BAB V PEMBAHASAN
5.1 Masukan Input
Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan input dalam perencanaan kebutuhan obat yaitu Sumber Daya Manusia SDM,
pendanaan, metode, sarana dan prasarana serta data.
5.1.1 Sumber Daya Manusia
Kualitas sumber daya manusia tidak hanya ditentukan oleh keahlian tetapi juga diiringi dengan sikap mental terkendali dan terpuji dalam mencapai tujuan
organisasi. Tenaga kesehatan merupakan sumber daya manusia dalam organisasi dan dapat menjadi faktor penentu dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat,
baik dari segi jumlah maupun kualitasnya Azwar dalam Berutu 2006. Salah satu faktor keberhasilan suatu program yaitu tersedianya sumber
daya manusia yang cukup, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sumber daya manusia merupakan pelaku aktif yang akan melakukan aktivitas organisasi dan
akan menjadi perencana di organisasi, dengan adanya sumber daya manusia maka organisasi dapat mencapai tujuan organisasi. Tenaga kesehatan yang kurang
mampu, kurang cakap dan tidak terampil, mengakibatkan pelayanan tidak dapat diselesaikan secara optimal dengan cepat dan tepat pada waktunya.
Puskesmas Padangmatinggi memiliki pengelola obat yang berlatar belakang disiplin ilmu kefarmasian. Pengelola obat mempunyai tugas dalam hal
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas yang meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi dan pelaporan. Dalam
Universitas Sumatera Utara
menjalankan tugas tersebut pengelola obat dibantu oleh beberapa orang yang mempunyai tugas tersendiri antara lain membuat laporan penggunaan obat harian,
melayani resep pasien dan pelayanan di apotek puskesmas. Tenaga kesehatan yang terkait dalam perencanaan obat di Puskesmas
Padangmatinggi bukan hanya tanggung jawab pengelola obat melainkan adanya tenaga kesehatan lain yang ikut terlibat. Pengelola obat tidak akan mampu
mengatasi permasalahan perencanaan obat tanpa adanya kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya dan kerjasama dengan dinas kesehatan.
Dinas kesehatan berperan sebagai fasilitator dalam pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas. Untuk mengetahui permasalahan yang ada di
Puskesmas Padangmatinggi dilakukan monitoring dan evaluasi obat dan perbekalan kesehatan sebanyak 4 kali dalam setahun dan juga melakukan
koordinasi ke puskesmas mengenai administrasi pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan.
Pengelola obat Puskesmas Padangmatinggi sudah mendapatkan pelatihan dari Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan mengenai cara pembuatan Kartu
persediaan barang, buku harian pemakaian obat, pengisian LPLPO, laporan akhir tahun, dan SOP obat dan perbekalan kesehatan. Pengelola obat di Puskesmas
Padangmatinggi belum pernah diutus untuk mengikuti pelatihan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan di puskesmas yang diadakan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Utara ataupun Kementrian kesehatan RI. Pelatihan merupakan salah satu upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan
keterampilan petugas dalam rangka meningkatkan mutu dan kinerja petugas
Universitas Sumatera Utara
Kemenkes 2011. Pelatihan berjenjang dan berkelanjutan merupakan bagian dari pengembangan sumber daya manusia. Apabila semua pengelola obat di
puskesmas telah mengikuti pelatihan dan menerapkannya dalam perencanaan obat maka diharapkan perencanaan obat di puskesmas adalah perencanaan yang sesuai
dengan kebutuhan. Dari hasil wawancara dan dokumen yang berkaitan dengan tenaga
pengelola obat dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga perencanaan dan pengelola obat untuk Puskesmas Padangmatinggi sudah mencukupi dari segi
kualitas dan kuantitas karena SDM yang terlibat langsung dalam perencanaan obat memiliki latar belakang pendidikan farmasi dan telah dilatih oleh Dinas
Kesehatan Kota Padangsidimpuan.
5.1.2 Pendanaan