menaruh, makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan perumahan dan senjata.
5. Sistem mata pencaharian hidup, terdiri dari : berburu dan
meramu,perikanaan, bercocok tanam di ladang, bercocok tanam menetap, perternakan dan perdagangan.
6. Sistem religi, terdiri dari : sistem kepercayaan, kesusastraaan suci,
sistem upacara keagamaan, kelompok keagamaan, ilmu gaib, serta sistem nilai dan pandangan hidup.
7. Kesenian, terdiri dari : seni patung, seni relif, seni lukis dan gambar,
seni rias, seni vocal, seni istrumen, seni kesusastraan, dan seni drama.
Gambar 2.2 Kerangka Konsentris Kebudayaan
Sumber: Koentjaraningrat 2005: 92
Dari empat wujud yang ditawarkan dalam lingkaran kerangka kebudayaan di atas, masing-masing memiliki
kecenderungan bentuk yang berbeda satu dengan lainnya. 1.
Nilai-nilai budaya merupakan tahap filosofis atau ideologis yang terbentuk karena pengalaman manusia, tahap ini
merupakan hasil pemikiran yang biasanya memiliki bentuk tekstual tersurat maupun tersirat dalam norma, aturan adat,
cerita rakyat atau karya seni. 2.
Sistem budaya berupa gagasan dan konsep juga merupakan manifestasi hasil pemikiran. Tahap wujud ini juga memiliki
bentuk tertulis tersurat dan beberapa dapat berbentuk gambar atau konfigurasi.
3. Sistem sosial sebagai tahap wujud selanjutnya merupakan
tindakan dalam rangka “mewujudkan” konsep. Tahap wujud ini dapat berbentuk tulisan, gambar, konfigurasi
maupun kegiatan. 4.
Kebudayaan fisik merupakan wujud hasil dalam sebuah kebudayaan. Sehingga pada wujud terakhir ini kebudayaan
memiliki bentuk paling nyata diantara bentuk yang lain. Pada wujud inilah kebudayaan seringkali sudah memiliki
bentuk benda, sehingga dapat dilihat, disentuh dan dirasakan.
Untuk membantu memahami Arsitektur sebagai sebuah wujud kebudayaan dapat dilakukan telaah melalui kacamata di
atas. Untuk itu kegiatan ber-arsitektur perlu dipahami sebagai sebuah proses, dari ideologi yang melandasi, konsep, metode
dan teknik yang digunakan, hingga hasil karya.
2.1.3.4 Wujud Kebudayaan
Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
1. Gagasan Wujud ideal Wujud ideal kebudayaan adalah
kebudayaan yang berbentuk kumpulan ideide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang
sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam
pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan,
maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga
masyarakat tersebut.
2.
Aktivitas tindakan
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini
sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan
didokumentasikan. 3.
Artefak karya
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat berupa benda-benda atau hal - hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. Dalam
kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud
kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan
aktivitas dan karya artefak manusia. Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen
atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu : a.
Kebudayaan material Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan
masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk
tanah liat,
perhisalan, senjata,dan
seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang,
seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
b. Kebudayaan nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi,
misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
c. Lembaga sosial
Lembaga sosial dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam kontek berhubungan dan
berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem social yang terbantuk dalam suatu negara akan menjadi dasar dan
konsep yang berlaku pada tatanan social masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa
wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di
kota-kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang wanita memilik karier.
d. Sistem kepercayaan
Bagaimana masyarakat
mengembangkan dan
membangun sistem kepercayaan atau keyakinan