15 tingkat sekolah pada tahun 1970-an dan kini semakin berkembang sejalan dengan
perkembangan pemikiran tentang Social Studies di negara-negara maju dan semakin meningkatnya permasalahan sosial yang semakin kompleks.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Dalam dunia pendidikan saat ini banyak teori-teori yang mengemukakan pengertian belajar misalnya teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme,
teori belajar konstruktivisme, dan teori belajar humanisme. Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana
terjadinya belajar atau bagaimana informasi diperoleh oleh peserta didik kemudian bagaimana informasi itu di proses dalam pikiran peserta didik.
Berlandaskan suatu teori belajar di harapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan pemahaman peserta didik sebagai hasil belajar Gagne, 1985:67
Menurut aliran behaviorisme berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi
dengan lingkunganya Slameto, 1988: 2. Sedangkan menurut teori kognitif , belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat
dilihat sebagai tingkah laku yang tampak seperti ingatan, retensi pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek kejiwaan lainnya, belajar melibatkan proses
berfikir yang sangat komplek Budiningsih, 2004: 34
17 Menurut Skiner dalam Nabisi 2010: 5
“ Belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati sedang perilaku dan belajar dapat diubah oleh kondisi
lingkungan”. Teori Skiner sering disebut Operant Conditioning yang berunsur stimulus, respon, dan konsekuensi. Definisi ini mengigatkan kita bahwa
pengalaman dapat menyebabkan peristiwa yang bukan tindak belajar yang biasa memodifikasi perilaku. Perubahan perilaku tersebut mencakup pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, sikap dan sebagainya yang dapat maupun tidak dapat diamati.
Menurut Thorndike dalam Budiningsih 2005: 21, belajar adalah proses interaksi
antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pemikiran, perasaan atau hal-hal lain yang
dapat ditangkap melalui indera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan dan
tindakan.
Proses belajar terjadi melalui sesuatu proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh siswa pada saat mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang
direncanakan atau disajikan di sekolah, baik yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas. Proses belajar yang berkualitas tidak bisa terjadi dengan sendirinya,
melainkan perlu direncanakan dan persiapan yang baik. Belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan terus-menerus dalam membangun makna atau
pemahaman, sehingga diperlukan dorongan kepada siswa dalam membangun semangat dan kreativitas. Karena itu diperlukan penciptaan lingkungan yang
mendorong prakarsa, motivasi dan tanggung jawab pelajar untuk belajar
18 sepanjang hayat, pembelajaran yang melibatkan seluruh indera akan lebih
bermakna dan lebih maksimal jika dibandingkan dengan satu indera. Hal ini akan memunculkan kreativitas untuk menyelesaikan masalah dengan cara dan tidak
terpaku pada satu cara saja. Seorang ahli yang bernama Marsell mengemukakan bahwa belajar adalah upaya
yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri dan memperoleh sendiri Sagala, 2005: 13. Proses kegiatan belajar mengajar
merupakan suatu fenomena yang melibatkan setiap kata, pikiran, tindakan dan juga asosiasi. Sejauh mana seorang guru mampu mengubah lingkungan, prestasi
dan rancangan pengajarannya, maka sejauh itu pula proses belajar mengajar itu berlangsung. Menurut UU Sisdiknas No 20 Tahun 2003
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran
sebagai suatu proses belajar yang dibangun oleh pendidik untuk mengembangkan
kreatifitas berfikir
peserta didik
serta dapat
meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang lebih baik terhadap materi
pembelajaran.
Ini berarti, dalam pembelajaran diharapkan dapat mengarahkan perhatian pembelajaran ke dalam nuasa proses belajar seumur hidup, seperti yang ditetapkan
oleh UNESCO dalam Budimansyah 2007, yaitu: 1 to learn to know belajar untuk berpengetahuan; 2 to luearn to do belajar untuk berbuat; 3 to learn ti
live together belajar untuk dapat hidup bersama; dan 4 to learn to be belajar untuk jati diri.
Studi-studi menunjukkan bahwa siswa lebih termotivasi belajar jika pelajaranya memuaskan, menantang, dan ramah. Dengan kondisi sperti itu,siswa lebih sering
19 ikut serta dalam kegiatan sukarela yang berhubungan dengan bahan pelajaran.
Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar sangat penting agar proses pembelajaran lebih bermakna. Karena itu diperlukan pemahaman
yang lebih mendalam terhadap fenomena belajar dan pembelajaran, sehingga dalam implemntasinya dapat lebih efektif dan efisien.
Menurut Djamarah 2002: 15-16 menyebutkan ciri-ciri belajar, yaitu: 1 perubahan yang terjadi secara teratur; 2 perububahan dalam belajar bersifat
fungsional; 3 perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif; 4 perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara; 5 perubahan dalam belajar bertujuan
atau terarah; dan 6 perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Sedangkan menurut Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono 2009: 9 mengemukakan bahwa
belajar adalah suatu dimana pada saat orang belajar, maka responnnya akan menjadi lebih baik, tapi sebaliknya jika ia belajar maka responnya menurun.
Proses belajar dapat terjadi baik secara alamiah maupun direkayasa. Proses belajar secara alamiah biasanya terjadi pada kegiatan yang umumnya dilakukan oleh
setiap orang dan kegiatan belajar ini tidak direncanakan. Sedangkan proses belajar yang direkayasa merupakan proses belajar yang memiliki sistematika yang jelas
dan telah direncanakan sebelumnya guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses ini metode yang digunakan disesuaikan dengan tujuan yang hendak
dicapai. Proses belajar yang direkayasa yang lebih memungkinkan tercapainya perubahan perilaku karena ada rancangan yang berisi metode dan alat pendukung.
Proses belajar yang direkayasa tentu saja diperlukan perencanaan dan persiapan