Uji Mutu Krim Ketokonazol Yang Diproduksi Oleh Pt. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan

(1)

UJI MUTU KRIM KETOKONAZOL YANG DIPRODUKSI

OLEH PT. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN

TUGAS AKHIR

OLEH:

NOVIYANNA SITORUS

NIM 122410089

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir berjudul “UJI MUTU KRIM KETOKONAZOL YANG DIPRODUKSI OLEH PT. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak antara lain:

1. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, Msi., Apt., sebagai Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

3. Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe M.S., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.

4. Bapak Yogi Sugianto S.Farm., Apt., selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapangan di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang telah membimbing dan memberikan banyak ilmu dan arahan pada saat Praktek Kerja Lapangan.


(4)

5. Ibu Dra. Saodah, M.Sc., Apt., sebagai Dosen Penasehat Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam hal Akademis setiap semester.

6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa. 7. Seluruh Staf dan Pegawai PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.

8. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Wiliam Sitorus dan Ibunda Fransiska Hutauruk serta saudaraku Swandy, Loryanne, Ilham, Wahyu dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan perhatian, doa, dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan mutu penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.

Medan, April 2015 Penulis,

Noviyanna Sitorus NIM 122410089


(5)

UJI MUTU KRIM KETOKONAZOL YANG DIPRODUKSI OLEH PT. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN

Abstrak

Latar Belakang: Ketokonazol merupakan suatu obat antifungi/anti jamur yang termasuk turunan imidazol. Ketokonazol ini bersifat liofilik dan larut dalam air pada pH asam. Ketokonazol aktif sebagai anti jamur baik sistemik maupun non sistemik, ketokonazol sediaan topikal efektif terhadap candidiasis dan jamur penyebab infeksi pada kulit. Agar memiliki efek terapi yang baik, perlu dilakukan uji mutu terhadap krim ketokonazol.

Manfaat: Mengetahui apakah mutu krim ketokonazol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi IV.

Metode: Pengujian krim ketokonazol meliputi pemeriksaan pemerian, uji homogenitas, bobot rata-rata, uji stabilitas sediaan, penentuan pH, dan uji penetapan kadar dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

Hasil: Krim ketokonazol yang dikemas dalam tube 10 gram, berwarna putih, dalam keadaan baik, homogen, halus dan tidak terdapat butiran, memiliki bobot rata-rata 10.14 gram, stabilitas dalam keadaan baik dan homogen, pH 6.08, dengan kadar 101.21%.

Kesimpulan: Sediaan Krim ketokonazol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi IV dan pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).


(6)

QUALITY TEST OF KETOCONAZOLE CEAM PRODUCED BY PT. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN

Abstract

Background: Ketoconazole is an antifungal drug / anti-fungal include imidazole derivatives. This ketoconazole is lyophilizable and water-soluble at acidic pH. Ketoconazole is an antifungal active as both systemic and non-systemic, topical ketoconazole dosage effective against candidiasis and fungi that cause infections of the skin. In order to have a good therapeutic effect, necessary to test the quality of the cream ketoconazole.

Benefit: Knowing whether the quality of ketoconazole cream produced by PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan meet the requirements in accordance with that set by the Indonesian Pharmacopoeia Edition IV.

Method: Testing includes inspection pemerian ketoconazole cream, homogeneity, average weight, stability test preparation, determination of pH, and the test assay using High Performance Liquid Chromatography (HPLC).

Result: Ketoconazole cream packaged in tubes of 10 grams, white, in good circumstances, homogeneous, smooth and there are no grains, having an average weight of 10:14 gram, stability in good condition and homogeneous, pH 6:08, with the levels of 101.21%.

Conclusion: Ketoconazole cream preparation produced by PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan meet the requirements in accordance with that set by the Indonesian Pharmacopoeia Edition IV and guidelines of Good Manufacturing Practice (GMP).


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan dan Manfaat ... 3

1.2.1. Tujuan ... 3

1.2.2. Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Krim ... 4

2.1.1. Krim Secara Umum ... 4

2.1.2. Persyaratan Krim ... 5

2.1.3. Penggolongan Krim ... 5


(8)

2.1.5. Pembentukan Krim ... 7

2.1.6. Penyimpanan Krim ... 7

2.2. Antifungi ... 8

2.3. Ketokonazol ... 9

2.3.1 Sifat Fisika Kimia ... 10

2.4. Mutu ... 10

2.5. Pengujian Mutu Krim ... 11

2.5.1. Organoleptik ... 11

2.5.2. Homogenitas ... 11

2.5.3. Stabilitas ... 12

2.5.4. pH ... 13

2.5.5. Keseragaman Sediaan ... 13

2.6. Penetapan Kadar Zat Aktif ... 14

2.6.1. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 14

2.6.2. Sejarah Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 15

2.6.3. Peralatan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 15

2.6.4. Cara Kerja Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 18

BAB III METODE PENGUJIAN ... 19

3.1. Tempat ... 19

3.2. Alat-alat ... 19

3.3. Bahan-bahan ... 19

3.4. Prosedur ... 19


(9)

3.4.2. Pengujian ... 20

3.5. Perhitungan ... 23

3.5.1. Penetapan Kadar ... 23

3.5.2. Bobot Rata-rata (gram) ... 24

3.5.3. Simpangan Baku Relative (RSD) ... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1. Hasil ... 25

4.2. Pembahasan ... 26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

5.1. Kesimpulan ... 28

5.2. Saran ... 28


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data hasil uji pemeriksaan ... 31

Lampiran 2. Data hasil uji injeksi standar ... 32

Lampiran 3. Data hasil uji kadar ketokonazol ... 33

Lampiran 4. Perhitungan kadar ... 34

Lampiran 5. Perhitungan standar deviasi dan simpangan baku relatif .... 35

Lampiran 6. Perhitungan standar deviasi dan simpangan baku relatif .... 36

Lampiran 7. Perhitungan bobot rata-rata ... 37

Lampiran 8. Gambar alat digital semi mikro balance ... 38

Lampiran 9. Gambar alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 39


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Data hasil uji pemeriksaan krim ketokonazol ... 25


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Struktur ketokonazol ... 10


(13)

UJI MUTU KRIM KETOKONAZOL YANG DIPRODUKSI OLEH PT. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN

Abstrak

Latar Belakang: Ketokonazol merupakan suatu obat antifungi/anti jamur yang termasuk turunan imidazol. Ketokonazol ini bersifat liofilik dan larut dalam air pada pH asam. Ketokonazol aktif sebagai anti jamur baik sistemik maupun non sistemik, ketokonazol sediaan topikal efektif terhadap candidiasis dan jamur penyebab infeksi pada kulit. Agar memiliki efek terapi yang baik, perlu dilakukan uji mutu terhadap krim ketokonazol.

Manfaat: Mengetahui apakah mutu krim ketokonazol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi IV.

Metode: Pengujian krim ketokonazol meliputi pemeriksaan pemerian, uji homogenitas, bobot rata-rata, uji stabilitas sediaan, penentuan pH, dan uji penetapan kadar dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

Hasil: Krim ketokonazol yang dikemas dalam tube 10 gram, berwarna putih, dalam keadaan baik, homogen, halus dan tidak terdapat butiran, memiliki bobot rata-rata 10.14 gram, stabilitas dalam keadaan baik dan homogen, pH 6.08, dengan kadar 101.21%.

Kesimpulan: Sediaan Krim ketokonazol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan sesuai dengan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia Edisi IV dan pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).


(14)

QUALITY TEST OF KETOCONAZOLE CEAM PRODUCED BY PT. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN

Abstract

Background: Ketoconazole is an antifungal drug / anti-fungal include imidazole derivatives. This ketoconazole is lyophilizable and water-soluble at acidic pH. Ketoconazole is an antifungal active as both systemic and non-systemic, topical ketoconazole dosage effective against candidiasis and fungi that cause infections of the skin. In order to have a good therapeutic effect, necessary to test the quality of the cream ketoconazole.

Benefit: Knowing whether the quality of ketoconazole cream produced by PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan meet the requirements in accordance with that set by the Indonesian Pharmacopoeia Edition IV.

Method: Testing includes inspection pemerian ketoconazole cream, homogeneity, average weight, stability test preparation, determination of pH, and the test assay using High Performance Liquid Chromatography (HPLC).

Result: Ketoconazole cream packaged in tubes of 10 grams, white, in good circumstances, homogeneous, smooth and there are no grains, having an average weight of 10:14 gram, stability in good condition and homogeneous, pH 6:08, with the levels of 101.21%.

Conclusion: Ketoconazole cream preparation produced by PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan meet the requirements in accordance with that set by the Indonesian Pharmacopoeia Edition IV and guidelines of Good Manufacturing Practice (GMP).


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air (Ditjen POM, 1995).

Penggunaan obat pada kulit dimaksudkan untuk efek lokal tidak untuk sistemik. Bentuk sediaan yang digunakan untuk kulit adalah salep, krim, pasta dengan basis yang macam dan mempunyai sifat yang bermacam-macam seperti hidrofil (suka air) atau hidrofob (tidak suka air). Sediaan farmasi yang digunakan pada kulit adalah untuk memberikan aksi lokal dan aksinya dapat lama pada tempat yang sakit dan sedikit mungkin diabsorbsi. Oleh karena itu sediaan untuk kulit biasanya pemakaian pada kulit sebagai antiseptik, antifungi, antiinflamasi dan anastetik lokal (Anief, 2007).

Salah satu obat dalam bentuk krim yang digunakan untuk pemakaian luar adalah ketokonazol. Ketokonazol merupakan suatu obat antifungi turunan imidazol yang dapat mengobati infeksi yang disebabkan oleh jamur. Obat tersebut aktif terhadap infeksi non sistemik, seperti halnya infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans (C.Albicans)


(16)

Krim ketokonazol sebelum dipasarkan harus dilakukan pengujian serta penetapan kadar untuk menjaga keamanan serta kualitas krim dari awal produksi hingga menjadi sediaan obat. Pengujian ini untuk menjamin hasil akhir yang terjamin mutunya dan memiliki efek terapi yang baik. Hal ini untuk melindungi masyarakat dari penggunaan obat yang tidak memenuhi mutu dan efek terapi yang baik.

Untuk menjamin agar krim ketokonazol dapat bekerja sebagai obat, maka perlu dilakukan uji mutu terhadap sediaan krim. Uji mutu suatu obat dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan yaitu pemeriksaan secara fisika dan kimia yang meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau, identitas, rotasi optik, berat jenis, pH, kelarutan, kekentalan, waktu hancur, kekerasan tablet, susut pengeringan, berat rata-rata atau volume per unit, keseragaman bobot atau volume, bentuk kristal, ukuran partikel, kadar air, kadar zat aktif, pengotoran dan produk yang hancur (Lachman, dkk., 1994).

Pemeriksaan yang dilakukan pada pengujian krim ketokonazol meliputi pemeriksaan pemerian, uji homogenitas, uji bobot rata-rata, uji stabilitas sediaan, penetapan pH, dan uji penetapan kadar.

Pemeriksaan krim ketokonazol perlu dilakukan dengan melakukan pengujian dilaboratorium pengujian (Laboratorium Quality Control). Dalam hal ini, penulis melakukan .”UJI MUTU KRIM KETOKONAZOL YANG DIPRODUKSI PT. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT MEDAN”.


(17)

1.2 Tujuan Dan Manfaat 1.2.1 Tujuan

Dilakukannya uji mutu krim ketokonazol untuk mengetahui tahapan pengujian yang digunakan dalam pemeriksaan krim ketokonazol dan untuk mengetahui apakah krim ketokonazol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Farmakope Edisi IV dan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

1.2.2 Manfaat

Uji mutu mencakup semua pengujian terhadap suatu obat, sehingga bermanfaat untuk menambah wawasan dari penulis untuk dapat mengaplikasikan kemampuan dalam pengujian mutu krim ketokonazol. Pembaca dapat mengetahui dan memberikan informasi kepada masyarakat bahwa sediaan krim ketokonazol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan telah memenuhi persyaratan dan layak untuk di distribusikan.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Krim

2.1.1 Krim secara umum

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal (Ditjen POM, 1995).

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada 2 yaitu: krim tipe air dalam minyak (A/M) dan krim minyak dalam air (M/A). Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik dan nonionik (Anief, 2008).

Sifat umum sediaan semi padat terutama krim ini adalah mampu melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan ini dicuci atau dihilangkan. Krim yang digunakan sebagai obat umumnya digunakan untuk mengatasi penyakit kulit seperti jamur, infeksi ataupun sebagai anti radang yang disebabkan oleh berbagai jenis penyakit (Anwar, 2012).


(19)

2.1.2 Persyaratan Krim

Sebagai obat luar, krim harus memenuhi beberapa persyaratan berikut: a. Stabil selama masih dipakai untuk mengobati. Oleh karena itu, krim harus

bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar.

b. Lunak. Semua zat harus dalam keadaan halus dan seluruh produk yang dihasilkan menjadi lunak serta homogen.

c. Mudah dipakai. Umumnya, krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.

d. Terdistribusi secara merata. Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan. (Widodo, 2013)

2.1.3 Penggolongan Krim

Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air sehingga dapat dicuci dengan air serta lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetik dan estetika. Krim digolongkan menjadi dua tipe, yakni:

1. Tipe a/m, yakni air terdispersi dalam minyak. Contohnya cold cream.Cold

cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk memberi rasa

dingin dan nyaman pada kulit.

2. Tipe m/a, yakni minyak terdispersi dalam air. Contohnya, vanishing

cream. Vanishing cream adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk


(20)

Krim merupakan sistem emulsi sediaan semipadat dengan penampilan tidak jernih, berbeda dengan salep yang tembus cahaya. Konsistensi dan sifatnya tergantung pada jenis emulsinya, apakah jenis air dalam minyak atau minyak dalam air (Lachman, dkk., 1994).

Dasar salep emulsi, ada dua macam yaitu:

1. Dasar salep emulsi tipe A/M seperti lanolin dan cold cream.

2. Dasar salep emulsi tipe M/A seperti vanishing cream dan hydrophilic

ointment. (Anief, 1994)

a. Lanolin cream suatu bentuk emulsi tipe A/M yang mengandung air 25% dan digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit dan mudah dipakai. b. Cold cream suatu emulsi tipe A/M dibuat dengan pelelehan cera alba,

Cetaceum dan Oleum Amydalarum ditambahkan larutan boraks dalam air panas, diaduk sampai dingin. Dasar salep ini harus dibuat baru dan digunakan sebagai pendingin, pelunak dan bahan pembawa obat.

c. Vanishing cream, sebagai dasar untuk kosmetik dengan tujuan pengobatan

kulit. (Anief, 1994)

2.1.4 Metode Pembuatan Krim

Secara umum, pembuatan/peracikan sediaan krim meliputi proses peleburan dan emulsifikasi. Biasanya, komponen yang tidak tercampur dengan air, seperti minyak dan lilin, dicairkan bersama-sama didalam penangas air pada suhu 70-75ºC. Sementara itu, semua larutan berair yang tahan panas dan komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama pada komponen lemak. Kemudian, larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan kedalam


(21)

campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, sementara temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengandukan yang terus menerus sampai mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dan fase cair (Widodo, 2003).

2.1.5 Pembentukan Krim

Dibawah pengaruh gravitasi, partikel-partikel atau tetesan-tetesan tersuspensi cenderung meningkat atau mengendap, tergantung pada perbedaan dalam gravitasi spesifik antar fase tersebut. Jika pembentukan krim berlangsung tanpa agregasi apapun, emulsi dapat terbentuk kembali dengan pengocokan atau pengadukan. Pembentukan krim meliputi gerakan sejumlah tetesan heterodispers, dan gerakan tersebut saling mengganggu satu sama lain dan biasanya menyebabkan rusaknya tetesan (Lachman, dkk., 1994).

2.1.6 Penyimpanan Krim

Penyimpanan krim biasanya dikemas baik dalam botol atau dalam tube, botol yang digunakan biasanya berwarna gelap atau buram. Wadah dari gelas buram dan berwarna berguna untuk krim yang mengandung obat yang peka terhadap cahaya. Tube bias saja terbuat dari kaleng atau plastik, beberapa diantaranya diberi tambahan kemasan bila krim akan digunakan untuk penggunaan khusus. Tube dari krim kebanyakan dikemas dalam tube kaleng dan dapat dilipat yang dapat menampung (sekitar 8.5 g krim). Tube krim untuk pemakaian topikal lebih sering dari ukuran 5 sampai 15 gram (Ansel, 1989).


(22)

2.2 Antifungi

Infeksi jamur pada manusia berlangsung melalui sporanya dan dapat dibagi dalam mycose umumdan mycose permukaan.

1) Mycose umum (sistemis). Pada infeksi umum, jamur atau ragi tersebar

ditubuh atau mengakibatkan infeksi dalam organ tubuh, yang kadang-kadang dapat membahayakan jiwa. Contohnya adalah actynomicose,

aspergillose, dan candidiasis yang menyebabkan infeksi pada saluran

cerna dan alat pernapasan.

2) Mycose permukaan (Tinea). Infeksi ini yang sering terjadi, terbatas

pada kulit, rambut, kuku, dan mukosa. Mycose kulit juga disebut dengan Tinea, misalnya Tinea corporis, cruris, capitis, dan pedis, masing-masing berarti infeksi di tubuh, lipat paha, kepala, dan kaki penyebabnya adalah dermatofit dari suku trichophyton (kulit, rambut, kuku). Jamur-jamur ini yang mengakibatkan kutu air, panu, kurap, dan kuku kapur. (Tjay dan Rahardja, 2002) Beberapa jenis infeksi jamur pada kulit yang sering ditemukan:

a. Kutu air (tinea pedis). Kutu air disebabkan oleh jenis Trychofyton dan merupakan dermatofytose yang paling banyak timbul. Gejalanya berupa gatal-gatal diantara jari kaki, kemudian terbentuk gelembung yang kemudian pecah dan mengeluarkan cairan. Pengobatan dengan krim mikonazol dan ketokonazol peroral.


(23)

b. Kuku kapur (onychomycose). Kuku kapur bercirikan kuku menebal, mengeras, dan mudah patah. Infeksi ini sering menular dari kuku ke kuku. Pengobatan dengan terbinafin oral atau griseofulvin oral.

c. Panu (pityriasis versicolor). Infeksi permukaan ini banyak terjadi di Indonesia dan daerah tropis lain. Infeksinya berupa bercak-bercak putih dan kecoklatan-merah ditengkuk, dada, punggung, dan lengan. Pengobatan dapat dilakukan dengan mengoleskan bercak-bercak dengan krim mikonazol/ketokonazol selama 2- 3 minggu.

d. Ketombe (dandruff). Ketombe bercirikan terlepasnya serpihan-serpihan berlebih dari kulit kepala yang biasanya disertai gatal-gatal. Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan shampo yang mengandung selensulfida 2.5%, seng-pirithion 2%, dan piroctone olamine.

e. Candidiasis kulit. Terutama timbul pada bagian tubuh yang lembab dan

hangat, misalnya ketiak dan lipatan paha. Kebanyakan infeksi menghinggapi orang gemuk dan orang penderita diabetes. Gejalanya berupa kulit memerah dan mengeluarkan cairan. Pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan krim ketokonazol atau mikonazol (Tjay dan Rahardja, 2002)

2.3 Ketokonazol

Ketokonazol adalah suatu obat anti jamur turunan imidazol yang memiliki aktivitas antifungi yang efektif terhadap dermatofit, ragi, misalnya tricophyton, epidermophyton , microsporum, candida albicans (Katzung, 2004).

Ketokonazol krim diindikasikan untuk pengobatan topikal pada pengobatan infeksi dermatofit pada kulit, seperti Tinea corporis, crusis, dan tinea


(24)

pedis yang disebabkan oleh Trichopyton, Epidermophyton. Juga untuk pengobatan

Candidiasis kulit dan mycose permukaan atau disebut tinea (Katzung, 2004).

2.3.1 Sifat Fisika Kimia

Gambar 2.1

Rumus molekul : C26H28Cl2N4O4

Berat molekul (BM) : 531,44

Nama Lain : Ketokonazolum

Pemerian : Serbuk hablur, Putih, Tidak berbau (Ditjen POM,1995).

2.4 Mutu

Mutu adalah keseluruhan ciri dan karakteristik suatu produk yang dihasilkan atau layanan yang mendukung kemampuan produk atau layanan itu untuk memuaskan kebutuhan atau yang tersirat (Siregar dan Wikarsa, 2010).

Pengendalian mutu adalah suatu fungsi analis yang mengendalikan produk, ingredient (komposisi), dan bahan pengemas dengan metode fisik, kimia, dan metode lain. Hal ini mencakup pengendalian kertas kerja dan memastikan kesesuaian dengan standar yang telah ditetapkan. Sistem pengendalian mutu hendaklah dirancang dengan tepat untuk menjamin bahwa tiap obat mengandung bahan yang benar dan memiliki mutu dan jumlah yang sesuai dengan yang telah ditetapkan, dan dibuat dalam kondisi yang tepat dan mengikuti prosedur standar.


(25)

Pengedalian mutu meliputi semua fungsi analis yang dilakukan dilaboratorium termasuk pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.5 Pengujian Mutu Krim

Beberapa pengujian yang dilakukan dalam proses pemeriksaan mutu krim, antara lain Organoleptik (pemerian), Homogenitas, Stabilitas sediaan, pH, Keseragaman sediaan, Penetapan kadar zat aktif (Widodo,2003).

2.5.1 Organoleptik

Uji organoleptik lakukan dengan menggunakan panca indra atau secara visual. Komponen yang dievaluasi meliputi bau, warna, tekstur sediaan, dan konsistensi. Adapun pelaksanaannya dengan menggunakan subjek responden atau dengan menggunakan kriteria tertentu dengan menetapkan kriteria pengujiannya (Widodo, 2003).

2.5.2 Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah pada saat proses pembuatan krim bahan aktif obat dengan bahan dasarnya dan bahan tambahan lain yang diperlukan tercampur secara homogen. Persyaratannya harus homogen sehingga krim yang dihasilkan mudah digunakan dan terdistribusi merata saat penggunaan pada kulit. Krim harus tahan terhadap gaya gesek yang timbul akibat pemindahan produk, maupun akibat aksi mekanis dari alat pengisi. (Anief, 1994).


(26)

2.5.3 Stabilitas

Salah satu aktivitas yang paling penting dalam kerja preformulasi adalah evaluasi kestabilan fisika dan kimia dari zat obat murni. Adalah perlu bahwa pengkajian awal ini dihubungkan dengan menggunakan sampel obat dengan kemurnian yang diketahui. Adanya pengotoran dapat mengakibatkan kesimpulan yang salah dalam evaluasi tersebut. Ketidakstabilan kimia dari zat obat dapat mengambil banyak bentuk, karena obat-obat yang digunakan sekarang adalah konstituen kimia yang beraneka ragam. Secara kimia proses kerusakan yang sering meliputi hidrolisis dan oksidasi (Ansel, 1989).

Untuk mengevaluasi kestabilan emulsi dengan cara sentrifugasi. Umumnya diterima bahwa shelf-life pada kondisi penyimpanan normal dapat diramalkan dengan cepat dengan mengamati pemisahan dari fase terdispersi karena pembetukan krim atau penggumpalan bila emulsi bila dipaparkan pada sentrifugasi. Sentrifugasi jika digunakan dengan bijaksana, merupakan alat yang sangat berguna untuk mengevaluasi emulsi (Lachman, dkk., 1994).

Tujuan pengujian stabilitas obat adalah untuk memberikan bukti tentang mutu suatu bahan obat atau produk obat yang berubah seiring waktu dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan dan cahaya. Tujuan pengujian tersebut adalah untuk menetapkan suatu periode uji ulang untuk obat tersebut atau masa edar untuk produk obat dan kondisi penyimpanan yang direkomendasikan uji stabilitas untuk menetapkan masa edar suatu produk harus dilakukan sesuai dengan kondisi iklim ditempat produk obat tersebut akan dipasarkan (Watson, 2009).


(27)

2.5.4 pH

Harga pH adalah harga yang ditunjukkan oleh pH meter yang telah dibakukandan mampu mengukur harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektroda indikator yang peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektroda kaca, dan elektroda pembanding yang sesuai seperti elektroda kalomel dan elektroda perak-perak klorida. Pengukuran dilakukan pada suhu ±250C, kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi ( Ditjen POM, 1995 ).

Penetapan pH dilakukan dengan mengguakan alat bernama pH meter. Karena pH meter hanya bekerja pada zat yang berbentuk larutan, maka krim harus dibuat dalam bentuk larutan terlebih dahulu. Krim dan air dicampur dengan perbandingan 60 g : 200 ml air, kemudian diaduk hingga homogen dan dibiarkan agar mengendap. Setelah itu, pH airnya diukur dengan pH meter. Nilai pH akan tertera pada layar pH meter (Widodo, 2003).

2.5.5 Keseragaman Sediaan

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu keseragam bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan untuk sediaan yang mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau lebih zat aktif. Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keseragaman bobot , dilakukan untuk sediaan yang dimaksud (dari satuan uji dapat diambil dari bets yang sama untuk penetapan kadar (Ditjen POM, 1995).


(28)

2.6 Penetapan Kadar Zat Aktif

Ketokonazol mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket dengan rumus molekul C26H28Cl2N4O4 dan memiliki berat molekul (BM 531,44) (Ditjen POM, 1995).

2.6.1 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

Pengujian ketokonazol dapat dilakukan dengan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Perpormance Liquid Chromatography (HPLC) merupakan suatu teknis analisis obat yang paling cepat berkembang. Metode ini baik untuk analisis sediaan obat karena sederhana dan kepekaannya tinggi. KCKT biasanya dilakukan pada suhu kamar, sehingga dapat ditangani dengan mudah. Peralatan KCKT memiliki kepekaan yang sangat tinggi sehingga menghasilkan data yang akurat. Cepatnya perkembangan KCKT didukung oleh perkembangan peralatan yang handal dan kolom yang efisien (Munson, 1991).

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) atau High Performance Liquid

Chromatography (HPLC), digunakan untuk senyawa dengan karakteristik titik

didih tinggi dan tekanan uap rendah (sulit menguap). Komponen dasar pada KCKT hampir sama dengan Kromatografi Gas (KG) namun untuk KCKT fase geraknya adalah cairan. Komponen dasar dari KCKT adalah sistem fase gerak cairan, Alat penginjeksi sampel (sample injector), Kolom, Detektor, dan sistem pencatatan (recording system) (Lestari, 2009).


(29)

2.6.2 Sejarah Kromatografi cair kinerja Tinggi

Kromatografi cair kinerja tinggi atau KCKT atau biasa juga disebut dengan HPLC (High Performance Liquid Cromathography) dikembangkan pada akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel dalam sejumlah bidang, antara lain: farmasi, lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri-industri makanan. Beberapa perkembangn KCKT terbaru antara lain: miniaturisasi sistem KCKT, penggunaan KCKT untuk analisis asam-asam nukleat, analisis protein, analisis karbohidrat, dan anlisis senyawa-senyawa kiral (Rohman, 2007).

Kegunaan KCKT adalah untuk pemisahan sejumlah senyawa organik, anorganik, maupun senyawa biologis, analisis ketidakmurnian (impurities), analisis senyawa-senyawa yang tidak menguap (non-volatil), penentuan molekul-molekul netral, ionik, maupun zwiter ion, isolasi dan pemurnian senyawa, pemisahan senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama (Rohman, 2007).

2.6.3 Peralatan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Alat utama KCKT pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak, pompa, tempat penyuntikan sampel, pipa, kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak, dan suatu computer atau integrator atau perekam (Munson, 1991).

1. Wadah fase gerak dan fase gerak

Wadah fase gerak harus lembam (inert). Wadah ini biasanya dapat me nampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara


(30)

keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel-partikel kecil dan adanya gas dalam fase gerak (Munson, 1991).

2. Pipa

Sifat pipa penyambung seluruh bagian sistem harus diperhatikan. Garis tengah dalam pipa sebelum penyuntikan tidak berpengaruh, harus tahan tekanan serta mampu dilewati pelarut dengan volume yang memadai (Munson, 1991).

3. Pompa

Pompa untuk HPLC harus mampu menghasilkan tekanan sampai 5000 psi pada kecepatan sampai 3 ml/menit. Pompa yang digunakan untuk skala preparatif perlu kecepatan alir sampai 20 ml/menit (Munson, 1991).

4. Suntik

Penyuntikan ke dalam kolom merupakan suatu masalah karena tekanan tinggi dari HPLC. Teknik penyuntikan harus tiner ulang untuk mencapai keseksamaan maksimum analisis kualitatif (Munson, 1991).

5. Kolom

Dianjurkan untuk memasang penyaring 2 μm dijalur antara penyuntik dan kolom untuk menahan partikel yang dibawa fase gerak. Hal ini dapat memperpanjang umur kolom. Untuk menghubungkan kolom ke pipa dan pipa ke pipa harus mempunyai volume kecil untuk menekan pelebaran karena perpanjangan kolom (Munson, 1991).


(31)

6. Detektor HPLC

Detektor HPLC hendaknya mempunyai beberapa sifat, dapat memberi tanggapan kepada terokan, kepekaan tinggi, hasilnya tiner ulang dan tanggapannya dapat diramalkan (Munson, 1991).

7. Perekam

Perekam merupakan salah satu dari bagian peralatan yang berfungsi merekam atau menunjukkan hasil pemeriksaan suatu senyawa berupa peak (puncak).Dari daftar tersebut, secara kualitatif kita dapat mengetahui senyawa apa yang diperiksa (Munson,1991).

Hampir semua jenis campuran solut dapat dipisahkan dengan KCKT karena banyaknya fase diam yang tersedia dan selektifitas. Pemisahan dapat dilakukan dengan fase normal dan fase terbalik tergantung pada polaritas relatif fase diam dan fase gerak (Munson, 1991).

Pada kromatografi cair, susunan pelarut atau fase gerak merupakan salah satu perubahan yang mempengaruhi pemisahan. Berbagai macam pelarut dapat digunakan dalam metode KCKT tetapi harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini :

1. Murni tanpa cemaran

2. Tidak bereaksi dengan kemasan 3. Sesuai dengan detektor

4. Dapat melarutkan cuplikan 5. Mempunyai viskositas rendah


(32)

2.6.4 Cara Kerja Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi solute dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi secara sukses terhadap suatu masalah yang dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel. Prinsip dari metode KCKT adalah bila sampel telah dimasukkan dengan suatu penyuntik KCKT, maka akan dibawa melalui kolom bersama suatu fase gerak akibat adanya tekanan dari pompa. Data yang dihasilkan ditunjukkan berupa puncak oleh suatu perekam (Rohman, 2007).


(33)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1 Tempat

Uji mutu krim ketokonazol dilakukan di PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang bertempat di Jl. SM. Raja Km. 9 No. 59 Medan.

3.2 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan adalah Digital Analytical Balance, Labu tentu ukur 25 ml dan 50 ml, Saringan Millipore 0.45 µm, Batang pengaduk, Sentrifuge, Pompa vacum, Ultrasonic bath, HPLC (High Performance Liquid

Cromathography), pH meter, Beaker glass 50 ml, Botol vial 10 ml, Spuit 10 ml,

Spuit 1 ml.

3.3 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah ketokonazol BPFI (Baku Pembanding Farmakope Indonesia), ketokonazol krim, aquabidest , acetonitril, methanol, Asam asetat glacial.

3.4 Prosedur 3.4.1 Pemeriksaan 1) Pemerian


(34)

3.4.2 Pengujian 2) Homogenitas

a. Sediakan 2 buah objek glass

b. Diletakkan krim secukupnya diatas objek glass c. Diatasnya di letakkan objek glass lain

d. Dilihat apakah terdapat butiran atau partikel pada krim

3) Bobot rata-rata

a. Timbang satu persatu 10 tube kosong menggunakan timbangan analytical balance

b. Dicatat bobot tiap masing-masing tube kosong c. Kemudian ditimbang 10 tube dengan isinya d. Dicatat bobot tiap masing-masing tube

e. Tiap bobot tube kosong dikurangi bobot tube dengan isinya, maka diperoleh bobot rata-rata

4) simpangan baku relative (RSD)

Simpangan baku relative diperoleh dengan mencari bobor rata-rata terlebih dahulu, sehingga simpangan baku relatife dapat dihitung.

5) Pengujian pH

a. Hidupkan alat pH meter b. Angkat elektroda

c. Cuci hingga bersih dengan aquades bebas CO2, keringkan

d. Celupkan elektroda kedalam larutan buffer pH 7 e. Tekan tombol “ON”


(35)

f. Tekan tombol “CAL” sampai menuju ke angka 7 pada layar g. Tekan tombol “READ”

h. Dilakukan perlakuan yang sama untuk kalibrasi dengan buffer pH 4, dan pH 10

i. Setelah dilakukan kalibrasi, elektroda dibersihkan dengan aquades bebas CO2, keringkan

Pengujian pH larutan uji:

a. Elektroda dibersihkan dengan aquades bebas CO2, keringkan

b. Larutan uji ditimbang sebanyak 5 g, dilarutkan dalam 50 ml aquades bebas CO2

c. Dilarutkan didalam ultrasonic bath selama 15 menit d. Elektroda dicelupkan kedalam larutan uji

e. Tekan tombol “ON” f. Tekan tombol “CAL”

g. Hingga menunjukkan angka yang stabil (6 -7) h. Ditekan tombol “READ”

i. Angkat elektroda dan cuci hingga bersih dengan aquades bebas CO2,

keringkan

j. Tekan tombol “OFF” k. Matikan alat pH meter

6) Uji stabilitas

a. Sampel ditimbang sebanyak 5 g, dimasukkan kedalam wadah sentrifuge b. Hidupkan alat Sentrifuge


(36)

c. Isi wadah sentrifuge dengan tabung yang berisi larutan uji, tempatkan dalam sentrifuge dengan posisi berseberangan

d. Gunakan 2 atau 4 wadah agar putarannya seimbang (Bila hanya ada satu wadah sentrifuge yang berisi larutan sampel, gunakan lagi tabung berisi aquadestillata, tutup sentrifuge

e. Putar switch pengatur kecepatan sesuai dengan kecepatan yang diinginkan f. Putar switch pengatur waktu sesuai dengan waktu yang diinginkan

g. Tunggu sampai putaran berhenti, buka tutup sentrifuge dan angkat tabung yang berisi larutan uji

h. Putar switch ke angka 0 (nol) i. Cabut steaker dari stop kontak

7) Penetapan kadar secara HPLC

Larutan standar dan larutan uji diukur dengan HPLC dengan kondisi: Fase gerak : Amonium asetat : acetonitril (2:8)

Fase diam : Kolom (Hypercil phenomenex)/Hypercil C18 Pelarut : Metanol : asam asetat glacial (50:50)

Pembuatan larutan standar, yaitu:

a. Timbang seksama sebanyak 10 mg ketokonazol BPFI (Baku Pembanding Farmakope Indonesia), masukkan kedalam labu tentu ukur 25 ml

b. Tambahkan 15 ml pelarut, larutkan dengan Ultrasonic bath selama 15 menit, tambahkan lagi pelarut secukupnya hingga volume 25 ml

c. Saring larutan dengan saringan Millipore 0,45 µm dan masukkan kedalam botol vial, larutan siap dianalisis.


(37)

Pembuatan larutan uji, yaitu:

a. Timbang sebanyak 1 g krim, masukkan kedalam beaker glass 50 ml

b. Tambahkan 20 ml pelarut dan masukkan kedalam labu tentu ukur 50 ml sampai volume tepat 50 ml, kocok sampai homogen

c. Kemudian kocok dengan Ultrasonic bath hingga larut, tambahkan pelarut. d. Saring larutan dengan saringan Millipore 0,45 µm dan masukkan kedalam

botol vial

e. Larutan siap untuk dianalisis (sekali injeksi sebanyak 20 μl atau 0.2 ml)

3.5 Perhitungan 3.5.1 Penetapan Kadar

Perhitungan penetapan kadar krim ketokonazol dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Kadar =

Dimana: [st] (mg/ml) =

: [sp] (mg/ml) =

Keterangan: AUC sp = Luas area sampel AUC st = Luas area standar Kst = Kadar standar Bst = Bobot standar Bsp = Bobot sampel


(38)

3.5.2 Perhitungan bobot rata-rata (gram)

Perhitungan bobot rata-rata (gram) dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Bobot rata-rata =

3.5.3 Perhitungan Simpangan Baku Relatif (RSD)

Perhitungna simpangan baku relatif dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

a.

Standar Deviasi (SD)

=

Keterangan: = Rata-rata (mean)

X = Nilai dari masing-masing pengukuran n = Frekuensi penetapan

b.

Standar Deviasi Relatif (RSD)

=

Keterangan: SD = Standar deviasi = Rata-rata (mean)


(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan uji pemeriksaan krim ketokonazol yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.1. Hasil uji pemeriksaan krim ketokonazol

No. Pemeriksaan Spesifikasi Hasil

1. Pemerian-Bentuk

homogen Krim homogen Krim homogeny

2. Pemerian Bentuk halus Halus Halus

3. Pemerian-Butiran Partikel

Tidak terdapat

butiran partikel Tidak terdapat butiran

4. Pemerian-Warna Putih Putih

5. Berat rata-rata (gram) 10.00-10.40 10.14 6. RSD-Keseragaman

Bobot 3.00% 0.29

7 Stabilitas Baik, tetap

homogen Baik, tetap homogen

8 Ph 6.00-7.00 6.08

9 Kadar (%) 90.00-110.00 101.21

10 Kadar (mg/gram) 18.00-22.00 20.24


(40)

4.2 Pembahasan

Berdasarkan uji pemeriksaan yang dilakukan terhadap krim ketokonazol, yang meliputi pemeriksaan pemerian secara visual dan uji homogenitas diperoleh hasil yaitu homogen, halus, tidak terdapat partikel, dan berwarna putih. Pengujian bobot rata-rata dilakukan dengan cara menimbang satu-persatu 10 tube kosong dan 10 tube berisi untuk 1 batchnya diperoleh hasil 10.14 gram, dengan % RSD 0.29%, pengujian ini memenuhi persyaratan yaitu 10.00-10.40 gram dengan maksimum %RSD yaitu 3.00%. Pengujian stabilitas krim dilakukan dengan menggunakan alat sentrifuge, krim setelah diuji tatap dalam keadaan baik dan homogen. Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan alat pH meter, pada pengujian ini pH krim yaitu 6.08, pengujian ini memenuhi persyaratan pH yaitu 6.00-7.00. Pada penetapan kadar dengan menggunakan metode KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) diperoleh kadar sebesar 101.21%, kadar ini memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan pada Farmakope Indonesia Edisi IV yaitu 90.00-110.00%. Dari data diatas dinyatakan bahwa krim ketokonazol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan memenuhi persyaratan.

Untuk menjamin agar suatu sediaan obat dapat bekerja sebagai obat, maka perlu dilakukan uji mutu terhadap suatu sediaan obat tersebut. Uji mutu suatu obat dapat dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan secara fisika dan kimia yang meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau, identitas, rotasi optic, berat jenis, pH, kelarutan, kekentalan, waktu hancur, kekerasan tablet, susut pengeringan, berat


(41)

rata-rata atau volume per unit, keseragaman bobot atau volume, ukuran partikel, kadar air, kadar zat aktif dan pengotoran (Lachman, dkk., 1994).

Pemeriksaan yang dilakukan pada pengujian krim ketokonazol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma Plant. Medan meliputi pemeriksaan pemerian, pegujian homogenitas, uji bobot rata-rata, uji stabilitas sediaan, penetapan pH dan uji penetapan kadar. Dalam hal ini Pengujian yang dilakukan tidak seluruhnya mencakup pada pengujian mutu yang ditetapkan, tergantung dari sediaan obat yang akan diuji mutunya. Pada pemeriksaan pengujian krim ketokonazol diperoleh hasil yang baik, dimana dari semua pengujian yang dilakukan seluruhnya memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV.


(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pemeriksaan pada pengujian mutu krim ketokonazol meliputi pemeriksaan pemerian, uji homogenitas, Berat rata-rata, Keseragaman bobot, Stabilitas, pH, dan penetapan Kadar. Dari hasil uji mutu yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa krim ketokonazol yang diproduksi oleh PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Farmakope Indonesia edisi IV dan monografi lainnya yang berpedoman pada Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).

5.2 Saran

Pemerintah diharapkan melakukan pemeriksaan pada obat yang beredar dipasaran, agar tidak membahayakan masyarakat dan diharapkan kepada penulis selanjutnya agar mengembangkan dan melakukan pengujian di industri yang berbeda.


(43)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. (2008). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 71.

Anief, Moh. (1994). Ilmu Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 130-131.

Ansel, Howard C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Ke empat. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal. 155-157, 510-515.

Anwar, E. (2012). Eksipien Dalam Sediaan Farmasi. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat. Hal. 197.

Badan POM. (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Hal. 292.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Ed IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 6, 486, 999, 1039.

Gandjar, G.I., dan Rohman, A. (2012). Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan

Kromatografi. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Hal. 439-448.

Jas, Admar. (2007). Perihal Obat. Cetakan kedua. Medan: Penerbit Universitas Sumatera Utara press. Hal. 62.

Johnson, E.L., dan Stevenson, R. (1991). Dasar Kromatografi Cair. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 163.

Katzung, B.G. (1994). Buku Bantu Farmakologi. Jakarta: Penerbit EGC. Hal. 311. Lachman, L., Lieberman, H.A., Kanig, J.L. (1994). Teori dan Praktek Farmasi

Industri. Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Press. Hal.

1077, 1081, 1092.

Lestari, F. (2009). Bahaya Kimia. Jakarta: Penerbit EGC. Hal 185-188.

Munson, J.W. (1991). Analisis Farmasi. Surabaya: Penerbit Airlangga University Press. Hal. 14, 26-32.

Tjay, T.H., dan Rahardja, K. (2002). Obat-obat Penting. Edisi kelima. Cetakan kedua. Jakarta: Penerbit PT Elex Media Computindo. Hal. 94-97.

Rohman, Abdul. (2007). Kimia Farmasi Analsis. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar. Hal. 69, 378-379, 394-399.


(44)

Siregar, J.P., dan Wikarsa. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Jakarta: EGC. Hal 580-581, 591.

Watson, D.G.(2009). Analisis Farmasi. Edisi kedua. Jakarta:Penerbit EGC. Hal 47-48.

Widodo, H. (2013). Ilmu Meracik Obat Untuk Apoteker. Cetakan Pertama. Jogjakarta: Penerbit D-Medika. Hal. 169, 172-175.


(45)

(46)

(47)

(48)

Lampiran 4. Perhitungan kadar krim ketokonazol 2% secara HPLC

Kadar I =

=

= x 100.604 %

= 0.97197 x 1.03045 x 100.604 % = 100.762 %

Kadar II =

= =

= 0.98051 x 1.03060 x 100.604 % = 101.66253 %

Kadar Rata-rata = =

= 101.21 %

Kadar (mg/gram) = Kadar (%) x Dosis x 10 = 101.21 x 0.02 x 10 = 20.24 mg/gram


(49)

Lampiran 5. Perhitungan standar deviasi (SD) dan simpangan baku relative (RSD) “injeksi standar”

No X (X- ) (X- )²

1 12700498 71342 5089680964

2 12730819 41021 1682722441

3 12710785 61055 3727713025

4 12813040 41200 1697440000

5 12820097 48257 2328738049

6 12855798 83958 7048945764

Rata-rata = 12771840 ∑ = 21575240243

SD = = = =

= 65689.025328 = 65689

RSD = =

= 0.51432 % = 0.5 %


(50)

Lampiran 6. Perhitungan standar deviasi (SD) dan simpangan baku relative (RSD) “Kadar”

No X (X- ) (X– )²

1 12413857 54530 2973520900

2 12522918 54531 2973629961

Rata-rata = 12468387 ∑ = 5947150861

SD = =

= 77117.772 = 77117 RSD = x 100 %

=

= 0.6185 = 0.6 %


(51)

Lampiran 7. Perhitungan bobot rata-rata dan simpangan baku relative (RSD) ketokonazol 2%

No X (X- ) (X– )²

1 2656 – 12829 = 10.17 0.03 0.0009

2 2660 – 12780 = 10.12 0.02 0.0004

3 2760 – 12864 = 10.10 0.04 0.0016

4 2676 – 12834 = 10.16 0.02 0.0004

5 2639 – 12811 = 10.17 0.03 0.0009

6 2678 – 12775 =10.10 0.04 0.0016

7 2654 – 12820 = 10.17 0.03 0.0009

8 2633 – 12769 = 10.14 0 0

9 2715 – 12853 = 10.14 0 0

10 2665 – 12831 = 10.17 0.03 0.0009

Jumlah = 101,44 Jumlah = 0.0079

Rata-rata = 10.14 gram

SD = = = = 0.029 RSD =

=


(52)

(53)

(54)

(1)

Lampiran 5. Perhitungan standar deviasi (SD) dan simpangan baku relative (RSD) “injeksi standar”

No X (X- ) (X- )²

1 12700498 71342 5089680964

2 12730819 41021 1682722441

3 12710785 61055 3727713025

4 12813040 41200 1697440000

5 12820097 48257 2328738049

6 12855798 83958 7048945764

Rata-rata = 12771840 ∑ = 21575240243

SD = = = =

= 65689.025328 = 65689

RSD = =

= 0.51432 % = 0.5 %


(2)

Lampiran 6. Perhitungan standar deviasi (SD) dan simpangan baku relative (RSD) “Kadar”

No X (X- ) (X– )²

1 12413857 54530 2973520900

2 12522918 54531 2973629961

Rata-rata = 12468387 ∑ = 5947150861

SD = =

= 77117.772 = 77117 RSD = x 100 %

=

= 0.6185 = 0.6 %


(3)

Lampiran 7. Perhitungan bobot rata-rata dan simpangan baku relative (RSD) ketokonazol 2%

No X (X- ) (X– )²

1 2656 – 12829 = 10.17 0.03 0.0009

2 2660 – 12780 = 10.12 0.02 0.0004

3 2760 – 12864 = 10.10 0.04 0.0016

4 2676 – 12834 = 10.16 0.02 0.0004

5 2639 – 12811 = 10.17 0.03 0.0009

6 2678 – 12775 =10.10 0.04 0.0016

7 2654 – 12820 = 10.17 0.03 0.0009

8 2633 – 12769 = 10.14 0 0

9 2715 – 12853 = 10.14 0 0

10 2665 – 12831 = 10.17 0.03 0.0009

Jumlah = 101,44 Jumlah = 0.0079

Rata-rata = 10.14 gram

SD = = = = 0.029 RSD =

=


(4)

(5)

(6)