Post Kolonial Sejarah Kabupaten Simalungun 1 Pra Kolonial

26 4. Raya 1. Raya 2. Raya Kahean 5. Dolok Silau 1. Dolok Silau 2. Silau Kahean 6. Purba Purba 7. Silimakuta Silimakuta Sumber : Tim Otonomi Daerah Tingkat II Kab. Simalungun, 1995. Raja-raja yang berkuasa memberi persetujuan kepada Belanda untuk menganeksasi wilayahnya untuk dijadikan perkebunan-perkebunan besar seperti perkebunan sawit, karet dan lain-lain yang sampai sekarang masih berdiri.Saat pembukaan perkebunan tersebut hampir tidak ada perlawanan karena pada masa itu tanah tidak dimiliki oleh rakyat, tapi dimiliki dan dikuasai oleh partuanon penguasa lokal setingkat desa yang tunduk kepada raja di wilayahnya. Keberadaan perkebunan tersebut membawa dampak pada tatanan sosial yang terjadi di Simalungun.Seperti imigrasi penduduk ke wilayah Simalungun, baik yang memang ingin mengadu nasib maupun yang didatangkan Belanda sebagai buruh perkebunan.Imigrasi penduduk ini menjadikan wilayah Simalungun sebagai melting pot dari berbagai kebudayaan dan agama yang dibawa oleh para pendatang.

II.1.2.3 Post Kolonial

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia maka berdasarkan Undang-Undang Darurat Drt Nomor 7 Tahun 1956 dibentuklah Kabupaten Simalungun dengan 16 kecamatan yang berasal dari 16 distrik pada masa pemerintah Belanda dan berkembang menjadi 17 kecamatan yaitu Kecamatan Dolok Pardamean. Kemudian Universitas Sumatera Utara 27 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1991 dan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1992 dilaksanakan pemekaran kecamatan dari 17 kecamatan menjadi 21 kecamatan yaitu Kecamatan Pematang Bandar, Huta Bayu Raya, Ujung Padang dan Tapian Dolok. Satu hal penting dalam sejarah pemerintah di Simalungun adalah ditetapkannya Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun pada tanggal 25 April 1995 sebagai salah satu dari 25 Daerah Tingkat II Percontohan Otonomi Daerah. Pada pelaksanaannya, penyerahan urusan, baik yang berasal dari pusat maupun Daerah Tingkat I Provinsi Sumatera Utara meliputi 22 bidang, 108 sub bidang dan 475 urusan yang ditangani oleh 24 dinas daerah. Setelah jatuhnya pemerintahan Orde Baru oleh gerakan reformasi yang dimotori oleh mahasiswa, pemerintah pusat mendesentralisasikan sebagian kewenangannya kepada daerah kabupatenkota melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999.Dampak pemberlakuan undang-undang ini yang paling nyata adalah munculnya wilayah-wilayah pemekaran mulai dari tingkat desakelurahan, kecamatan, kabupatenkota dan provinsi.Kabupaten Simalungun juga mengalami pemekaran wilayah desakelurahan dan kecamatan dimana sebelumnya terdiri dari 21 kecamatan dimekarkan menjadi 30 kecamatan. II.2. Wilayah Administrasi dan Organisasi Pemerintahan Kabupaten II.2.1. Wilayah Administrasi Kabupaten Simalungun merupakan salah satu dari 20 kabupatenkota di Provinsi Sumatera Utara yang batas wilayah administrasinya adalah. Universitas Sumatera Utara 28 1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Asahan. 3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kecamatan Gunung Malela, Kecamatan Gunung Maligas, Kecamatan Bandar Masilam, Kecamatan Bandar Huluan, Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi, Kecamatan Hatonduhan, Kecamatan Pamatang Sidamanik, Kecamatan Panombeian Panei, Kecamatan Haranggaol Horison di Kabupaten Simalungun maka wilayah administrasi yang sebelumnya berjumlah 21 kecamatan berubah menjadi 30 kecamatan. 18 Pemekaran wilayah tersebut meliputi Kecamatan Sidamanik yang dimekarkan menjadi Kecamatan Sidamanik dan Pamatang Sidamanik, Kecamatan Tanah Jawa menjadi Kecamatan Tanah Jawa dan Hatonduhan, Kecamatan Huta Bayu Raja menjadi Kecamatan Huta Bayu Raja dan Jawa Maraja Bah Jambi, Kecamatan Panei menjadi Kecamatan Panei dan Panombeian Panei, Kecamatan Siantar menjadi Kecamatan Siantar, Gunung Malela dan Gunung Maligas, Kecamatan Bandar menjadi Kecamatan Bandar dan Bandar Masilam, Kecamatan Pematang Bandar menjadi Kecamatan Pematang Bandar dan Bandar Huluan, Kecamatan Purba menjadi Kecamatan Purba dan Haranggaol Horisan. Wilayah administrasi sebelum pemekaran dapat dilihat pada tabel berikut : 19 18 Ibid.,Dietrich Jansen.,Hal.76. 19 Data Dari Pemerintah Kabupaten Simalungun. Universitas Sumatera Utara 29 Tabel II.3. Wilayah Administrasi Kecamatan Sebelum Pemekaran No Kecamatan Luas Wilayah Km Nagori Kelurahan Keterangan 1. Silimakuta 44,90 7 2. Purba 206,50 10 Dimekarkan 3. Dolok Pardamean 90,45 6 4. Sidamanik 174,59 14 Dimekarkan 5. Girsang Sipangan Bolon 123,00 5 6. Tanah Jawa 491,75 22 Dimekarkan 7. Huta Bayu Raja 230,20 17 Dimekarkan 8. Dolok Panribuan 154,40 9 9. Jorlang Hataran 109,25 8 10. Panei 164,50 13 Dimekarkan 11. Raya 324,06 8 12. Dolok Silau 287,96 6 13. Silau Kahean 219,90 10 14. Raya Kahean 226,25 7 15. Dolok Batu Nanggar 135,30 10 16. Tapian Dolok 114,90 7 17. Siantar 247,10 35 Dimekarkan 18. Bandar 194,04 23 Dimekarkan 19. Pamatang Bandar 230,64 19 Dimekarkan 20. Bosar Maligas 294,40 8 21. Ujung Padang 222,50 7 Universitas Sumatera Utara 30 Jumlah 4.386,60 251 8 Dimekarkan Sumber : Simalungun Dalam Angka, 2012. Disamping pemekaran kecamatan terjadi pula pemekaran nagori yang dimulai dari pembentukan nagori persiapan. Yang dimaksud dengan nagori persiapan adalah suatu wilayah tertentu yang akan dikembangkan menjadi nagori yang otonom. Selama masa persiapan, wilayah tersebut masih berinduk pada nagori asalnya. Wilayah administrasi kecamatan setelah pemekaran dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel II.4. Wilayah Administrasi Kecamatan Setelah Pemekaran No Kecamatan Luas Wilayah Nagori Kelurahan Keterangan 1. Silimakuta 144,90 7 2. Purba 206,50 10 3. Dolok Pardamean 90,45 6 4. Sidamanik 174,59 8 5. Girsang Sipangan Bolon 123,00 5 6. Tanah Jawa 491,75 15 7. Huta Bayu Raja 230,20 11 8. Dolok Panribuan 154,40 9 9. Jorlang Hataran 109,25 8 10. Panei 164,50 8 11. Raya 324,08 8 12. Dolok Silau 287,95 6 13. Silau Kahean 219,90 10 Universitas Sumatera Utara 31 14. Raya Kahean 226,25 7 15. Dolok Batu Nanggar 135,30 10 16. Tapian Dolok 114,90 7 17. Siantar 247,10 16 18. Bandar 194,04 14 19. Pamatang Bandar 230,64 10 20. Bosar Maligas 294,40 8 21. Ujung Padang 222,50 7 22. Gunung Malela 90,73 15 2 nagori persiapan 23. Gunung Maligas 64,50 7 1 nagori persiapan 24. Bandar Marsilam 84,88 9 25. Bandar Huluan 117,11 9 26. Jawa Maraja Bah Jambi 73,72 8 2 nagori persiapan 27. Hatonduhan 277,80 8 1 nagori persiapan 28. Pamatang Sidamanik 91,03 9 3 nagori persiapan 29. Panombeian Panei 92,20 7 2 nagori persiapan 30. Haranggaol Horisan 34,50 5 1 nagori persiapan Jumlah 4.386,60 263 12 nagori persiapan Selain pembentukan nagori baru, dilaksanakan juga perubahan status 3 nagori menjadi kelurahan yaitu di Kecamatan Jorlang Hataran, Huta Bayu Raja dan Pamatang Bandar yang didasarkan pada Perda Nomor 10 Tahun 2002 tentang Perubahan Status 3 Tiga Nagori Menjadi Kelurahan.

II.3. Birokrasi Pemerintahan

Universitas Sumatera Utara 32 Sama seperti di seluruh wilayah Republik Indonesia ini, birokrasi pemerintahan terendah dimulai dari tingkat desakelurahan, kecamatan dan kabupaten.Namun yang membedakannya adalah adanya kebebasan kabupatenkota dan atau provinsi untuk mengadopsi adat istiadat yang ada di daerahnya ke dalam system pemerintahannya.Kabupaten Simalungun juga mengadopsi system pemerintahan yang menjadi cirri khas masyarakat Simalungun.Namun demikian, pengadopsian yang dilakukan cenderung hanya dalam hal perubahan nomenklatur saja.Hal ini, terlihat dari struktur dan perangkat yang terdapat pada pemerintahan nagori yang masih mirip dengan struktur dan perangkat yang terdapat di masa Orde Baru. II.3.1.NagoriKelurahan Struktur organisasi pemerintahan nagori terdiri pangulu kepala desa dan tungkat nagori perangkat desa.Di nagori juga dibentuk maujana nagori sebagai badan perwakilan desa.Pangulu dipilih oleh masyarakat secara demokratis melalui pemilihan langsung dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui maujana nagori.Pangulu dapat diberhentikan oleh Bupati berdasarkan penilaian maujana nagori sedangkan keanggotaan maujana nagori merupakan hasil musyawarah tokoh-tokoh adat, agama, organisasi sosial politik, gabungan profesi dan unsure pemuka masyarakat. Walaupun pada keanggotaan maujana nagori adalah hasil mekanisme tersebut, namun kedudukan maujana nagori adalah sejajar dengan pangulu.Dalam rangka operasionalisasi kegiatan tahunan, pemerintah nagori menyusun anggaran pendapatan Universitas Sumatera Utara 33 dan belanja nagori untuk dimusyawarahkan dengan maujana nagori.Anggaran ini mengatur mengenai penerimaan dan pengeluaran nagori selama 1 tahun. Tugas dan fungsi maujana nagori antara lain adalah menjaga dan melestarikan adat istiadat yang ada di nagori sepanjang menunjang pembangunan, bersama pemerintahan nagori menetapkan peraturan nagori, mengawasi pelaksanaan peraturan nagori dan menampung aspirasi masyarakat nagori serta menyampaikannya kepada pejabat atau instansi yang berwenang. Kewenangan yang dimiliki maujana nagori cukup luas termasuk menerima laporan pertanggungjawaban pangulu.Maujana nagori juga dapat mengusulkan pemberhentian pangulu apabila laporannya ditolak untuk kedua kali. 20 Disamping organisasi-organisasi formal pemerintah tingkat nagori di atas, dibentuk juga lembaga adat.Lembaga adat ini berfungsi untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat yang menyangkut adat istiadat, hukum adat dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku umum dimasyarakat kepada pemerintah.Fungsi ini Di tingkat nagori juga dibentuk lembaga kemasyarakatan nagori yang bertugas membantu pangulu dalam bidang perencanaan pembangunan.Hubungan lembaga kemasyarakatan nagori dengan pangulu adalah sebagai mitra pangulu khusus dalam perencanaan pembangunan.Perencanaan pembangunan yang telah disusun lembaga kemasyarakatan nagori disampaikan kepada maujana nagori melalui pangulu sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan pembangunan di nagori tersebut. 20 Madja Purba, Darwan. 2007.Musik Tradisional Simalungun.Majalah SauhurAgustus 2007, Hal 8. Universitas Sumatera Utara 34 menyangkut pemberdayaan, pelestarian dan pengembangan adat istiadat dalam rangka memperkaya budaya daerah dan memberdayakan masyarakat untuk menunjang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan. Di bawah nagori terdapat gamot yang merupakan perpanjangan tangan dari pangulu.Gamot mempunyai tugas membantu pelaksanaan tugas pangulu dalam wilayah kerjanya dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada pangulu.Gamut dapat disamakan dengan jabatan setingkat kepala dusun. Sedangkan struktur organisasi kelurahan merupakan perangkat kecamatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada camat.Kelurahan dipimpin oleh seorang lurah yang dibantu oleh seorang sekretaris sebagai unsure staf dan beberapa seksi sebagai unsure pelaksana.

II.3.2. Kecamatan