4.3.2 Pernyataan Informan
tentang Pendanaan
dalam memenuhi
kebutuhan obat
Tabel 4.6
Matriks Pernyataan Informan tentang Pendanaan dalam memenuhi kebutuhan obat
Informan Pernyataan
Informan 1 Kepala Dinas
Sumber pendanaan
obat dan
perbekalan kesehatan berasal dari dana DAK, APBD.
Informan 2 Kepala Puskesmas
Saya pribadi gak tau. Dana pengadaan obat dan perbekalan kesehatan yang mengetahuinya ya
dinas kesehatan
kita hanya
mengajukan permintaan saja.
Informan 3 Kepala IFK
Pendanaan dalam memenuhi kebutuhan obat di puskesmas tahun 2015 ini berasal dari dana
DAK. Tapi kalo ada obat yang tidak tersedia di instalasi farmasi dapat diadakan melalui dana
kapitasi JKN.
Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa dana dalam pemenuhan obat di puskesmas berasal dari dana DAK Dana Alokasi Khusus dan
dana kapitasi JKN. Sedangkan APBD Kota Padangsidimpuan tidak ada di alokasikan untuk pengadaan obat karena sudah mencukupi dari dana DAK.
4.3.3 Pernyataan Informan tentang Metode yang digunakan dalam merencanakan kebutuhan obat di Puskesmas Padangmatinggi
Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan tentang Metode yang digunakan
dalam
merencanakan kebutuhan
obat di
Puskesmas Padangmatinggi
Informan Pernyataan
Informan 2 Kepala Puskesmas
Kurang tau, setau saya tidak menggunakan metode karena kita untuk merencanakan obat
disusun berdasarkan jenis penyakit yang terjadi di wilayah puskesmas. Itu saja.
Informan 3 Kepala IFK
Metode yang
digunakan adalah
metode konsumsi dimana dihitung berdasarkan rata-rata
pemakaian per tahun kemudian dikompilasikan dengan ketersediaan obat selama 18 bulan
kedepan.
Universitas Sumatera Utara
Informan 4 Staf pengelola obat
Kayaknya berdasarkan
epidemiologi dek.
Kemudian disesuaikan dengan pemakaian obat di puskesmas, sehingga dapat ditentukan jenis
dan jumlah obat apa yang akan diadakan.
Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa kepala puskesmas kurang mengetahui metode yang digunakan karena disusun berdasarkan jenis
penyakit yang terjadi di wilayah puskesmas. Sedangkan pengelola obat menyusun perencanaan obat berdasarkan epidemiologi kemudian disesuaikan dengan
kebutuhan obat di puskesmas. Sementara kepala instalasi farmasi mengatakan metode yang digunakan adalah metode konsumsi dimana dihitung berdasarkan
rata-rata pemakaian per tahun kemudian dikompilasikan dengan ketersediaan obat selama 18 bulan kedepan. Disini dapat diketahui bahwa rencana kebutuhan obat
puskesmas disesuaikan dengan pemakaian obat di puskesmas selama setahun kemudian diserahkan kepada instalasi farmasi untuk dikompilasikan dengan
puskesmas yang lain.
4.3.4 Pernyataan Informan tentang Sarana dan Prasarana yang mendukung dalam perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas
Padangmatinggi Tabel 4.8
Matriks Pernyataan Informan tentang Sarana dan Prasarana yang mendukung dalam perencanaan kebutuhan obat di
Puskesmas Padangmatinggi
Informan Pernyataan
Informan 1 Kepala Dinas
Sarananya untuk sampai saat ini masih terus kita upayakan berupa kartu stok barang, buku
pengeluaran harian, komputer dan printer.
Informan 2 Kepala Puskesmas
Sudah memadai semua berasal dari dinas kesehatan.
Informan 3 Kepala IFK
Sarana dan
prasarana yang
menunjang perencanaan obat sudah cukup memadai, kan
hanya sederhana aja kan. Seperti komputer, printer, kartu persediaan barang dan ATK.
Universitas Sumatera Utara
Informan 4 Staf pengelola obat
Untuk perencanaan obat sarananya cukup memadai kok, kan cuma kartu persediaan barang
dan buku pemakaian harian.
Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana dalam memenuhi kebutuhan obat hingga saat ini sudah memadai baik
itu berupa komputer, printer, kartu persediaan barang dan ATK yang diperlukan. Informan Kepala Puskesmas mengatakan bahwa sarana dan prasarana berasal dari
dinas kesehatan.
4.3.5 Pernyataan Informan tentang Data yang dibutuhkan dalam merencanakan kebutuhan obat di Puskesmas Padangmatinggi
Tabel 4.9
Matriks Pernyataan Informan tentang Data yang dibutuhkan dalam
merencanakan kebutuhan
obat di
Puskesmas Padangmatinggi
Informan Pernyataan
Informan 2 Kepala Puskesmas
Pokoknya dokumennya itu mengacu pada Formularium nasional, LPLPO puskesmas.
Informan 3 Kepala IFK
Dokumen yang
dijadikan acuan
dalam penyusunan
perencanaan obat
dalam Formularium nasional, Daftar Obat Essensial
Nasional, rekapitulasi hasil rencana kebutuhan obat puskesmas dan data laporan bulanan
distribusi obat dan perbekalan kesehatan di instalasi farmasi.
Informan 4 Staf pengelola obat
Data LPLPO la dek. Data permintaan obat dari dokter juga. Selain itu harus berpatokan sama
Formularium nasional.
Dari pernyataan informan di atas dapat diketahui bahwa ketiga informan memperoleh data yang dijadikan acuan dalam menyusun perencanaan obat adalah
Formularium nasional, Daftar Obat Essensial Nasional, LPLPO dan rekapitulasi rencana kebutuhan obat puskesmas. Data yang ada dalam Formularium nasional
dan Daftar Obat Essensial Nasional adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan
Universitas Sumatera Utara
untuk pelayanan kesehatan dan di upayakan tersedia di fasilitas kesehatan sesuai dengan fungsi dan tingkatannya.
4.3.6 Pernyataan Informan tentang perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas Padangmatinggi