pertunjukkan tradisional ini memadukan berbagai unsur kesenian yang bernilai tinggi, yang menuntut kecanggihan
maka dukungan seni sangat penting dalam medesain pesan- pesan pembangunan yang akan disampaikan Siswoyo, dalam
Amri Jahi 1988. Meskipun banyak kesulitan yang dihadapi dalam
menyesuaikan penggunaan media tradisional bagi kepentingan pembangunan, riset menunjukkan bahwa hal itu masih
mungkin dilakukan.
Pesan-pesan pembangunan
dapat disisipkan pada pertunjukkan-pertunjukkan yang mengandung
percakapan, baik yang bersifat monolog maupun dialog, dan yang tidak secara kaku terikat pada alur cerita. Wayang
misalnya, salah satu pertunjukkan tradisional yang terdapat di jawa, Bali, dan daerah-daerah lain di Indonesia, yang dapat
dimanfaatkan sebagai media penerangan pembangunan. Pertunjukkan biasanya menampilkan episode-episode cerita
kepahlawanan Hindu seperti Ramayana dan Mahabarata. Pertunjukkan wayang biasanya disampaikan dalam bahasa
daerah misalnya bahasa jawa, Sunda, atau Bali yang diiringi nyanyian dan musik yang spesifik. Bagi orang-orang tua yang
masih tradisional, wayang lebih daripada sekedar hiburan. Mereka menganggap wayang sebagai perwujudan moral,
sikap, dan kehidupan mistik yang sakral. Pertunjukkan
tersebut selalu menekankan perjuangan yang baik melawan yang buruk. Biasanya yang baik setelah melalui perjuangan
yang panjang dan melelahkan akan mendapat kemenangan. Disamping itu moralitas wayang mengajarkan juga cara
memperoleh pengetahuan, kedamaian pikiran, dan sikap positif yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaan hidup.
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Kerangka Teoritis
Kerangka teoritis adalah suatu kumpulan teori dan model dari literatur yang menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu Silalahi,
2006:84. Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengulas komunikasi ritual pada masyarakat baduy luar sebagai fokus penelitian. Untuk
mengkaji meneliti melakukan penelitian, diperlukan landasan secara teoritis sebagai acuan dalam mencapai penyelesaian tujuan penelitian
tersebut, sebagai panduan dan sebagai arah dalam menyelesaikan suatu penelitian.Penelitian yang peneliti lakukan merupakan salah satu
penelitian dalam ruang lingkup konteks komunikasi seperti komunikasi ritual dan antarbudaya pada acara ritual seba yang dilakukan masyarakat
baduy kepada pemerintah.
Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kebudayaanyang berbeda bisa beda ras,
etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa
komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka
dalam menjalankan
fungsinya sebagai
kelompok. Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan:
1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam
pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema penyampaian tema melalui simbol yang sedang
dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan
makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan 2.
Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan
antarsubjek yang
terlibat dalam
komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang sama
3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak
terprogram namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita
4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat
membedakan diri
dari kelompok
lain dan
mengidentifikasinya dengan pelbagai cara.
Pada dasarnya penelitian ini menggunakan metode etnografi komunikasi.
Etnografi komunikasi menurut Spradley yang dikutip oleh Kuswarno2008: 36 adalah perilaku komunikasi dalam tema kebudayaan
tertentu, jadi bukan keseluruhan perilaku seperti etnografi. Menurut Deddy Mulyana etnografi komunikasi lebih terfokus pada sosiolinguistik dan
budaya dari suatu peristiwa komunikasi berbeda dengan etnografi sebagai sebuah metode yang meliputi materi pembahasan yang lebih luas.
Model komunikasi dari sudut pandang etnografi komunikasi menjadi penting karena :
1. Untuk membedakan bagaimana etnografi komunikasi
memandang perilaku komunikasi dan peristiwa komunikasi
dari ilmu yang lain.
2. Untuk mempermudah pemahaman bagaimana etnografi
komuniikasi dalam memandang perilaku komunikasi dan
peristiwa komunikasi.
3. Sebagai panduan dalam melakukan penelitian etnografi
komunikasi.