kata lain perlindungan itu harus berorientasi kepada manusia human being centris
.
56
Perlindungan ekspresi budaya tradisional terhadap pemanfaatan yang dilakukan tanpa hak dapat melanggar kepatutan, karena yang
terkandung dalam perlindungan ekspresi budaya tradisional tersebut berupa hak ekonomi dan hak moral. Oleh karena itu harus dipahami bahwa
dengan memberikan perlindungan hukum yang memadai kepada pengetahuan yang dijaga dan dipelihara oleh setiap generasi secara turun-
menurun, akan dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat luas, pemilik ekspresi budaya tradisional, dan negara.
C. Perlindungan Ekspresi Budaya Tradisional Terhadap Kepentingan
Komersial
Munculnya kesadaran negara-negara berkembang akan pentingnya perlindungan terhadap ekspresi budaya tradisional mereka disebabkan
karena adanya misappropriation yang dilakukan negara-negara maju atas ekspresi budaya tradisional masyarakat di negara-negara berkembang.
Dalam proses pengambilan ekspresi budaya tradisional ini yang kemudian dieksploitasi secara komersial tidak dilakukan dengan masyarakat
setempat dan tidak memberi pembagian manfaat benefit sharing atas penggunaan ekspresi budaya tersebut. Negara-negara berkembang
menyadari bahwa telah terjadi ketidakadilan dalam proses pemanfaatan
56
Zainul Daulay, Pengetahuan Tradisional: Konsep, Dasar hukum, Dan Praktiknya,
Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 97.
ekspresi budaya tradisional dan sumber daya hayati oleh negara-negara maju.
57
Fakta menunjukan
bahwa negara-negara
yang maju
perekonomiannya bertumpu pada industri berbasis karya-karya intelektual. Sebagai contoh, Amerika Serikat, industri-industri penghasil devisa
tertinggi terdiri dari industri senjata, film, musik, komputer-piranti lunak dan buku, dimana kesemuanya adalah industri-industri yang berbasis pada
karya intelektual. Hal ini sangat kontras dengan negara-negara berkembang yang kebanyakan mengandalkan pada kekayaan alam seperti
penjualan minyak, kayu, dll. Kekayaan alam dapat habis dikeruk, tetapi kekayaan intelektual akan dapat terus dipertahankan dan dikembangkan
melalui sistem pendidikan yang baik, sistem penelitian dan pengembangan yang konstruktif, dan regulasi yang kondusif dan sistem insentif yang
baik.
58
Komersialisasi Ekspresi Budaya Tradisional yang selanjutnya disebut EBT milik Indonesia yang oleh pihak asing secara tidak sah dan
melanggar hukum telah menimbulkan kerugian bagi pemilik EBT. Pemilik EBT adalah masyarakat adat dimana EBT tersebut berasal. Kurangnya
57
Rizki Kusumastuti, ”tinjauan hukum internasional terhadap upaya perlindungan
pengetahuan tradisional milik negara-negara berkembang, Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2006, h. 49-50.
58
Hak kekayaan intelektual dan perkembangannya: prosiding rangkaian Lokakarya Terbatas Masalah-masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis lainnya tahun 2004: Jakarta
10-11 Februari 2004tim editor, Emmy Yuhassarie, Tri Harnowo, Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2004, h. 18-19.
pengetahuan masyarakat adat akan pentingnya perlindungan suatu EBT yang dimiliki mengakibatkan mudahnya EBT tersebut digunakan oleh
pihak asing.
59
Selain cara-cara yang dapat dilakukan untuk melindungi EBT milik Indonesia dari penggunaan secara melanggar hukum oleh pihak asing
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya yang tak kalah pentingnya adalah pengaturan mengenai pembagian keuntungan benefit sharing.
60
Benefit sharing merupakan pembagian keuntungan yang dilakukan guna memberikan penghargaan atas pemanfaatan EBT yang diberikan
kepada pemegang atau pemilik EBT. Pembagian keuntungan benefit sharing
dapat digambarkan sebagai suatu bentuk kompensasi royalti. Pengaturan untuk pembagian keuntungan benefit sharing dimasukkan
dalam Undang-Undang sui generis agar memiliki ketentuan yang jelas dalam pengaturannya.
Pembagian keuntungan benefit sharing tidak hanya dapat berupa materi melainkan berupa non-materi yang dapat dilakukan berdasarkan
kesepakatan antara para pihak, yaitu pihak yang ingin menggunakan EBT milik Indonesia dengan masyarakat adat dapat diwakilkan oleh Ketua
Adat atau orang yang dianggap relevan dan Pemerintah Pusat atau Daerah. Kesepakatan tersebut dibuat untuk dapat menentukan besarnya
59
Istie Widyastuti, “Upaya Pencegahan Penggunaan Secara Melawan Hukum Pengetahuaun Tradisional Dan Ekspresi Budaya Tradisional PTEBT Milik Indonesia Oleh Pihak
Asing,” Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2013, h. 149.
60
Ibid, h. 150.
royalti yang akan diperoleh oleh pihak yang EBT-nya digunakan untuk kepentingan tertentu. Fungsi dari Pemerintah Pusat atau Daerah dalam
pemberian royalti adalah untuk mengakomodasi royalti teresbut sebagai suatu anggaran Pemerintah yang dapat digunakan sebagai sarana
pengembangan EBT danatau meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dilakukan agar dapat terstruktur dan teroganisir untuk menghindari
adanya kesulitan yang timbul apabila royalti dalam bentuk materi diberikan secara langsung kepada masyarakat adat, misalnya konflik antar
masyarakat adat.
61
Royalti dalam bentuk materi yang diperoleh digunakan sebagai sumber danan untuk melakukan pelestarian terhadap EBT yang dimiliki
agar dapat terus dijaga dan dikembangkan demi kemajuan masyarakat adat yang dalam kehidupan sehari-harinya bergantung pada EBT tersebut,
sedangkan royalti dalam bentuk non-materi adalah sebagai bukti penghargaan pihak ketiga yang memanfaatkan EBT milik Indonesia
sebagai sesuatu yang khas agar tetap menjaga kelestarian warisan budaya Indonesia.
62
Dari penjelaskan diatas dapat disimpulkan benefit sharing merupakan pembagian keuntungan, dalam bentuk kompensasi atau royalti,
yang dilakukan diantara pemerintah pusat atau daerah dengan masyarakat adat Ketua Adat.
61
Ibid
62
Ibid, h. 151.
BAB IV ANALISIS MENGENAI PENERAPAN KONSEP BENEFIT SHARING
SEBAGAI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL
A. Penggunaan Ekspresi Budaya Tradisional Yang Menyimpang