Latar Belakang Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Multi Level Marketing Pada Pt Kartika Swarna Dwipa (Kantor Distributor Tupperware)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi perdagangan merupakan suatu proses kegiatan perdagangan, dimana terjadi perluasan pasar di negara-negara di seluruh dunia tanpa adanya rintangan batas wilayah negara. Globalisasi perdagangan menghapuskan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang, dan jasa. Ketika globalisasi perdagangan terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Dalam situasi ekonomi global menuju era perdagangan bebas serta seiring dengan persaingan usaha yang semakin ketat, setiap produsen atau perusahaan penghasil barang dan jasa sangat berupaya untuk mempertahankan konsumen atau pelanggannya, serta mempertahankan pasar atau untuk memperoleh kawasan pasar baru yang lebih luas. Situasi ekonomi global ini juga menyebabkan setiap produsen sangat berjuang untuk membawa perusahaannya menuju pemasaran global. Orientasi pemasaran global pada dasarnya dapat merubah berbagai konsep, cara pandang, dan cara pendekatan mengenai banyak hal, termasuk strategi pemasaran, dimana kegiatan pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan yang paling penting. Pemasaran dapat dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan, dan menyerahkan produk kepada pelanggan. Pemasaran sering juga disebut sebagai seni menjual produk atau the art of selling Universitas Sumatera Utara products. Pemasaran merupakan fungsi atau kegiatan dari perusahaan, dimana perusahaan tersebut langsung berhubungan dengan lingkungan eksternal. Karena pemasaran memiliki peranan penting dalam kelangsungan hidup perusahaan, maka pemasar perlu mengembangkan suatu strategi dalam melakukan kegiatan pemasaran tersebut. Konsep-konsep pemasaran dipandang dari strategi pemasaran global telah berubah dari waktu ke waktu, sebagaimana tahapan berikut : 2 1. Konsep pemasaran pada awalnya adalah memfokuskan pada produk yang lebih baik yang berdasarkan pada standar dan nilai internal. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperoleh laba, dengan menjual atau membujuk pelanggan potensial untuk menukar uangnya dengan produk perusahaan. 2. Pada dekade enam puluhan, fokus pemasaran dialihkan dari produk kepada pelanggan. Sasaran masih tetap pada laba, tetapi cara pencapaian menjadi luas, yaitu dengan pembaruan pemasaran marketing mix atau product, price, promotion, and place 4P, yaitu produk, harga, promosi, dan saluran distribusi. 3. Sebagai konsep baru pemasaran, dengan pembaruan dari konsep pemasaran menjadi konsep strategi. Konsep strategi pemasaran pada dasarnya mengubah fokus pemasaran dari pelanggan atau produk kepada pelanggan dalam konteks lingkungan eksternal yang lebih luas. Di samping itu juga terjadi perubahan pada tujuan pemasaran, yaitu dari laba menjadi keuntungan pihak yang berkepentingan yaitu orang perorangan atau kelompok yang mempunyai kepentingan dalam kegiatan perusahaan termasuk di dalamnya karyawan, manajemen, pelanggan, masyarakat, dan negara. Untuk itu harus memanfaatkan pelanggan yang ada termasuk pesaing, kebijakan yang berlaku, peraturan pemerintah serta kekuatan makro, ekonomi, sosial, politik secara luas. Salah satu strategi pemasaran yang sangat marak di dunia saat ini adalah pemasaran melalui sistem Multi Level Marketing MLM. Menurut data Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia APLI, sampai pada tahun 2014 ini, ada 83 2 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hal. 6-7. Universitas Sumatera Utara delapan puluh tiga perusahaan Multi Level Marketing yang tergabung menjadi anggota APLI. Belum lagi masih ada ratusan perusahaan Multi Level Marketing yang belum dan tidak terdaftar sebagai anggota APLI. Pada umumnya, perusahaan yang tidak terdaftar sebagai anggota APLI merupakan perusahaan yang hanya berkedok Multi Level Marketing, dimana dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan ini cenderung tidak bertanggungjawab. 3 Sejak masuk ke Indonesia pada sekitar tahun 80-an delapan puluhan, jaringan bisnis penjualan langsung direct selling Multi Level Marketing terus marak dan tumbuh subur, dan bertambah merebak lagi setelah adanya krisis moneter dan ekonomi. 4 Salah satu dampak krisis ekonomi adalah terjadinya kesulitan likuiditas perusahaan dan adanya penurunan daya beli masyarakat sebagai konsumen. 5 Krisis ekonomi juga mengakibatkan kegiatan distribusi dan promosi terganggu karena biayanya menjadi lebih tinggi. Dalam kondisi krisis ekonomi ini, upaya perusahaan antara lain adalah melakukan efisiensi termasuk efisiensi dalam kegiatan distribusi dan periklanan, serta berusaha menjaga agar tetap dekat dengan konsumen. Untuk dapat menjalankan kedua fungsi tersebut, salah satu 3 Henny Sekartati, ”Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken ”, Skripsi, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2007, hal. 3. 4 Alvhy Cliquers Mion, MLM Dalam Pandangan Islam, http:www.scribd.comdoc147290997MLM-Dalam-Pandangan-Islam,diakses pada tanggal 2 Desember 2014. 5 Heri Sudarsono, “Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Perbankan di Indonesia : Perbandingan Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah ”, La-Riba Jurnal Ekonomi Islam, Volume III, Nomor 1 Juli, 2009, hal. 12-13. Universitas Sumatera Utara alternatif strategi yang dapat digunakan oleh perusahaan adalah melakukan kegiatan pemasaran dengan sistem Multi Level Marketing. Multi Level Marketing biasa disebut juga dengan Network Marketing atau Direct Selling atau Pemasaran Berjenjang. Multi Level Marketing ini merupakan suatu cara atau metode yang dirancang oleh perusahaan untuk menawarkan suatu produk dan menciptakan hubungan yang saling menguntungkan, dengan jalan melaksanakan penjualan secara langsung kepada konsumen melalui suatu jaringan yang dikembangkan oleh para distributor lepas. 6 Tugas utama para distributor pada perusahaan Multi Level Marketing relatif sederhana yaitu menjual produk secara langsung kepada konsumen dan mencari teman atau anggota baru agar ikut bergabung dan memasarkan produk- produk perusahaan. Untuk dapat meraih kesuksesan dalam sistem ini, setiap distributor harus bekerja keras menjual produk-produk perusahaan kepada konsumen dan mencari mitra kerja untuk melakukan hal yang sama sebanyak- banyaknya, sehingga mereka dapat mempunyai jaringan yang luas. 7 Dalam proses perkembangannya, bisnis Multi Level Marketing di Indonesia tidak berjalan dengan mulus. Hal ini dikarenakan bisnis Multi Level Marketing ini banyak disalahgunakan oleh pihak-pihak atau orang-orang yang tidak bertanggungjawab untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya dari konsumen, sehingga mengakibatkan kerugian bagi para konsumen. 6 Hermawan Kartajaya, “Menjaga MLM Tetap Berjaya”, Jurnal Swasembada, Volume XIV, Nomor 13 25 Juni-8 Juli, 1998, hal. 66. 7 Oktavianus Yudistira Nyotoprabowo, The Biggest Secret To Success In MLM Finally Revealed, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2014, hal. 11. Universitas Sumatera Utara Oleh karena produsen atau pelaku usaha lebih mengetahui dengan jelas sifat dan keadaan barang yang dihasilkannya mulai dari proses produksi hingga pada proses pemasokannya ke dalam pasar, maka produsen atau pelaku usaha wajib bertanggungjawab apabila terjadi sesuatu pada produk yang dapat menimbulkan kerugian pada pihak konsumen product liability. Konsumen tidak seharusnya menjadi korban untuk dirugikan oleh para produsen, karena pada dasarnya pihak produsen atau pelaku usaha memiliki suatu kewajiban untuk selalu berhati-hati dalam memproduksi barang atau jasa. Selama pihak produsen atau pelaku usaha menerapkan perilaku hati-hati tersebut, maka mereka tidak akan menghasilkan produk-produk yang dapat menimbulkan kerugian pada pihak konsumen Caveat Venditor. 8 Kerugian-kerugian yang dialami oleh konsumen dapat timbul sebagai akibat dari adanya hubungan antara perusahaan penghasil barang atau jasa, atau produsen dengan pihak pemakai barang atau jasa dalam hal ini adalah pemakai akhir dari suatu barang atau jasa, atau konsumen yang bersifat terus menerus dan berkesinambungan, dimana kedua belah pihak memiliki rasa saling membutuhkan dan mempunyai ketergantungan yang tinggi antara satu pihak dengan pihak lainnya. Dari rasa saling membutuhkan dan saling ketergantungan tersebut, maka timbullah hubungan hukum berupa perjanjian 9 dalam hal ini adalah jual beli 10 antara pihak produsen dan konsumen tersebut. 8 N. H. T. Siahaan, Hukum Konsumen Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk, Jakarta: Panta Rei, 2005, hal. 15. 9 Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 10 Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Universitas Sumatera Utara Di dalam hubungan hukum antara pihak produsen dengan pihak konsumen tersebut, terdapat hubungan yang bersifat saling menguntungkan, dimana produsen akan mendapat keuntungan apabila konsumen menggunakan barang atau jasa yang dihasilkannya, dan konsumen juga akan mendapatkan keuntungan bahwa dengan barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen, mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun di sisi lain, hubungan tersebut juga dapat menimbulkan kerugian pada konsumen apabila terjadi wanprestasi dan perbuatan melawan hukum 11 yang dilakukan oleh pihak produsen. Hubungan hukum berupa perjanjian jual beli yang dilakukan antara pihak produsen dan konsumen tersebut tidak selamanya dapat berjalan dengan mulus, dalam arti tidak selamanya masing-masing pihak akan merasa puas, terlebih jika pihak penerima tidak menerima barang atau jasa sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan sebelumnya. 12 Apabila hal tersebut terjadi, maka pihak produsen dikatakan melakukan wanprestasi, yaitu kelalaian untuk memenuhi syarat-syarat yang telah tercantum di dalam perjanjian. Dengan kata lain, wanprestasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak memenuhi suatu prestasi menurut Pasal 1234 KUHPerdata, prestasi dari suatu perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu. Wanprestasi bisa saja terjadi dalam bisnis Multi Level Marketing, seperti yang terjadi di dalam perusahaan Tupperware, dimana terdapat beberapa konsumen yang mengeluhkan mengenai keterlambatan pendistribusian barang 11 Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 12 Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hal. 1-2. Universitas Sumatera Utara dari pusat ke daerah, yang membuat konsumen cemas menanti dan mempertanyakan apakah barang yang dipesan telah dikirim atau belum dikirim, dan apakah barang tersebut benar-benar akan dikirim ataukah konsumen telah ditipu oleh sang agen. Selain keterlambatan pendistribusian barang, terdapat pula konsumen yang mengeluhkan bahwa dari produkbarang Tupperware yang dibelinya, terjadi ketidaksesuaian ukuran tutup wadah dengan wadahnya 13 . Di samping wanprestasi, kerugian konsumen juga dapat disebabkan oleh perbuatan melanggar hukum, dimana banyak terjadi penjualan produk-produk Tupperware melalui internet atau online shop dari orang-orang yang mengatasnamakan dirinya sebagai agen atau distributor Tupperware, namun ternyata setelah pemesanan dan pembayaran, barang yang dipesan tidak pernah dikirim ke konsumen. Kerugian-kerugian tersebutlah yang menyebabkan masyarakat Indonesia sebagai konsumen merasa tertipu dan tidak percaya pada bisnis Multi Level Marketing ini. Masyarakat merasa hak-hak mereka sebagai seorang konsumen telah dilanggar dan diabaikan oleh pihak produsen. Akibatnya, timbul banyak pertanyaan dari masyarakat mengenai bagaimana perlindungan hukum yang diberikan oleh perusahaan penghasil barang dan jasa yang menggunakan sistem pemasaran Multi Level Marketing kepada konsumen menyangkut barang-barang yang dihasilkannya. Timbulnya pertanyaan tersebut dikarenakan masyarakat sangat mengharapkan adanya suatu perlindungan hukum untuk melindungi hak-hak mereka sebagai konsumen dan mendapatkan 13 Berdasarkan hasil tanya jawab dengan Ibu Jet Fun, salah seorang agen Tupperware, pada tanggal 9 Februari 2015. Universitas Sumatera Utara kepastian hukum atas barang-barang yang telah dibeli dari perusahaan Multi Level Marketing tersebut agar mereka tidak selalu dirugikan oleh pihak produsen. Oleh karena permasalahan-permasalahan yang dikemukakan di atas, maka dibuatlah penelitian dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Multi Level Marketing Pada PT Kartika Swarna Dwipa Kantor Distributor Tupperware untuk membahas lebih lanjut mengenai tindakan perusahaan Multi Level Marketing dalam memberikan perlindungan hukum terhadap para konsumennya agar konsumen merasa aman dan percaya untuk menggunakan produk-produk dari perusahaan Multi Level Marketing tersebut.

B. Perumusan Masalah