k. Meningkatkan motivasi dan percaya diri
l. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-teman
sekelasnya m.
Mudah diterapkan dan tidak mahal. Rusman 2013: 212 2.
Kelemahan Pembelajaran Model Kooperatif a.
Terjadi kekacauan di kelas b.
Ketidakseimbangan dalam pembagian kerja c.
Adanya was-was akan kehilangan keunikan dirinya d.
Menjadi tempat mengobrol e.
Terjadi perdebatan sepele dalam kelompok. Rusman 2013: 213
2.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan belajar yang dirumuskan. Dalam pembelajaran
kooperatif, siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri atas empat
atau enam orang siswa, dengan kemampuan heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri atas campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini
bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan cara bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan
keterampilan-keterampilan khusus agar siswa dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya, menjadi pendengar yang baik, dan diberi lembar kegiatan berisi
pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan Hamdani, 2011:31.
Model pembelajaran STAD atau Student Teams Achievement Division dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin
dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD juga mengacu pada belajar kelompok siswa dan
menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu dengan menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam kelas tertentu dibagi menjadi
kelompok dengan jumlah 4-5 orang. Setiap kelompok harus heterogen, terdiri atas perempuan dan laki-laki, berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah.
Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya, kemudian saling membantu satu sama lain
untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, dengan cara berdiskusi. Secara individual, setiap minggu atau setiap dua minggu, siswa diberi kuis. Kuis
tersebut diberi skor atau setiap siswa diberi skor perkembangan. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan seberapa jauh skor itu
melampaui rata-rata skor yang lalu. Setiap minggu, pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang
mencapai skor perkembangan tertinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna