atau hal yang tidak boleh dilakukan oleh suatu perusahaan penjualan berjenjang. Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut :
Dalam melakukan kegiatan usaha Penjualan Berjenjang, Perusahaan Penjualan Berjenjang dilarang :
1. Menjual barang danatau jasa secara tidak benar atau berbeda atau bertentangan dengan keadaan yang sebenarnya;
2. Menarik danatau mendapatkan keuntungan melalui uang pendaftaran keanggotaan dalam jumlah yang besar, tidak rasional,
dan lebih dari satu kali; 3. Mengharuskan penjual untuk membeli barang danatau jasa guna
dipasarkan atau pemakaian sendiri dalam jumlah besar atau melebihi kemampuan penjual;
4. Melakukan perdagangan yang berkaitan dengan penghimpunan dana masyarakat, pemberian imbalan atau kompensasi yang tidak
wajar; dan 5. Melakukan usaha perdagangan diluar izin yang diberikan.
A. Mekanisme Transaksi Multi Level Marketing pada PT Kartika Swarna
Dwipa sebagai Distributor Tupperware
Berdasarkan penelusuran terhadap cara pendaftaran member dalam bisnis MLM, dapat disimpulkan terdapat 3 tiga macam cara pendaftaran menjadi
member atau anggota Multi Level Marketing, yaitu sebagai berikut :
106
1. Ada perusahaan MLM yang membuka pendaftaran member, yang untuk itu, orang yang ingin menjadi member tersebut harus membayar sejumlah
uang tertentu untuk menjadi member, disertai dengan pembelian produk.
106
Henny Sekartati, ”Aspek Hukum Perlindungan Konsumen Dalam Transaksi Melalui Multi Level Marketing Studi Kasus Pada Perusahaan MLM Elken”, Skripsi, Medan: Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Pada waktu yang sama, orang member tersebut akan menjadi referee makelar bagi perusahaan dengan cara merekrut orang lain.
2. Ada perusahaan MLM yang membuka pendaftaran member tanpa harus membeli sejumlah produk. Meskipun demikian, orang tersebut tetap harus
membayar sejumlah uang tertentu untuk menjadi member. Pada waktu yang sama, membership keanggotaan tersebut mempunyai dampak
diperolehnya bonus poin, baik dari pembelian yang dilakukannya di kemudian hari maupun dari jaringan yang dibawahnya orang yang
disponsorinya untuk menjadi member. Dengan demikian, pada saat itu member tersebut menyandang dua status sekaligus, yaitu sebagai member
atau anggota dan sebagai makelar. 3. Pada saat yang sama, ada MLM yang membuka pendaftaran member,
dimana seseorang hanya perlu membeli produk MLM tersebut dan kemudian orang tersebut secara otomatis akan didaftarkan sebagai member
dari perusahaan MLM tersebut tanpa disertai dengan ketentuan harus membayar sejumlah uang tertentu lagi untuk menjadi member. Dalam
sistem ini, member tersebut akan dapat memperoleh bonus apabila berhasil menjual produk dari perusahaan MLM tersebut dan apabila jaringan
dibawahnya berhasil menjual produk dari perusahaan MLM tersebut.
Dari ketiga cara pendaftaran member atau anggota dalam perusahaan MLM yang telah diuraikan diatas, perusahaan Tupperware menggunakan cara
yang pertama sebagai cara pendaftaran member. Untuk mendaftar sebagai member atau anggota dari perusahaan Tupperware, tidak terdapat syarat yang mengikat,
Universitas Sumatera Utara
yaitu hanya dengan membawa fotokopi Kartu Tanda Penduduk KTP, memberikan nomor telepon ataupun nomor handphone, dan membeli Kitbag
Tupperware seharga Rp 270.000,- dua ratus tujuh puluh ribu rupiah, dimana dengan membeli Kitbag Tupperware tersebut, seorang member dapat memperoleh
sebuah tas bermerek Tupperware, Party Kit untuk memudahkan melakukan Tupperware Party, berisi amplop party, formulir pesanan konsumen, form nyonya
rumah, undangan party, Digital Versatile Disc DVD info produk, Flyer dan Booklet, buku sukses bersama Tupperware, katalog Tupperware, sales order form,
pensil, binder, dan beberapa produk Tupperware seharga Rp 550.000,- lima ratus lima puluh ribu rupiah.
107
Seseorang yang telah memberikan fotokopi Kartu Tanda Penduduk KTP dan membeli Kitbag Tupperware sudah bisa dianggap sebagai member
Tupperware, namun member tersebut hanya terdaftar secara nama saja dan dianggap belum aktif. Apabila member tersebut ingin dianggap aktif, member
tersebut harus berbelanja produk-produk Tupperware minimal seharga Rp 900.000,- sembilan ratus ribu rupiah dalam waktu 1 satu minggu.
108
Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan Tupperware tidak menuntut seorang member untuk harus memiliki downline. Hal tersebut tergantung pada
member itu sendiri, apakah ingin mengikuti jenjang karir atau tidak. Apabila member tersebut ingin mengikuti jenjang karir, maka member tersebut wajib
107
Hasil wawancara dengan Saudari Rafika Saputri selaku staff dari PT Kartika Swarna Dwipa pada tanggal 14 Maret 2015.
108
Hasil wawancara dengan Saudari Rafika Saputri selaku staff dari PT Kartika Swarna Dwipa pada tanggal 14 Maret 2015.
Universitas Sumatera Utara
memiliki downline untuk menunjang member tersebut agar bisa naik pangkat nantinya. Namun, apabila member tersebut hanya ingin menjadi member biasa
selama-lamanya, maka member tersebut tidak diwajibkan untuk memiliki downline.
109
Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan Tupperware tidak mengikat dan tidak memaksa setiap orang yang mendaftar sebagai membernya
untuk harus aktif dan harus menjaring banyak bawahan downline. Dalam Pasal 1457 KUHPerdata disebutkan bahwa “Jual-beli adalah suatu
perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah
dijanjikan”. Perbuatan jual beli mencakup tiga istilah, yaitu persetujuan, penyerahan, dan pembayaran. Persetujuan adalah perbuatan yang menyatakan
tercapainya kata sepakat antara penjual dan pembeli mengenai objek dan persyaratan jual beli. Penyerahan adalah perbuatan mengalihkan hak milik atas
objek jual beli dari penjual kepada pembeli. Sedangkan pembayaran adalah perbuatan menyerahkan sejumlah uang dari pembeli kepada penjual sebagai
imbalan atas benda yang diterima.
110
Dalam hukum perdata, benda yang menjadi objek jual beli harus benda tertentu atau dapat ditentukan, baik bentuk wujud, jenis, jumlah, maupun
harganya dan benda tersebut memang benda yang boleh diperdagangkan. Dengan demikian, benda yang diperjualbelikan itu statusnya harus jelas dan sah menurut
109
Hasil wawancara dengan Saudari Rafika Saputri selaku staff dari PT Kartika Swarna Dwipa pada tanggal 14 Maret 2015.
110
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2010, hal. 318.
Universitas Sumatera Utara
hukum, diketahui jelas oleh calon pembeli, dijual di tempat terbuka umum, dan tidak mencurigakan calon pembeli yang jujur.
111
Dalam melakukan transaksi jual beli produk, perusahaan Tupperware menerapkan mekanisme transaksi yang mudah serta tidak rumit. Selain itu,
produk-produk yang dijual oleh perusahaan Tupperware juga merupakan produk- produk yang boleh diperdagangkan dan tidak melanggar hukum, diketahui oleh
calon pembeli, serta dijual di tempat yang terbuka umum. Dengan demikian, maka dapat dilihat bahwa mekanisme transaksi jual beli dalam perusahaan
Tupperware ini juga sesuai dengan dengan mekanisme jual beli dalam hukum perdata.
Dalam melakukan transaksi jual beli, yang perlu dilakukan oleh konsumen yaitu konsumen hanya perlu datang ke kantor distributor Tupperware PT Kartika
Swarna Dwipa, di Jalan Brigjen Katamso Istana Business Center Nomor 7-8, Medan, kemudian setelah memilih dan menyetujui harga produk yang ingin
dibeli, maka konsumen dapat melakukan pemesanan atau order atas produk- produk yang diminati, kemudian konsumen membayar sejumlah biaya atas produk
yang dipesan tersebut di kasir, lalu konsumen akan langsung mendapatkan produk yang diinginkan tersebut pada saat itu juga.
112
Namun, dapat juga terjadi kemungkinan bahwa produk yang dipesan oleh konsumen tersebut sedang kosong atau tidak ada di tempat. Apabila hal tersebut
111
Ibid.
112
Hasil wawancara dengan Saudari Rafika Saputri selaku staff dari PT Kartika Swarna Dwipa pada tanggal 14 Maret 2015.
Universitas Sumatera Utara
terjadi, biasanya dari pihak kantor distributor akan mengeluarkan invoice atau faktur kepada konsumen dengan
membuat kode “BB”, yang maksudnya adalah “Barangnya Belum”. Jika kemudian produk tersebut sudah ada, maka pada hari
masuknya produk tersebut, konsumen sudah bisa langsung mengambil produk tersebut ke kantor distributor, dengan ketentuan bahwa konsumen tersebut harus
membawa invoice atau faktur tersebut untuk diperlihatkan kepada pihak kantor distributor.
113
Dalam hukum perdata, dikenal istilah Levering penyerahan, yang diatur dalam Pasal 1475 KUHPerdata, yang menyatakan “Penyerahan ialah suatu
pemindahan barang yang telah dijual ke dalam kekuasaan dan kepunyaan si pembeli”. Di dalam Pasal 1477 KUHPerdata, dikatakan bahwa “Penyerahan harus
terjadi di tempat dimana barang yang terjual berada pada waktu penjualan, jika tentang itu tidak telah diadakan persetuj
uan lain”. Dalam Pasal 1478 KUHPerdata juga dikatakan bahwa “Si penjual tidak diwajibkan menyerahkan barangnya, jika
si pembeli belum membayar harganya, sedangkan si penjual tidak telah mengizinkan penundaan pembayaran kepadanya”.
Berdasarkan mekanisme transaksi jual beli dalam perusahaan Tupperware, dapat dilihat bahwa perusahaan Tupperware menerapkan ketentuan Pasal 1477
KUHPerdata, dimana Levering penyerahan dilakukan pada saat barang tersebut terjual dan setelah konsumen melakukan pembayaran atas barang tersebut.
Namun, terdapat pula pengecualian, bahwa barang yang telah terjual dan telah
113
Hasil wawancara dengan Saudari Rafika Saputri selaku staff dari PT Kartika Swarna Dwipa pada tanggal 14 Maret 2015.
Universitas Sumatera Utara
dibayar oleh konsumen tidak dapat dilakukan penyerahan pada saat itu juga, karena faktor ketiadaan stock atau persediaan barang tersebut. Dalam keadaan
demikian, apabila konsumen tidak merasa keberatan dan dapat menerima keadaan tersebut, maka konsumen akan menunggu hingga barang tersebut tersedia atau
kembali dipasok di-restock.
Dalam praktik sehari-hari, tampak terjadi beberapa tahap transaksi konsumen. Tahap-tahap tersebut terdiri dari tahap pra-transaksi konsumen, tahap
transaksi konsumen, dan tahap purna-transaksi konsumen. Tahap-tahap tersebut tidaklah secara tegas terpisah satu sama lainnya karena mungkin saja, misalnya
langsung terjadi tahap pra-transaksi sekaligus transaksi dalam satu kegiatan konsumen. Pembagian tahap-tahap transaksi konsumen diperlukan agar dapat
dengan mudah memahami akar permasalahan dan mencari jalan penyelesaian apabila terjadi sengketa di kemudian hari.
114
1. Tahap Pra-Transaksi Konsumen
Pada tahap ini, transaksi dapat berupa pembelian, penyewaan, dan lain sebagainya belum terjadi. Konsumen masih mencari keterangan mengenai
dimana barang atau jasa yang dibutuhkannya dapat diperoleh, berapa harganya, dan apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi, serta mempertimbangkan berbagai
fasilitas atau kondisi dari transaksi yang diinginkannya.
115
114
Az. Nasution, Konsumen dan Hukum : Tinjauan Sosial Ekonomi dan Hukum Pada Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, hal. 38.
115
Ibid., hal. 39.
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap ini, informasi mengenai barang danatau jasa konsumen memegang peranan penting. Informasi yang benar dan bertanggungjawab
informative information merupakan kebutuhan pokok konsumen sebelum dapat mengambil suatu keputusan untuk mengadakan, menunda, atau tidak mengadakan
transaksi bagi kebutuhan hidupnya.
116
Informasi barang danatau jasa konsumen dapat diperoleh dari berbagai sumber dan dalam berbagai bentuk. Sumber utama informasi adalah yang
disediakan oleh pelaku usaha produsen maupun distributor produk konsumen tersebut. Disamping itu, informasi dapat pula diperoleh dari kalangan konsumen
sendiri, yaitu organisasi-organisasi konsumen, ataupun dari pemerintah.
117
Informasi yang telah disebutkan di atas dapat terdiri dari beraneka ragam bentuk, seperti :
118
a. Labeletiket pada produk; b. Pamflet, brosur, leaflets, selebaran, dan sebagainya, yang berfungsi untuk
meningkatkan penjualan; c. Kegiatan hubungan kemasyarakatan, yang berupa upacara pengguntingan
pita, pelepasan produk perdana, pengadaan penyerahan hadiah atau sumbangan dan lainnya;
d. Periklanan dan lainnya, yang berfungsi untuk memperkenalkan suatu produk pada konsumen atau untuk mempertahankan danatau meningkatkan
penjualan produk tersebut.
116
Ibid.
117
Ibid.
118
Ibid., hal. 40.
Universitas Sumatera Utara
2. Tahap Transaksi Konsumen
Pada tahap ini, transaksi konsumen telah terjadi. Konsumen mengalami kecocokan pemilihan barang danatau jasa dengan persyaratan pembelian serta
harga yang harus dibayarnya. Yang menentukan dari tahap transaksi konsumen ini adalah syarat-syarat perjanjian peralihan pemilikan barang danatau pemanfaatan
jasa tersebut. Dalam kaitan ini, perilaku pelaku usaha sangatlah menentukan, seperti penentuan harga produk konsumen, penentuan persyaratan perolehan dan
pembatalan perolehannya, klausula-klausula khususnya klausula baku yang mengikuti transaksi barang danatau jasa.
119
3. Tahap Purna-Transaksi Konsumen
Tahap ini dapat juga disebut sebagai tahap purna-jual, dimana transaksi konsumen telah terjadi dan pelaksanaannya telah diselenggarakan.
120
Kepuasan konsumen
ataupun kekecewaannya
berkenaan dengan
transaksi yang
diselenggarakan akan segera menjadi kenyataan.
Apabila informasi yang diterima oleh konsumen memang informasi yang benar, jelas, dan jujur, maka tidak akan timbul masalah di kemudian hari. Bahkan,
konsumen yang bersangkutan dapat menjadi langganan setia dan tidak akan beralih dari merek brand barang atau jasa tertentu, sehingga pelaku usaha yang
memproduksi barang danatau jasa tersebut akan dapat mempertahankan langganannya. Namun apabila hal yang sebaliknya terjadi, dalam artian bahwa
119
Ibid., hal. 43.
120
Ibid., hal. 52.
Universitas Sumatera Utara
informasi produk konsumen yang diperoleh tidak sesuai dengan kenyataan pemakaian, penggunaan atau pemanfaatannya oleh konsumen, maka tentunya
akan timbul masalah antara konsumen dan pelaku usaha yang bersangkutan.
Berdasarkan ketiga tahapan transaksi yang dikemukakan oleh Az. Nasution tersebut, dapat dikatakan bahwa konsumen dalam melakukan transaksi
jual beli dengan perusahaan Tupperware, akan melalui ketiga tahapan tersebut secara berurutan. Hal pertama yang akan dilakukan oleh konsumen adalah
mencari informasi produk-produk Tupperware yang diinginkan dan dirasakan akan dapat memenuhi kebutuhannya, baik melalui katalog Tupperware maupun
melalui komentar-komentar dari konsumen lain yang telah menggunakan produk- produk Tupperware Tahap Pra-Transaksi Konsumen, kemudian konsumen akan
melakukan pembelian produk Tupperware Tahap Transaksi Konsumen, dan setelah pembelian serta penggunaan produk, apabila dirasa produk memiliki
kualitas atau mutu yang baik serta bermanfaat, maka konsumen akan berlangganan pada produk Tupperware tersebut Tahap Purna-Transaksi
Konsumen.
B. Keluhan Konsumen Terkait Produk-Produk yang dihasilkan oleh