is by way of Cross Sectional. The sample is a married women of more than 3 years old, lives with their husband as much as 62 person. Mothers with IVA inspection and mother without IVA. The data collected were processed and analyzed using by Chi Square.

The results obtained there are some mothers who do IVA as 19.35% and mother do not do the IVA inspection as 80.65%. Knowledge category with p-value 0.0001 (PR 40.777) showed good mothers have the opportunity to have an action 40.777 times did IVA compared with unfavorable mothers. Attitudecategory with p-value 0.0001 (PR 58.914) showed good attitude have the opportunity an action 58.914 times did IVA compared with mothers bad attitutecategory. Husband supporting category with p-value 0.0001 (PR 7.857) show mother with husband supporting have opportunity an action 7.857 times did IVA compered with mother without husban supporting.

Suggested to PHCC (Public Health Care Center) to provide information thoroughly and continuously, to increase the mother's knowledge about IVA inspection so as to change the knowledge and attitude of the mother and husband's support, the community cadres and mothers who had experience about IVA to tells other about the function of IVA and how feel it after inspection done. the mother is expected to be able to add knowledge from mass media or electronic equipment information also can be obtained from friends, relatives and active in the ministry of health centers, the husband is expected to always supportive wife to maintain the health of the reproductive organs.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji danSyukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Berkat, Rahmat dan KasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Pengaruh Pengetahuandan Sikap ibu Serta Dukungan Suami Terhadap IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014”.

Penyusunan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan akademik untuk menyelesaikan Pendidikan Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi di Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari dalam penyusunan tesis ini telah banyak mendapat bimbingan, dukungan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

5. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes sebagai komisi pembimbing I yang dengan perhatian dan kesabaran meluangkan waktu, membimbing dan mengarahkan penulis hingga penulisan tesis ini selesai.

6. Asfriyati, S.K.M, M.Kes selaku anggota komisi pembimbing II yang dengan kesabaran dan perhatian memberikan bimbingan, arahan dan meluangkan waktu bagi penulis sejak awal hingga selesainya penulisan tesis ini.

7. Drs. Tukiman, M.K.M dan dr Taufik Ashar, M.K.M selaku komisi penguji yang telah banyak memberikan saran, waktu, masukan dan arahan sehingga dapat lebih meningkatkan kesempurnaan penulisan tesis ini.

8. Seluruh Dosen dan Staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara semoga ilmu dan pengetahuan yang diberikan selama penulis belajar menjadi amal ibadah dan mendapat Rahmat dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

9. Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan Drg.Hj.Usma Polita Nasution yang telah menyetujui penelitian dilakukan di Puskesmas Helvetia sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister yang akan berguna untuk masa depan dan memberikan masukan kepada masyarakat melalui tesis yang penulis tulis. 10.drg. Hj. Yumna Sari Siregar, M.Kes kepala puskesmas Helvetia Medan

yangtelah memberikan izin penelitian dan juga kepada seluruh pegawai di PuskesmasHelvetia Medan terkhusus ibu Siti, ibu Desy dan ibu Lina yang telah membantu, mendukung dalam penulis dalam proses pengumpulan data


(11)

serta memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.

11.Rekan-rekan mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Minat Studi Kesehatan Reproduksi Tahun 2012 yang memberikan dukungan berupa moril dan memberikan arahan serta membantu dalam pembuatan tesis ini.

12.Pimpinan Yayasan Glenni, DirektrisMrs Rostime H. Simanullang, A.Kp, M.Kes, CWCC dan Rekan kerja Akademi Keperawatan Columbia Asia Medan, yang telah memberi masukan, izin dalam segala waktu dan membantu dalam segala hal sehingga tesis ini dapat selesai.

13.Pimpinan Yayasan, Direktris dan rekan kerja Dosen AKBID Helvetia Medan yang telah memberikan dukungan dalam segala hal sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di fakultas kesehatan masyarakat di USU.

14.Ucapan tulus dan ikhlas kepada Orangtua terkasih Ayahanda RD. ButarButar S.H dan Ibunda R. Pardede yang telah mendidik dan mendukung penulis untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

15.Suami tercinta M. Sitorus, ST yang telah mendukung dan membantu dalam segala hal sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Mareno Gilbeth dan Sepriono Jose sebagai anak aunty yang tersayang yang telah memberikan sayang, senyuman, kegembiraan dan pengertian agar penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

16.Kepada seluruh ibu sebagai responden di Puskesmas Helvetia Medan sebagai responden yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data.


(12)

Akhirnya penulis menyadari segala keterbatasan dan kekurangan yang ada, untuk itu diharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2015 Penulis,

Maria Haryanti Butarbutar 127032201/IKM


(13)

RIWAYAT HIDUP

Maria Haryanti Butarbutar, lahir di Medan pada tanggal 25 Oktober 1978, putri pertama dari pasangan ayahanda R.D Butarbutar, S.H dan ibunda R. Pardede.

Pendidikan formal penulis, dimulai dari pendidikan sekolah dasar Negeri 14 Medan selesai tahun 1991, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 17 Medan, selesai tahun1994, pendidikan menengah atas di SMAMethodist-1 Medan, selesai tahun 1997, Akademi Keperawatan Departemen KesehatanRI Medan, selesai tahun 2000 dan S1 Keperawatan BINAWAN Jakarta, selesai tahun 2005.

Tahun 2000 penulis bekerja sebagai staff di RSIA Permata Cibubur. Tahun 2005 bekerja di Zieken Huis Rotterdam-Belanda. Tahun 2006 ditempatkan bekerja di King Faisal Hospital-Kuwait, Tahun 2008 ditempatkan bekerja di Public Health Care Center – KSA. Tahun 2011 bekerja sebagai Dosen tetap di Akademi Columbia Asia Medan dan sebagai Dosen tidak tetap di Akademi Kebidanan Helvetia Medan sampai sekarang.

Penulis mengikuti pendidikan lanjutan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dari tahun 2012.


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Permasalahan ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Hipotesis ... 9

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Pengetahuan ... 11

2.1.1. Pengertian Pengetahuan ... 11

2.1.2. Tingkat Pengetahuan ... 11

2.1.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan ... 12

2.2. Sikap ... 15

2.2.1. Pengertian Sikap ... 15

2.2.2. Ciri-ciri Sikap ... 17

2.2.3. Faktor Sikap ... 18

2.2.4. Pembagian Sikap ... 18

2.2.5. Fungsi Sikap ... 19

2.2.6. Pembentukan dan Perubahan Sikap ... 20

2.2.7. Tingkatan Sikap ... 20

2.2.8. Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap ... 21

2.2.9. Pembentukan Sikap ... 22

2.3. Dukungan Suami ... 23

2.3.1. Pengertian Dukungan Suami ... 23

2.3.2. Macam-macam Dukungan Suami ... 24

2.3.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Dukungan Suami .... 25

2.4. Praktikatau Tindakan ... 26

2.4.1. Pengertian Praktik atau Tindakan ... 26

2.4.2. Tingkatan Tindakan ... 27

2.4.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Tindakan ... 27


(15)

2.5.1. Pengertian Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) ... 29

2.5.2. Teknik IVA dan Interpretasi ... 30

2.5.3. Akurasi Pemeriksaan IVA ... 32

2.5.4. Syarat Melakukan IVA ... 35

2.5.5. Alur Pemeriksaan IVA dan Tindak Lanjut ... 35

2.5.6. Keunggulan IVA ... 35

2.5.7. Deteksi dengan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) ... 35

2.6. Landasan Teori ... 36

2.7. Kerangka Konsep ... 40

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 41

3.1. Jenis Penelitian ... 41

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 41

3.2.2. Waktu Penelitian ... 42

3.3. Populasi dan Sampel ... 42

3.3.1. Populasi Penelitian ... 42

3.3.2. Sampel Penelitian ... 42

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 43

3.4.1. Data Primer ... 43

3.4.2. Data Sekunder ... 44

3.4.3. UjiValiditas dan Reliabilitas ... 44

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 47

3.6. Metode Pengukuran ... 47

3.7. Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 49

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 51

4.1. Gambaran Puskesmas Helvetia Medan 2014 ... 51

4.2. Karakteristik Responden ... 52

4.2.1. Pengetahuan Ibu ... 54

4.2.2. Sikap Ibu ... 58

4.2.3. Dukungan Suami ... 62

4.3. Pengaruh Pengetahuan terhadap IVA ... 64

4.3.1. Pengaruh Sikap Ibu terhadap IVA ... 65

4.3.2. Pengaruh Dukungan Suami terhadap IVA ... 64

4.3.3. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Ibu Serta Dukungan Suami terhadap IVA ... 64

BAB 5 PEMBAHASAN ... 67

5.1. Pengaruh Pengetahuan terhadap IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Helvitia Medan Tahun 2014 ... 67


(16)

5.2. Pengaruh Sikap ibu terhadap IVA di Wilayah Kerja

Puskesmas Helvitia Medan Tahun 2014 ... 70

5.3. Pengaruh Dukungan Suami terhadap IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Helvitia Medan Tahun 2014 ... 73

BAB 6 . KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

6.1. Kesimpulan ... 75

6.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1. Kajian oleh Beberapa Peneliti ... 33

2.2. Sensitifitas, Spesifisitas berbagai Metode Skrining terhadap CN2 ... 34

3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengetahuan ... 45

3.2. Hasil Validasi dan Reliabilitas Sikap Ibu ... 46

3.3. Hasil Validitas dan Reabilitas Dukungan Suami ... 46

4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 ... 54

4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tentang IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia MedanTahun 2014 ... 56

4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan tentang IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia MedanTahun 2014 .. 56

4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Ibu terhadap IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 ... 58

4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap Ibu terhadap IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 ... 59

4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Suami terhadap IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 ... 61

4.7. Distribusi Responden Berdasarkan katagori Dukungan Suami terhadap IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 ... 61

4.8. Tabulasi Silang Pengaruh Pengetahuan terhadap IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan pada Tahun 2014 ... 62

4.9. Tabulasi Silang Pengaruh Sikap ibu terhadap IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan pada Tahun 2014 ... 63


(18)

4.10. Tabulasi Silang Pengaruh Dukungan Suami terhadap IVA di Wilayah

Kerja Puskesmas Helvetia Medan pada Tahun 2014 ... 64 4.11. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda ... 64 4.12. Probabilitas Ibu untuk Melakukan IVA ... 66


(19)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Model Teori Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Kesehatan ... 39 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 40


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Inform Consent ... 85

2. Lembar Kuesioner Penelitian ... 86

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 92

4. Hasil penelitian ... 98

5. Uji Bivariate ... 110

6. Uji Multivariate ... 119


(21)

ABSTRAK

IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) sangat penting untuk mencegah Ca Serviks secara dini. IVA adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat bagian dalam atau melihat serviks secara langsung dengan mengolesi larutan asam asetat 3-5%. IVA salah satunya upaya kesehatan untuk mendukung kesehatan ibu dan mendukung MDGs bagi ibu sebagai deteksi diri dari kanker dan salah satu program pelayanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah. Keunggulan IVA antara lain hasilnya dapat dilihat secara langsung dan di tunggu, tidak memakai proses yang lama, biaya yang relatif murah, syarat yang mudah dilakukan pada saat akan melakukan IVA, dan terdapat di Puskesmas.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap ibu serta dukungan suami terhadap IVA di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan. Metode penelitian yaitu Survey Analitik dengan cara Cross Sectional sampel adalah ibu yang sudah menikah lebih dari 3 tahun, tinggal bersama suami sebanyak 62 orang, Ibu yang melakukan IVA dan ibu yang tidak melakukan IVA. Data yang dikumpul diolah dan dianalisis menggunakan Chi Square.

Hasil penelitian diperoleh ibu yang melakukan IVA sebanyak 19.35% dan ibu yang tidak melakukan IVA sebanyak 80.65%. kategori pengetahuan dengan p -value 0.001 (PR40.777)menunjukkan ibu berpengetahuan baik memiliki perkiraan peluang 40.777 kali untuk melakukan IVA dibanding dengan ibu kategori pengetahuan kurang baik. Katagori Sikap ibu dengan p-value 0.001 (PR37.714) menunjukkan katagori sikap baik memiliki perkiraan peluang 37.714 kali untuk melakukan IVA dibanding dengan ibu katagori sikap kurang baik. Katagori Dukungan suami dengan p-value 0.001 (PR7.857) menunjukkan katagori dukungan suamimemiliki perkiraan peluang 7.857 kali untuk melakukan IVA dibanding dengan suami katagori tidak mendukung ibu.

Disarankan kepada Puskesmas untuk memberi informasi secara menyeluruh dan berkesinambungan, meningkatkan pengetahuan ibu tentang IVA sehingga dapat merubah pengetahuan dan sikap ibu serta dukungan suami, bagi ibu diharapkan untuk bisa menambah wawasan dari media massa atau alat-alat elektronik juga informasi dapat diperoleh dari teman, saudara dan aktif dalam pelayanan Puskesmas, bagi suami diharapkan selalu mendukung istri untuk menjaga kesehatan alat reproduksinya.


(22)

ABSTRACT

IVA (Inspection Visual Acid) very importance to preven Ca Cervixs as early. IVA is a test carried out to look inside or view directly with a cervix smear 3-5% acid solution. IVA is one health efforts to support maternal health and support the MDGs for maternal as self-detection of cancer and one of the health care program provided by the government.

This Thesis was conducted to determine the effect of knowledge and attitude of the mother and husband's support for the examinations of IVA in public health Helvetia Medan. Survey research method is by way of Cross Sectional. The sample is a married women of more than 3 years old, lives with their husband as much as 62 person. Mothers with IVA inspection and mother without IVA. The data collected were processed and analyzed using by Chi Square.

The results obtained there are some mothers who do IVA as 19.35% and mother do not do the IVA inspection as 80.65%. Knowledge category with p-value 0.0001 (PR 40.777) showed good mothers have the opportunity to have an action 40.777 times did IVA compared with unfavorable mothers. Attitudecategory with p-value 0.0001 (PR 58.914) showed good attitude have the opportunity an action 58.914 times did IVA compared with mothers bad attitutecategory. Husband supporting category with p-value 0.0001 (PR 7.857) show mother with husband supporting have opportunity an action 7.857 times did IVA compered with mother without husban supporting.

Suggested to PHCC (Public Health Care Center) to provide information thoroughly and continuously, to increase the mother's knowledge about IVA inspection so as to change the knowledge and attitude of the mother and husband's support, the community cadres and mothers who had experience about IVA to tells other about the function of IVA and how feel it after inspection done. the mother is expected to be able to add knowledge from mass media or electronic equipment information also can be obtained from friends, relatives and active in the ministry of health centers, the husband is expected to always supportive wife to maintain the health of the reproductive organs.


(23)

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan rapat dalam ICPD pada tahun 1994 di Kairo, telah disepakati paradigma baru dalam pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan yaitu dengan pendekatan yang berfokus pada kesehatan reproduksi dan hak reproduksi. Hak reproduksi didasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang diakui di dunia internasional (Saroha, 2009).

Tujuan MDGs yang ke-5 adalah meningkatkan kesehatan ibu dengan target yang akan dicapai yaitu mewujudkan akses kesehatan reproduksi bagi semua pada tahun 2015. Target ini dapat tercapai, salah satunya dengan meningkatkan cakupan pemeriksaan untuk mendeteksi kanker rahim.

Rahim adalah bagian alat reproduksi yang sangat vital bagi wanita, jika rahim diserang suatu penyakit seperti kanker, maka akan memberikan dampak yang sangat kompleks dan menakutkan. Bukan hanya karena kanker rahim mengakibatkan sulitnya kehamilan melainkan juga dampak yang paling ditakuti, yaitu kematian (D.Adi, 2012).

Setiap wanita berisiko terkena infeksi HPV (Human Papilloma Virrus) onkogenik yang dapat menyebabkan kanker serviks. HPV dapat dengan mudah ditularkan melalui aktivitas seksual dan transmisi dapat juga melalui sentuhan kulit wilayah genital (Emilia, 2010).


(24)

HPV (Human Papilloma Virus) yang dapat menyebabkan kanker serviks ialah tipe 16 dan 18. HPV dapat menginfeksi serviks sehingga terjadilah kanker serviks (D. Adi, 2012).

Kanker atau keganasan (malignancy) adalah segolongan penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut menyerang jaringan biologis/hidup lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung dari jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengn migrasi atau perpindahan sel ke tempat yang jauh (metastasis) melalui peredaran darah, pembuluh getah bening (Emilia, 2010).

Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh ketidak normalan pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh. Kanker serviks adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim, terbentuk sangat berlahan, terjadi bertahun-tahun dan ada kalanya terjadi lebih cepat. Kanker serviks cenderung terjadi pada wanita berumur 35-55 tahun dan ditemukan sebesar 50 persen (%) kasus, dan 50 persen (%) lagi ditemukan pada wanita menginjak usia lebih yang lebih tua (Agustina,2011)

Kanker Serviks merupakan masalah kesehatan masyarakat yang tersembunyi bebannya. Kenyataan bahwa penyakit kanker cerviks tersebut, banyak diterima oleh wanita di negara berkembang, tentu tidak bisa dipungkiri atau dihindari. Yang penting bagi wanita adalah melakukan antisipasi dan usaha yang komprehensif untuk mengatasi hal tersebut secara bersama-sama (Emilia, 2010).

Metode untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV (sel karsinoma) dan kanker serviks antara lain adalah Papsmear dan IVA. Papsmear test merupakan


(25)

pemeriksaanleher rahim (serviks) menggunakan alat yang dinamakan speculum dan dapat dilakukan oleh bidan ataupun ahli kandungan dan hasilnya di kirim untuk pemeriksaan di laboratorium dan membutuhkan waktu untuk pemeriksaan.

IVA singkatan dari Inspeksi Visual Asam Asetat adalah cara yang mudah, murah dan dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga medis puskesmas. Prinsip kerja pemeriksaan adalah dengan cara mengolesi mulut rahim dengan asam asetat. Kondisi keasaman lendir di permukaan mulut rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakankerakan berubah warna menjadi putih (Nurcahyo, 2010).

Bila dikombinasikan dengan pemeriksaan pap smear, inspeksi visual 1 menit setelah cuci asam asetat meningkatkan deteksi hingga 30 persen. Studi di Afrika Selatan menemukan bahwa IVA akan mendeteksi lebih dari 65 persen lesi dan kanker invasaif sehingga direkomendasikan oleh peneliti sebagai alternatif skrining sitologi. Sebagai perbandingan di Zimbabwe Skrining IVA oleh bidan memiliki sensitivitas dan spesifisitas adalah 77 persen dan 64 persen, dibandingkan dengan 43 persen dan 91 persen untuk Pap smear. Di India skrining yang dilakukan oleh perawat terlatih memiliki sensitivitas 96 persen, sedangkan pap smear 62 persen, namun spesifisitas

IVA adalah 68 persen.

Berdasarkan hasil tersebut, maka tampak bahwa nilai sensitivitas IVA

memang lebih baik meskipun memiliki sensitivitas yang lebih rendah. IVA

merupakan praktik yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya rendah dibandingkan dengan jenis penapisan lain (Emilia, 2010)


(26)

Berdasarkan hasil pemeriksaan Pap’s smear di Amerika Serikat pada tahun 2008, wanita yang terdiagnosis kanker serviks sebanyak 2-3 juta wanita (Goldstein, J. 2009).Data SKRT 1992 neoplasma merupakan penyebab kamatian umum ke 10 yaitu sebanyak 4 persen (%) sedangkan SKRT 1995 neoplasma naik menjadi urutan ke 9 sebanyak 5 persen (%) dan Dari data Suskenas 2001 bahwa neoplasma merupakan urutan ke lima kematian sebanyak 6 persen (%).

Penyakit ini meningkat dikarenakan oleh keterlambatan dalam diagnosis sehingga pasien datang dengan kondisi yang lanjut dan keadaan umum yang lemah dan akan meningkatkan kematian akibat kanker rahim (Imam, 2008). Di Indonesia diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks setiap tahun dengan angka kematian sekitar 7.500 kasus per tahun (Emilia, 2010).

Menurut perkiraan Dinas Kesehatan Provinsi, jumlah penderita kanker serviks pada tahun 1999 tercatat 475 kasus, tahun 2000 sebanyak 548 kasus dan tahun 2001 sebanyak 683 kasus. Di Sumatera Utara diperoleh data dari Dinas Kesehatan Provinsi RSUD Dr Pirngadi Medan jumlah penderita kanker serviks tahun 2004 sebanyak 72 kasus dan pada tahun 2011 sebanyak 51 kasus penderita kanker serviks.

Data dari RSUP. Haji Adam Malik Medan penderita Kanker serviks tahun 2001 sebanyak 55 kasus, tahun 2006 sebanyak 140 kasus, sedangkan pada tahun 2007 terdapat 215 kasus, dan pada tahun 2011 terdapat 367 kasus. Data yang didapat dari RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2010. Didapatkan 137 penderita Kanker Serviks dari berbagai stadium. dimanahampir 80% penderita sudah dalam keadaan stadium lanjut.


(27)

Menurut DR. A. M Puguh bahwa kanker serviks merupakan kanker nomor satu yang umum diderita oleh wanita. Pada tahun 2001 kasus baru kanker serviks berjumlah 2.429 dari total kasus kanker sehingga merupakan peringkat satu, yaitu 25,91 persen dari keseluruhan kanker (D.Adi 2012).

Banyak wanita yang bersikap acuh dengan kondisi kesehatan organ reproduksinya, setelah terjadi keluhan pada organ reproduksinya barulah berobat ke dokter, padahal kanker bisa dicegah pertumbuhan dan penyebarannya jika diketahui secara dini (Soepardiman, 2005).

Untuk itu Pemerintah membuat suatu program yang bertujuan untuk mengembangkan upaya pengendalian kanker serviks melalui deteksi dini dengan menggunakan metode inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) yang pelaksanaannya sejak tahun 2007 hingga 2010 di 14 propinsi yang ada di Indonesia.

Perkembangan jumlah penderita dan kematian akibat kanker serviks,diperkirakan bahwa sekitar 10 persen wanita di dunia sudah terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV).Cara paling mudah untuk mengetahui kanker serviks adalah dengan cara melakukan pemeriksaan sitologis leher rahim. Adapun pemeriksaan yang populer saat ini dengan nama papsmear test atau papinicolaou smear dan IVA (inspeksi Visual Asam Asetat).

Banyak wanita yang bersikap acuh dengan kondisi kesehatan organ reproduksinya, setelah terjadi keluhan pada organ reproduksinya barulah berobat ke dokter, padahal kanker bisa dicegah pertumbuhan dan penyebarannya jika diketahui secara dini(Soepardiman, 2005).


(28)

Namun penting juga diperhatikan cakupan Pap’s smear yang kini telah diakui sebagai alat diagnostik prakanker dan kanker serviks yang ampuh dengan ketepatan diagnostik yang tinggiPenelitian Ni made di wilayah kerja Puskesmas Buleleng I (2010) di dapatkan pengetahuan wanita usia subur, sikap wanita usia subur berpengaruh terhadap perilaku pemeriksaan IVA sebesar 72,7% dan terdapat hubungan positif antara tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia subur.

Penelitian Faizah (2010) di Kota Denpasar ditemukan dari hasil penelitiannya bahwa wanita usia subur memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang pemeriksaan IVA. Penelitian (Arief, 2011) ditemukan jumlah pasien kanker serviks sebanyak 367 orang. Menurut umur yang paling banyak adalah golongan umur 40-55 tahun dan Seluruh penderita berstatus kawin.

Penelitian yang dilakukan Rina (2011) di Banyumas bahwa jumlah wanita usia subur adalah 1636 orang sedangkan yang mengikuti pemeriksaan IVA hanya 12 orang (0.73%) yang artinya minat wanita usia subur untuk memeriksakan kesehatan mulut rahimnya sangat rendah.

Penelitian yang dilakukan oleh Tiara (2012) di Desa Jatimulyo didapatkan ibu wanita usia subur adalah 124 orang dan hasil dari penelitian yang didapatkan tentang pengetahuan pemeriksaan IVA pada ibu wanita usia subur adalah kurang dan Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Lesse (2012) di Surakarta yang berjudul hubungan pengetahuan ibu tentang kanker cerviks dengan keikutsertaan dalam melakukan test


(29)

Penelitian Fya, (2012) di Jombang didapat hasil motivasi suami yang bersikap positif terhadap pasangan usia subur sebanyak 23 orang. Maka Ho ditolak.

Dari survey awal data yang di dapat peneliti Jumlah pasangan usia subur (PUS) dari Puskesmas Helvetia Medan pada tahun 2013 adalah 97.310 orangdan yang mau memeriksakan diri dengan metode IVA sebanyak350 orang (0,35%), yang artinya masih sedikit wanita usia subur yang mau memeriksakan diri untuk pencegahan kanker cerviks.

Survey awal yang telah dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Helvetia pada bulan Januari 2014 dengan wawancara kepada 10 perempuan usia subur yang mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui bahwa adanya pemeriksaan metode IVA

di puskemas tersebut, juga merasa takut untuk diperiksa walaupun terdapat keluhan keputihan serta para ibu merasa tabu untuk membuka atau memeriksakan alat reproduksinya dikarenakan bahwa mereka tidak mengetahui tentang IVA, oleh sebab ketidaktahuan Ibu sehingga mereka menjadi tabu dan sebagainya.

IVA yang dilakukan tepatnya pada minggu ke tiga di puskemas tersebut dengan biaya yang murah sehingga seluruh masyarakat dengan ekonomi yang rendah dapat memeriksakan diri untuk mencegah penyakit kanker serviks. Puskesmas Helvetia sudah mensosialisasikan tentang program IVA untuk mencegah penyakit kanker rahim dan disetiap sudut ruangan yang ada di puskesmas tersebut terdapat informasi tentang IVA.

Namun perempuan usia subur tersebut masih enggan untuk memeriksakan organ reproduksi mereka dengan alasan takut jika ditemukan penyakit kanker


(30)

servikstersebut karena mereka belum siap sebagai penderita kanker serviks, alasan lain adalah bahwa ibu usia subur tersebut merasa tabu untuk membuka bagian bawah mereka (organ vagina) dan merasa malu jika dilihat oleh orang lain. Para suami juga tidak pernah mendukung atau menyarankan kepada istri dan bertanya tentang IVA

tersebut, sehingga ibu usia subur tersebut merasa IVA yang ada dipuskesmas Helvetia itu tidak begitu penting walaupun ibu mempunyai keluhan sering keputihan, siklus haid yang lama, adanya bercak pada saat bersenggama.

Dengan demikian peneliti ingin meneliti ibu yang tidak mau melakukan IVA, peneliti juga mewawancarai beberapa para suami yang ada diPuskesmas Helevetia mengatakan bahwa mereka tidak menyarankan kepada istri untuk memeriksakan kesehatan reproduksi mereka dengan cara pemeriksaan IVA karena suami tidak merasakan adanya keanehan dalam tubuh istrinya dikarenakan tidak mengetahui tentang IVA.

Para suami menganggap istri mereka dengan keluhan keputihan dan keluhan lainnya masih saja sehat-sehat dan tidak ada gangguan dan suami beranggapan bahwa keluhan yang dialami oleh para ibutidak berpengaruh.Para suami tidak mempunyai ide atau pandangan tentang penyakit kanker cerviks dan tanda dan gejala yang dialami bila mengidap penyakit kanker cerviks. Jika ada keanehan kemungkinan yang terjadi pada istri, barulah pada saat itu suami akan menyuruh istri untuk pergi ke dokter.


(31)

Maka peneliti tertarik dan ingin meneliti bagaimana pengaruh pengetahuan dan sikap ibu serta dukungan suami terhadap IVA di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan 2014.

1.2. Perumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah masih rendahnya pemeriksaan metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan 2014.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mengidentifikasipengaruh tingkat pengetahuan ibu pasangan usia subur dalam metode IVAdi wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan 2014.

2. Mengidentifikasi pengaruh dukungan suami terhadap ibu dalam metode IVA

di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan 2014

3. Mengidentifikasi pengaruh sikap ibu mengambil keputusan dalam metode IVA

di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan 2014

4. Menganalisis pengaruh pengetahuan, sikap ibu dan dukungan suami terhadap

IVA di wilayah kerja Puskesmas Helevetia Medan 2014.

1.4 Hipotesis

Pengetahuan, sikap ibu serta dukungan suami berpengaruh terhadap IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014.


(32)

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan, pengalaman dan khasanah dalam meningkatkan ilmu pengetahuan khususnya tentangIVA

2. Bagi Puskesmas

Memberikan informasi tambahan dan pengembangan ilmu pengetahuan bagi tenaga kesehatan di puskesmas sehingga dapat sebagai acuan untuk melakukakan suatu pendekatan dalam pelaksanaan program IVA di masyarakat.

3. Bagi Suami

Memberikan informasi dan dukungan terhadap istri untuk memeriksakan kesehatan terutama alat reproduksinya jika terdapat keluhan untuk mencegah penyakit terhadap kanker cerviks dan mau ikut dalam IVAdalam mendetksi awal kanker cerviks

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai acuan, serta menambah wawasan dan data dasar bagi peneliti selanjutnya untuk meneruskan penelitian dalam lingkup yang sama.


(33)

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah Informasi yang telah diproses dan diorganisasikan untuk memperoleh pemahaman, pembelajaran dan pengalaman yang terakumulasi sehingga bisa diaplikasikan ke dalam masalah tertentu (kamus bahasa Indonesia, 2002)

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca indra. Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. (Mubarak, 2012)

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:

a. Tahu (know) yaitu tingkat pengetahuan yang paling rendah karena hanya sebatas mengingat

b. Memahami (comprehension) yaitu kemampuan untuk menjelaskan dan dapat menginterpretasi materi tesebut secara benar


(34)

c. Aplikasi (aplication) yaitu kemampuan untuk menggunakannya pada situasi nyata

d. Analisis (analysis) yaitu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut

e. Sintesis (synthesis) yaitu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

f. Evaluasi (evaluation) yaitu kemampuan untuk melakukan suatu justifikasi atau penilaian tehadap sesuatu (Notoatmodjo, 2007).

2.1.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang melatarbelakangi ibu tidak melakukan pemeriksaan IVA

sebagai alat diagnosa dini kanker serviks diantaranya adalah faktor rendahnya pengetahuan tentang Pemeriksaan IVA, dimana masyarakat kurang mendapat dukungan suami dan tidak mempunyai sikap dalam mengambil keputusan, tidak mengenal apa itu pemeriksaan IVA, tidak melakukan pemeriksaan IVA karena tidak merasakan adanya gejala dari penyakit seperti keputihan, perdarahan dan nyeri (Medicastore, 2007)

Proses perubahan pengetahuan dapat terjadi secara bertahap dengan tingkatan-tingkatan seperti yang dijelaskan di atas. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dalam diri seseorang, seperti pendidikan, informasi/ media massa, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia. Faktor-faktor ini dapat dijelaskan di bawah ini, yaitu:


(35)

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa.

Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.

b. Informasi/Media Massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan


(36)

tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.

c. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh pengalaman setiap individu.


(37)

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini (Robbins, 2007).

2.2. Sikap

2.2.1. Pengertian Sikap

Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap obyek, orang atau peristiwa. Hal ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu (Robbins, 2007). Pengertian


(38)

sikap apabila diorientasikan pada respon individu, yaitu sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (Unfavourable) pada suatu objek.

Berdasarkan kesiapan respon, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon atau suatu pola perilaku, tendenasi atau kesiapan antisipatif untuk menyesuaikan diri dari situasi sosial yang telah terkondisikan. Berdasarkan skema triadik, maka sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu obyek di lingkungan sekitarnya.

Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar, 2007).

Sikap dapat dirumuskan sebagai kecendrungan untuk berespon (secara positif maupun negatif) terhadap orang,objek atau situasi tertentu. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek,melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (sarwono.2007).

Menurut H.L. Bloom dalam Notoatmodjo (2003), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap bukanlah suatu benda, ini adalah


(39)

proses,suatu interaksi yang melibatkan tidak saja orang dan objek,tetapi semua faktor lain yang hadir dalam setiap situasi (Ahmadi, 1991).

Newcomb salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.Menurut Purwanto (1999), sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap suatu objek.

2.2.2. Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap dibagi menjadi 5 bagian, yaitu :

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya,sifat ini membedakanya dengan sifat-sifat biogenetisseperti lapar,haus,kebutuhan akan istirahat.

b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

c. Sikap tidak berdiri sendiri,tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain,sikap itu terbentuk,dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dirumuskan dengan jelas. d. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan sikap ini lah yang

membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.


(40)

e. Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif.Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjahui, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Purwanto, 1999).

2.2.3. Tingkatan Sikap

Sikap dibedakan atas beberapa tingkatan yaitu : a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (Responsibel)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang tinggi.

2.2.4. Faktor Sikap

Sikap dapat pula dibedakan atas : a. Sikap Positif

Sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berbeda.


(41)

b. Sikap Negatif

Sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berbeda.

2.2.5. Fungsi Sikap

a. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri b. Sebagai alat pengukur tingkah laku c. Sebagai alat pengatur pengalaman d. Sebagai pernyataan kepribadian

Pengukur sikap dapat dilakukan secara langsung atau secara tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan respondenterhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan- pernyataan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden (Notoatmodjo, 2003)

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain objek lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan antara lain:

a. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu b. Sikap akan diikuti atau tidak di ikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman


(42)

c. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

2.2.6. Pembentukan dan Perubahan Sikap

Menurut Saarwono (2007), pembentukan dan perubahan sikap melalui beberapa cara yaitu :

a. Adaptasi yaitu kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus-menerus, lama-kelamaan secara berhadap diserap kedalam diri individu dan memengaruhi terbentuknya suatu sikap.

b. Diperensiasi yaitu dengan berkembangnya inteligensi, bertambahnya pengalaman sejalan dengan bertambahnya usia maka ada hal yang tadinya dianggap sejenis sekarang dipandang tersendiri.

2.2.7. Tingkatan Sikap

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: menerima (receiving) dengan mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan, merespon (responding) dalam bentuk memberikan jawaban serta mau mengerjakan yang ditugaskan, menghargai (valuing) dengan mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah, dan bertanggung jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Notoatmodjo, 2007).

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, yakni: kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek, kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu obyek, kecenderungan untuk


(43)

bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (Notoatmodjo, 2008).

2.2.8. Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, faktor kebudayaan, orang lain yang dianggap penting (Significant Others)yaitu orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang berarti khusus, serta faktor media (Rahayuningsih, 2008).

Perubahan sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: a. Sumber dari Pesan

Sumber pesan dapat berasal dari individu, kelompok, institusi. Ciri-ciri penting dari sumber pesan adalah adanya kredibilitas dan daya tarik. Kredibilitasyaitu perubahan sikap terjadi karena adanya kepercayaan yang tinggi terhadap pengirim pesan atau sumber pesan. Aspek penting dalam kredibilitas, yaitu keahlian dan kepercayaan yang saling berkaitan. Daya tarik seperti daya tarik fisik, sikap yang menyenangkan, dan kemiripan.

b. Pesan (Isi Pesan)

Isi pesan dapat berupa kata-kata dan simbol-simbol lain yang menyampaikan informasi. Isi pesan yang disampaikan dapat berupa suatu usulan, menakuti, pesan satu sisi dan dua sisi. Usulan merupakan suatu pernyataan yang kita terima secara tidak kritis, pesan dirancang dengan harapan orang akan percaya, membentuk sikap,


(44)

dan terhasut dengan apa yang dikatakan tanpa melihat faktanya. Menakuti merupakan cara lain untuk membujuk tetapi jika terlalu berlebihan maka orang menjadi takut, sehingga informasi justru dijauhi. Pesan satu sisi paling efektif jika orang dalam keadaan netral atau sudah menyukai suatu pesan. Sedangkan pesan dua sisi lebih disukai untuk mengubah pandangan yang bertentangan.

c. Penerima Pesan

Beberapa ciri penerima pesan adalah influenceability yang merupakan sifat kepribadian seseorang tidak berhubungan dengan mudahnya seseorang untuk dibujuk, selain itu arah perhatian dan penafsiran, dimana pesan akan berpengaruh pada penerima, tergantung dari persepsi dan penafsirannya, yang terpenting adalah pesan yang dikirim ke tangan orang pertama, mungkin dapat berbeda jika info sampai ke penerima kedua. Ciri penerima pesan yang lain adalah kekebalan saat menerima info yang berlawanan (Rahayuningsih, 2008).

2.2.9. Pembentukan Sikap

Pembentukan sikap dapat dibagi berdasarkan beberapa teori, yaitu: a. Teori Konsistensi Kognitif-Afektif

Berfokus pada bagaimana seseorang berusaha membuat kognisi mereka konsisten dengan afeksinya dan penilaian seseorang terhadap suatu kejadian akan mempengaruhi keyakinannya.


(45)

Berfokus pada individu; menyelaraskan elemen-elemen kognisi, pemikiran atau struktur (Konsonansi atau selaras), disonansi (ketidakseimbangan), yaitu pikiran yang amat menekan dan memotivasi seseorang untuk memperbaikinya

c. Teori Atribusi

Individu mengetahui akan sikapnya dengan mengambil kesimpulan dari perilakunya sendiri dan persepsinya tentang situasi. Implikasinya adalah perubahan perilaku yang dilakukan seseorang menimbulkan kesimpulan pada orang tersebut bahwa sikapnya telah berubah.

Sikap merupakan respon individu (yang muncul dari perasaan dirinya) terhadap suatu objek tertentu dapat sebagai pendorong/motivasi untuk menimbulkan suatu tindakan (Walgito Bimo, 2003)

2.3. Dukungan Suami

2.3.1. Pengertian Dukungan Suami

Dukungan dapat diartikan sebagai satu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial segi fungsionalnya mencakup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, memberi nasihat atau informasi, pemberian bantuan material. Sebagai fakta sosial yang sebenarnya sebagai kognisi individual atau dukungan yang dirasakan melawan dukungan yang diterima. Dukungan sosial terdiri atas informasi atau nasihat verbal dan atau non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan


(46)

oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Ninuk, 2007).

Suami adalah orang pertama dan utama dalam memberi dorongan kepada istri sebelum pihak lain turut memberi dorongan, dukungan dan perhatian seorang suami terhadap istri. (Dagun, 2002).

2.3.2. Macam-macam Dukungan Suami

Ada beberapa macam dukungan oleh suami, antara lain : a. Dukungan Psikologi

Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian orang yang bersangkutan. Misalnya menemani istri saat pergi priksa kehamilan, dengan begini suami sudah mengikuti perkembangan kehamilan istri. Perhatian yang cukup dari suami akan membuat ibu hamil merasa tenang sehingga berpengaruh positif terhadap bayi yang dikandungnya (Musbikin, 2008).

b. Dukungan Sosial

Adalah dukungan yang bersifat nyata dan dalam bentuk materi semisal kesiapan finansial, karenanya sejak mengetahui istrinya hamil, suami harus segera menyisihkan dana khusus untuk keperluan ini, sehingga saat melahirkan telah tersedia dana yang dibutuhkan (Musbikin, 2008)

c. Dukungan Informasi

Suami harus memberikan perhatian penuh kepada masalah kehamilan istrinya, misalnya berdiskusi mengenai perkembangan yang terjadi, yaitu mencari informasi mengenai kehamilan dari media cetak maupun dari tenaga kesehatan


(47)

(Musbikin, 2008). Disinilah suami akan mengambil peran besar dalam turut menjaga kesehatan kejiwaaan istrinya agar tetap stabil, tenang dan bahagia (Arief, 2008).

d. Dukungan Lingkungan

Yaitu diberikan ketika kehamilan sudah tua, misalnya ketika ibu tidak bisa bekerja terlalu berat suami bisa membantu ibu mengurus rumah tangga, perlakuan ini dapat menyebabkan perasaan senang dalam diri istri, dan istri ahirnya menjadi lebih mudah menyesuaikan diri dalam menjalani kehamilanya (Dagun, 2002). 2.3.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Dukungan Suami

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dukungan suami dalam perlindungan kesehatan reproduksi istri (ibu), antara lain adalah:

a. Budaya

Diberbagai wilayah di Indonesia terutama di dalam masyarakat yang masih tradisioanal (Patrilineal),menganggap istri adalah konco wingking, yang artinya bahwa kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria, dan wanita hanyalah bertugas untuk melayani kebutuhan dan keinginan suami saja. Anggapan seperti ini mempengaruhi perlakuan suami terhadap kesehatan reproduksi istri.

b. Pendapatan

Pada masyarakat kebanyakan, 75%-100% penghasilanya dipergunakan untuk membiayai keperluan hidupnya. Sehingga pada akhirnya ibu hamil tidak mempunyai


(48)

kemampuan untuk membayar. Secara konkrit dapat dikemukakan bahwa pemberdayaan suami perlu dikaitkan dengan pemberdayaan ekonomi keluarga sehingga kepala keluarga tidak mempunyai alasan untuk tidak memperhatikan kesehatan istrinya.

c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan suami sebagai kepala rumah tangga. Semakin rendah pengetahuan suami maka akses terhadap informasi kesehatan istrinya akan berkurang sehingga suami akan kesulitan untuk mengambil keputusan secara efektif

2.4. Praktik atau Tindakan

2.4.1. Pengertian Praktik atau Tindakan

Perilaku kesehatan, menurut Skinner diartikan sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit atau faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan, makanan, minuman dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable) atau yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup pencegahan atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2007).


(49)

Tindakan merupakan bagian dari perilaku yang bersifat terbuka, dimana tindakan atau praktik adalah respon seseorang terhadap stimulus yang dengan mudah dapat dilihat, diamati oleh orang lain dan dapat diukur. Tindakan atau praktik nyata untuk kesehatan merupakan semua kegiatan atau aktivitas seseorang dalam rangka memelihara kesehatan. Indikator praktik kesehatan mencakup tindakan yang berhubungan dengan pencegahan dan pengobatan penyakit, tindakan pemeliharaan maupun peningkatan kesehatan dan tindakan kesehatan lingkungan.

2.4.2. Tingkatan Tindakan

Praktik atau tindakan terdiri dari 4 (empat) tingkatan, yaitu:

a. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai.

c. Mekanisme (mechanism) yaitu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau menjadi suatu kebiasaan.

d. Adaptasi (adaptation) yaitu suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik atau tindakan tersebut sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.4.3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tindakan

Perilaku terbentuk melalui suatu proses tertentu, dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungan. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam pembentukan tindakan nyata seseorang dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari


(50)

dalam maupun dari luar dirinya. Faktor intern berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan sebagainya yang dapat mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Sedangkan faktor ekstern berupa obyek, orang, kelompok, dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.

Berdasarkan hasil survey terhadap wanita Afrika-Amerika diperoleh data bahwa masalah budaya memiliki keterkaitan wanita dalam Pemeriksaan dalam, ada yang mengatakan keengganan wanita untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemeriksaan IVA. Selain itu perempuan dari status sosial ekonomi rendah dan minoritas beresiko untuk tidak mengikuti pedoman skrining kanker. Keyakinan agama dapat mempengaruhi perilaku, dimana agama mengajarkan bahwa segala sesuatu adalah di tangan Tuhan. Tingkat pendidikan rendah yang memunculkan perasaan takut untuk mengikuti pemeriksaan IVA, takut hasil yang menunjukkan penyakit karena adanya anggapan kanker serviks merupakan penyakit yang fatal, serta pengalaman negatif sebelumnya dengan skrining kanker (Morrison, R.S., 2010).

Perilaku yang diekspresikan dalam bentuk tindakan nyata merupakan wujud dari pengetahuan dan sikap itu sendiri yang dimiliki seseorang. Setelah individu mengetahui suatu stimulus atau obyek dari informasi yang diterimanya, proses selanjutnya akan menilai dan bersikap terhadap obyek tersebut dan memberikan dampak terhadap tindakan nyata individu tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Bila dikombinasikan dengan pemeriksaan pap smear, inspeksi visual 1 menit setelah cuci asam asetat meningkatkan deteksi hingga 30 persen. Studi di Afrika Selatan menemukan bahwa IVA akan mendeteksi lebih dari 65 persen lesi dan kanker


(51)

invasaif sehingga direkomendasikan oleh peneliti sebagai alternatif skrining sitologi. Sebagai perbandingan di Zimbabwe Skrining IVA oleh bidan memiliki sensitivitas dan spesifisitas adalah 77 persen dan 64 persen, dibandingkan dengan 43 persen dan 91 persen untuk Papsmear. Di India skrining yang dilakukan oleh perawat terlatih memiliki sensitivitas 96 persen, sedangkan pap smear 62 persen, namun spesifisitas IVA adalah 68 persen.

Data yang diperoleh dari Yayasan Kanker Indonesia (tahun 2011) menyebutkan setiap tahunnya sekitar 500.000 perempuan didiagnosa menderita kanker serviks dan lebih dari 250.000 meninggal dunia. Total 2,2 juta perempuan di dunia menderita kanker serviks. Di Indonesia diperkirakan 15.000 kasus baru kanker serviks setiap tahun dengan angka kematian sekitar 7.500 kasus per tahun (Emilia, 2010).

2.5. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

2.5.1. Pengertian Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

Kanker serviks bisa menyerang dengan pendarahan pada vagina, gejala kanker serviks tidak terlihat sampai kanker memasuki stadium yang lebih jauh, kanker bisa dilihat dengan cara melakukan pemeriksaan IVA. (D, Adi, 2012)

Yang menyebabkan kanker serviks adalah Human Papilloma Virus (HPV), yang dapat menyebabkan kanker serviks ialah tiper 16 dan 18 sehingga terinfeksi dan terjadilah kanker serviks. Perjalan infeksi HPV hingga menjadi kanker serviks memakan waktu yang cukup lama dan proses infeksi tersebut sering kali tidak


(52)

disadari oleh para ibuu yang kemudian menjadi prakanker dan sebagian berlangsung tanpa gejala.

Penularan Virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual, terutama yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Penularan virus HPV dengan cara transmisi melalui organ genetalia ke organ genetalia dan juga bisa berpindah melalui sentuhan kulit (D, Adi. 2012).

IVA adalah cara yang mudah murah dan dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga medis puskesmas. Prinsip kerja pemeriksaan ini adalah dengan cara mengolesi mulut rahim dengan asam asetat. Kondisi kesamaan lendir dipermukaan mulut rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah warna menjadi putih melalui bantuan cahaya, petugas medis akan dapat melihat bercak putih pada mulut rahim (Nurcahyo, 2010).

Serviks secara visual menggunakan asam cuka (IVA) berarti melihat serviks dengan mata telanjang untuk mendeksi absomormalitas setelah pengolesam asam asetat atau cuka (3-5%). Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi prakanker. IVA adalah praktik yang dianjurjan untuk fasilitas dengan sumberdaya rendah dibandingkan dengan jenis penapisan lain (Depkes, 2007).

2.5.2. Teknik Pemeriksaan IVA dan Interpretasi

Prinsip metode IVA adalah melihat perubahan warna menjadi putih (acetowhite) pada lesi prakanker jaringan ektoserviks rahim yang diolesi larutan asam


(53)

asetoasetat (asam cuka). Bila ditemukan lesi makroskopis yang dicurigai kanker, pengolesan asam asetat tidak dilakukan namun segera dirujuk ke sarana yang lebih lengkap. Perempuan yang sudah menopause tidak direkomendasikan menjalani skrining dengan metode IVA karena zona transisional leher rahim pada kelompok ini biasanya berada pada zona 26.

Endoserviks rahim dalam kanalis servikalis sehingga tidak bisa dilihat dengan inspeksi spekulum. Perempuan yang akan diskrining berada dalam posisi litotomi, kemudian dengan spekulum dan penerangan yang cukup, dilakukan inspeksi terhadap kondisi leher rahimnya. Setiap abnormalitas yang ditemukan, bila ada, dicatat. Kemudian leher rahim dioles dengan larutan asam asetat 3-5% dan didiamkan selama kurang lebih 1-2 menit. Setelah itu dilihat hasilnya.

Leher rahim yang normal akan tetap berwarna merah muda, sementara hasil positif bila ditemukan area, plak atau ulkus yang berwarna putih.48,60 Lesi prakanker ringan/jinak (NIS 1) menunjukkan lesi putih pucat yang bisa berbatasan dengan sambungan skuamokolumnar. Lesi yang lebih parah (NIS 2-3 seterusnya) menunjukkan lesi putih tebal dengan batas yang tegas,dimana salah satu tepinya selalu berbatasan dengan sambungan skuamokolumnar (SSK). Beberapa kategori temuan IVA tampak seperti tabel berikut

Kategori temuan IVA

a. Normal : Licin, merah muda, bentuk porsio normal

b. Infeksi : Servisitis (inflamasi, hiperemesis) banyak flour ektropion polip


(54)

c. Positif IVA : Plak putih Epitel Acetowhite (bercak putih)

d. Kanker leher rahim : Pertumbuhan seperti bunga kol pertumbuhan mudah berdarah.

Kategori Temuan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

a. Negatif

Tidak ada lesi bercak putih (acetowhite lession), bercak putih pada polip endoservikal atau kista nabothi, garis putih mirip leso acetowhite pada sambungan skuamokolumnar.

b. Positif 1 (+)

Samar, transparan, tidak jelas, terdapat lesi bercak putih yang ireguler pada serviks - lesi bercak putih yang tegas, membentuk sudut (angular), geographic acetowhite lessions yang terletak jauh dari sambungan skuamokolumnar.

c. Positif 2 (++)

Lesi acetowhite yang buram, padat dan berbatas jelas sampai ke sambungan skuamokolumnar - lesi acetowhite yang luas, circumorificial, berbatas tegas, tebal dan padat -pertumbuhan pada leher rahim menjadi acetowhite.

2.5.3. Akurasi Pemeriksaan IVA

Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa metode IVA berpotensi menjadi alternatif metode skrining kanker leher rahim di daerah-daerah yang

memiliki sumber daya terbatas. Namun demikian, akurasi metode ini dalam penerapan klinis masih terus dikaji di berbagai negara berkembang. Penelitian lainnya mengambil sampel 1997 perempuan di daerah pedesaan di Cina, dilakukan oleh


(55)

Belinson JL dan kawan-kawan untuk menilai sensitivitas metode IVA pada lesi prakanker tahap NIS 2 atau yang lebih tinggi, dikonfirmasi dengan kolposkopi dan biopsi leher rahim.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka sensitivitas IVA untuk NIS 2 atau yang lebih tinggi adalah 71%, sementara angka spesifisitas 74%. Beberapa penelitian menunjukkan sensitivitas IVA lebih baik daripada sitologi. Claey melaporkan penelitiannya di Nikaragua, bahwa metode IVA dapat mendeteksi kasus LDT (Lesi Derajat Tinggi) dan kanker invasif 2 kali lebih banyak daripada Tes Pap. Demikian juga laporan dari Basu Berikut adalah tabel tampilan beberapa kajian tentang IVA

yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu.

Tabel 2.1. Kajian oleh Beberapa Peneliti

Penulis Tahun Negara Jumlah

Responden Sensi-tivitas Spesi-fitas Tingkat Petugas Derajat Lesi

Bellinson et al. (2001)

Cina 1997 71 74 Ginekologi Onkologi NIS 2 atau lebih berat Ghaemaghami (2004)

Iran 1200 74.3 94 Residen Obgin

NIS 1 atau lebih

berat Doh et al.

(2005)

Kamerun 4813 70.4 77.6 - -

Lesi Arbyn et al (2008)

India dan Afrika

58.000 79.2 84.7 Perawat, bidan, sitoteknisi

NIS 1 atau lebih

berat Beberapa penelitian terbaru tentang IVA menambah data tentang kemungkinan penggunaan IVA sebagai alternatif metode skrining secara luas di negara-negara berkembang. Ghaemmaghami (2004) melaporkan angka sensitivitas


(56)

IVA dibandingkan dengan Tes Pap berturut-turut adalah 74.3% dan 72%, sementara angka spesifisitas adalah 94% dan 90.2%.

Penelitian dilakukan terhadap 1200 perempuan yang menjalani skrining dengan metode IVA dan Tes Pap dan dikonfirmasi dengan kolposkopi dan biopsi. Hasil positif dari kedua pemeriksaan tersebut berjumlah 308 orang, 191 orang diantaranya terdeteksi positif melalui metode IVA. Hasil konfirmasi histologi menunjukkan 175 sampel dinyatakan positif (dengan kriteria NIS I atau yang lebih berat), dari 175 sampel tersebut, 130 diantaranya terdeteksi melalui metode IVA.

Doh(2005) melaporkan hasil penelitian di Kamerun terhadap 4813 perempuan yang menjalani skrining dengan metode IVA dan Tes Pap. Hasil penelitian menunjukkan sensitivitas IVA dibanding Tes Pap 70.4% dan 47.7%, sedangkan spesifitas IVA dan Tes Pap berturut-turut 77.6% dan 94.2%, nilai prediksi negatif (NPV/ Negative Predictive Value) untuk IVA dan Tes Pap berturut-turut adalah 91.3% dan 87.8%.

Suatu penelitian meta-analisis atas 11 penelitian potong lintang ( cross-sectional studies)yang dilakukan di India dan beberapa negara di Afrika (2008) yang dilakukan Arbyn membandingkan penggunaan metode IVA, VILI, IVA dengan pembesaran (VIAM/Visual Inspection with Acetoacetat with a Magnifying device), tes Pap dan HC2 (Hybrid Capture-2 assay) Penelitian ini melibatkan lebih dari 58.679 perempuan usia 25-64 tahun. Hasil penelitian meta-analisis ini untuk angka sensitivitas IVA,Vili, tes Pap dan HC2 berturut-turut adalah sebagai berikut :


(57)

Metode Sensitivitas (%) Spesifisitas (%)

IVA 79.2 84.7

VILI 91.2 84.5

Tes Pap 57 93

HC2 62 94

2.5.4. Syarat Melakukan Pemeriksaan IVA

Syarat tersebut antara lain : perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan sexsual, perempuan yang sudah mempunyai anak, tidak sedang haid, tidak sedang hamil, tidak melakukan hubungan seksual 1 hari sebelum melakukan pemeriksaan IVA. Pada umur 35-40 tahun minimal 1 kali sudah pernah melakukan pemeriksaan IVA, pemeriksaan IVA dilakukan setiap 3 tahun dan dapat diulang setiap 5 tahun.

2.5.5. Alur Pemeriksaan IVA dan Tindak Lanjut

Jika tim skrining sudah cukup kompeten, terapi dengan krioterapi dapat langsung dilakukan pada hasil IVA positif. Namun jika masih ada keraguan, pada hasil skrining IVA positif dapat dimasukkan ke alur triase.

2.5.6. Keunggulan IVA

Adapun keunggulan yang dimiliki IVA dibanding dengan pemeriksaan lain adalah :

a) Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan

b) Kinerja tes tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakan untuk penampisan kanker rahim


(58)

c) Dapat depelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan disemua jenjang sistem kesehatan.

2.5.7. Deteksi dengan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

Selain papsmear,metode yang sederhana ini mulai sering dikampanyekan untuk mendeteksikanker serviks. Metode IVA dilakukan dengan cara melihat langsung serviks yang telah diolesi larutan asam asetat 3-5%. Perubahan warna pada serviks dapat menunjukkan serviks normal(merah homogen) atau lesi pra-kanker(bercak putih).

Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat pra-kanker dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%. Sementara itu, nilai prediksi positif (positive predective value) dan nilai prediksi negatif (negative predective value) masing – masing antara 10-20% dan 92-97%.

2.6. Landasan Teori

Sebagai penentu variabel penelitian serta menyusunnya dalam suatu kerangka konseptual maka teori-teori yang telah dipaparkan dirangkum dalam suatu landasan teori berikut.Sikap apabila diorientasikan pada respon individu, yaitu sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable)

maupun perasaan tidak mendukung (Unfavourable) pada suatu objek.

Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Azwar,2007). Perilaku merupakan suatu bentuk respon yang


(59)

salah satunya berupa tindakan yang dapat dilihat dari luar dan dapat diukur (Notoatmodjo, 2007).Determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yang diungkapkan dalam teori LawrenceGreen (1980).

Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yaitu:

a. Faktor-faktor Pendorong (Predisposing Factors), yang terwujud dalam pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, keyakinan, tradisi, nilai, norma sosial, persepsi dan unsur-unsur lain yang terdapat dalam diri individu.

b. Faktor-faktor Pendukung (Enabling Factors), terwujud dalam lingkungan fisik yakni tersedianya sarana pelayanan kesehatan, fasilitas-fasilitas dan kemudahan untuk mencapainya, kemudaian termasuk juga prioritas dan komitmen masyarakat / pemerintah terhadap kesehatan serta ketrampilan yang berkaitan dengan kesehatan.

c. Faktor-faktor yang Memperkuat (Reinforcing Factors), yakni mencakup sikap dan perilaku dari keluarga, teman sebaya, petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok intervensi dari perilaku masyarakat.

IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) merupakan suatu metode pemeriksaan yang mudah dan murah dan dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga medis yang sudah mengikuti pelatihan. Prinsip kerja pemeriksaan tersebut dengan cara mengolesi mulut rahim dengan asam asetat. Kondisi keasaman lendir dipermukaan mulut rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah warna menjadi putih melalui bantuan cahaya. Mulut rahim secara visual menggunakan asam asetat berarti melihat serviks


(60)

dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka (3-5%).

Jika pada pemeriksaan terdapat infeksi pada mulut rahim maka pasangan usia subur tersebut dianjurkan untuk memeriksakan diri dengan metode IVA. Pemerintah mengadakan program IVA di puskesmas untuk membantu masyarakat karena tingginya tingkat penyakit kanker serviks dan pemerintah berharap dengan adanya pemeriksaan metode IVA tersebut maka angka kejadian kanker serviks akan berkurang. (Nurcahyo, 2010)

Permasalahan pada wanita saat ini adalah masih rendahnya cakupan pemeriksaan IVAkarena kurangnya pengetahuan ibu pasangan usia subur dan tidakadanya dukungan suami terhadap ibu dan cara pencegahan penyakit kanker serviks sehingga kasus kanker serviks meningkat secara terus menerus. Penyakit ini merupakan pembunuh nomor satu perempuan, dapat menyerang semua lapisan masyarakat, tidak mengenal usia, tingkat pendidikan, pekerjaan maupun status sosial.

Pada penelitian (Luluk, 2010) Adanya hubungan tingkat pengetahuan dan motivasi wanita usia subur untuk melakukan pemeriksaan IVA menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi wanita usia subur untuk melakukan IVA.

Pengaruh persepsi wanita pasangan usia subur terhadap pemanfaatan pelayanan IVA (Lestari, 2010), menunjukkan bahwa variable yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan IVA. Gambaran pengetahuan wanita usia subur


(61)

tentang manfaat IVA(Nuraini, 2010) dapat disimpulkan bahwa seluruh responden mempunyai pengetahuan sedang dalam melakukan pemeriksaan IVA.

Faktor-faktor yang berpengaruh dan menentukan perilaku kesehatan oleh

Lawrence Green (1980) digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1. Model Teori Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Kesehatan

Sumber : Green, 1980

Faktor Predisposisi

(Pendorong) :

• Pengetahuan

• Kepercayaan

• Sikap

• Norma

Faktor

Reinforcing(Memperkua t) :

• Dukungan Suami

Perilaku Faktor Enabling

(Pendukung) :

• Fasilitas-fasilitas Kesehatan


(62)

2.7. Kerangka Konsep

Menurut Notoadmodjo tahun 2005, Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati/diukur melalui penelitian yang dilakukan. Kerangka konsep pada penelitian ini diambil dari Lawrence Green (1990).

Variabel Independent Variabel Dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian IVA

(Inspeksi Visual Asam Asetat) Pengetahuan

Sikap

Dukungan Suami


(63)

3.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Survei Analitik. Survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmojo, 2010). Rancangan pengukuran yang dilakukan secara Cross-Sectional. yaitu penelitian dengan tujuan untuk melihat hubungan antara pengetahuan, sikap ibu dan dukungan suami terhadap pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat). Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan menggunakan kuisioner tanpa memberikan perlakuan dan pengukuran terhadap subjek yang dilakukan dengan sekali pengukuran.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan diwilayah Puskesmas Helvetia Medan, Kecamatan Helvetia, yang terdiri dari 7 kelurahan, yaitu Kelurahan Helvetia, Helvetia Timur, Helvetia tengah, Dwikora, SSC II, Tanjung Gusta, Cinta Damai.

Pemeriksaan IVA dilakukan pertama kali pada tahun 2012 dan masih berlanjut sampai sekarang. Dilakukan setiap bulan pada minggu ke 3. Adapun Peneliti memilih lokasi tempat penelitian di Puskesmas Helvetia karena terdapat program pemeriksaan

IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dan sedikit masyarakat yang mau memeriksakan diri untuk mencegah kanker mulut rahim.


(64)

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2014 sampai Desember 2014.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu usia subur (berumur 20 – 45 tahun) yang sudah menikah lebih dari 3 tahun dan yang berkunjung ke Puskesmas Helvetia Medan dari 7 kelurahan yang ada di Helvetia Medan tersebut.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian dari jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sample dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Lameshow, sebagai berikut : (Hidayat, 2007)

Keterangan :

n = Besar sampel minimum

Z1-α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu

Z1-β = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu dengan tingkat kepercayaan 95%, nilainya 1,28


(65)

Pa = Perkiraan proporsi di populasi sebesar 0,7

Pa-P0 = Perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi dipopulasidengan rumus ini diperoleh sample minimal sebesar 61,35 ≈ 62 orang

n = ﴾1,96 √0.5(1 - 0.5) + 1,28 √0,7(1 - 0,7﴿2 (0,7 - 0,5) 2

= ﴾1,96 √0,5 (0,5) +1,28 √0,21 ﴿2 (0,2)2

= ﴾1,96 x 0,5 + 1,28 x 0,458257569 0,04

= ﴾0,98 + 0,586569678)2 0,04

= ﴾1,566569878﴿2 0,04 = 2,454140556 0,04 = 61,35

= 62 responden

Tehnik sampling dalam penelitian ini adalah Sampling Kuota yaitu cara pengambilan sample dengan menentukan ciri-ciri tertentu sampai jumlah kuota yang telah ditentukan(Hidayat, 2011).

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi sample yang terjangkau yang akan diteliti.

• Ibu yang bersedia menjadi responden

• Ibu yang berumur usia subur 20 – 45 tahun

• Ibu yang sudah menikah lebih dari 3 tahun

• Ibu yang tinggal bersama dengan suami


(1)

sikap kategori * tindakan

Crosstab

Tindakan

Total Melakukan

tidak melakukan

Sikap Katagori Baik Count 11 3 14

% within Sikap Katagori 78.6% 21.4% 100.0%

kurang baik Count 1 47 48

% within Sikap Katagori 2.1% 97.9% 100.0%

Total Count 12 50 62

% within Sikap Katagori 19.4% 80.6% 100.0%

Chi-Square Testsd

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability Pearson Chi-Square 40.625a 1 .000 .000 .000

Continuity Correctionb 35.873 1 .000

Likelihood Ratio 36.655 1 .000 .000 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 39.970c 1 .000 .000 .000 .000 N of Valid Cases 62

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,71.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 6,322.


(2)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Sikap Katagori (baik /

kurang baik) 172.333 16.329 1818.724

For cohort Tindakan = melakukan 37.714 5.320 267.382 For cohort Tindakan = tidak

melakukan .219 .080 .597

N of Valid Cases 62

Dukungan kategori * tindakan

Crosstab

Tindakan

Total melakukan

tidak melakukan Dukiungan

Katagori

Mendukung Count 6 1 7

% within Dukiungan Katagori 85.7% 14.3% 100.0%

tidak mendukung Count 6 49 55

% within Dukiungan Katagori 10.9% 89.1% 100.0%

Total Count 12 50 62


(3)

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for Dukiungan Katagori

(mendukung / tidak mendukung) 49.000 5.010 479.261 For cohort Tindakan = melakukan 7.857 3.483 17.725 For cohort Tindakan = tidak melakukan .160 .026 .987

N of Valid Cases 62

Chi-Square Testsd

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability Pearson Chi-Square 22.262a 1 .000 .000 .000

Continuity Correctionb 17.727 1 .000

Likelihood Ratio 17.276 1 .000 .000 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 21.903c 1 .000 .000 .000 .000

N of Valid Cases 62

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,35.

b. Computed only for a 2x2 table

c. The standardized statistic is 4,680.


(4)

Lampiran 6.

Uji Multivariat

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 62 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 62 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 62 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

Melakukan 0

tidak melakukan 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted Tindakan

Percentage Correct melakukan tidak melakukan

Step 0 Tindakan melakukan 0 12 .0

tidak melakukan 0 50 100.0

Overall Percentage 80.6


(5)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant 1.427 .321 19.710 1 .000 4.167

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables KatPeng 36.937 1 .000

KatSikap 40.625 1 .000

KatDuk 22.262 1 .000

Overall Statistics 47.135 3 .000

Block 1: Method = Forward Stepwise (Likelihood Ratio)

Classification Tablea

Observed

Predicted Tindakan

Percentage Correct melakukan tidak melakukan

Step 1 Tindakan melakukan 11 1 91.7

tidak melakukan 2 48 96.0

Overall Percentage 95.2

Step 2 Tindakan melakukan 10 2 83.3

tidak melakukan 1 49 98.0

Overall Percentage 95.2


(6)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a KatPeng 3.708 1.584 5.484 1 .019 40.790 1.831 908.935

KatSikap 3.953 1.539 6.600 1 .010 52.082 2.553 1.063E3 KatDuk 2.095 1.594 1.728 1 .189 8.129 .357 184.853 Constant -4.010 1.669 5.774 1 .016 .018

Step 2a KatPeng 3.708 1.431 6.710 1 .010 40.777 2.466 674.373 KatSikap 4.076 1.417 8.271 1 .004 58.914 3.663 947.623 Constant -2.613 1.095 5.694 1 .017 .073


Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Pasangan Usia Subur Tentang Kanker Serviks dengan Pemeriksaan IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2014”,

14 158 133

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

10 80 82

Faktor- faktor yang berhubungan dengan hasil inspeksi visual asam asetat positif di puskesmas Rengasdengklok kabupaten Karawang tahun 2009

1 14 60

ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN TES IVA (INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT) DI PUSKESMAS GUNUNGPATI TAHUN 2014

0 0 64

View of HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) PADA IBU PASANGAN USIA SUBUR DI PUSKESMAS TALISE

0 1 15

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

0 2 28

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan - Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

0 1 15

PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN

0 0 11

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) MELAKUKAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI PUSKESMAS KASIHAN I BANTUL

0 0 16

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEIKUTSERTAAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) PADA PUS DI PUSKESMAS KOTAGEDE 2 KOTA YOGYAKARTA

0 0 11