Pengertian Perjanjian Terapeutik Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Pasien Berdasarkan Hukum Positif Indonesia(Studi Padaunit Pelayanan Teknis Balai Kesehatan Indera Masyarakat Medan)

52

BAB III. TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN TERAPEUTIK

TRANSAKSI MEDIS

A. Pengertian Perjanjian Terapeutik

Hubungan anatara dokter dan pasien secara yuridis dikategorikan dalam hukum perjanjian.Peran dokter dalam pelayanan medik adalah sebagai pelaksanaan suatu profesi medik dengan pemberian pertolongan medik berdasarkan keahlian, keterampilan, dan ketelitian terhadap pasien.Hubungan hukum ini dikenal sebagai transaksi atau perjanjian terapeutik. 57 Ketentuan mengenai perjanjian diatur dalam Buku KUH Perdata Bab II sebagaimana yang tersebut dalam Pasal 1313 KUH Perdata yang menyatakan bahwa suatu persetujuan adalah “suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 satu orang lain atau lebih”. Ikatan tersebut jelas ada dalam hubungan antara dokter dengan pasien yang disebut dengan perjanjian terapeutik atau perjanjian penyembuhan. 58 Adapun peraturan perundang-undangan di negara Indonesia tentang perjanjian berdasarkan kepada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yaitu sebagaimana tertulis dalam Buku III tentang perikatan. Pada Buku III jelas disebutkan bahwa sistem yang diterapkan adalah sistem terbuka, yaitu pada Pasal 1319 KUHPerdata yang berbunyi bahwa semua perjanjian ,baik yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu 57 Hermien Hardiati Koeswadji, Hukum Kedokteran, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998,hlm.99 58 Husein Kerbala, Segi-segi Etis dan Yuridis Informed Consent, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1993, hlm. 38 Universitas Sumatera Utara tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat di dalam bab ini dan bab yang lalu. Berdasarkan Pasal 1319 KUHPerdata tersebut jelas terlihat bahwa perjanjian terapeutik merupakan perikatan yang bersumber pada perjanjian yang tidak dimuat dalam Bab I Buku III KUPerdata, namun terhadap perjanjian tersebut tetap berlaku ketentuan pada umumnya dalam Bab I Buku III KUHPerdata. Adapun hal tersebut terjadi karena dengan meninjau Pasal 1319 KUHPerdata dapat dinyatakan bahwa dimungkinkan dibuatnya suatu perjanjian yang tidak dimuat dalam KUHPerdata, akan tetapi pada perjanjian tersebut tetap berlaku ketentuan umum tentang perikatan sebagaimana disebutkan dalam Bab I Buku III KUHPerdata dan perikatan yang bersumber pada perjanjian yang termuat di dalam Bab II Buku III KUHPerdata. Dengan demikian untuk sahnya transaksi terapeutik harus dipenuhisyarat-syarat yang ada di dalam Pasal 1320 KUHPerdata dan akibat yang ditimbulkannya diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata. Dalam ilmu hukum ada dikenal 2 jenis perjanjian yaitu resultaatverbintenis dan inspanningverbintenis.Adapun mengenai resultaatverbintenis didasarkan pada hasil kerja, sedangkan inspanningverbintenis didasarkan pada usaha yang makasimal.Perbedaan antara kedua jenis perjanjian tersebut secara yuridis terletak pada beban pembuktiannya.Pada inspanningverbintenis, penggugat yang harus mengajukan bukti-bukti bahwa terdapat kelalaian pada pihak dokter atau rumah sakit sebagai tergugat.Sebaliknya pada resultaatverbintenis, beban pembuktian terletak pada dokter. 59 59 Danny Wiradharma ,Hukum Kedokteran,Binarupa Aksara,Jakarta,1995,hlm.47 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hal tersebut perikatan yang timbul dari transaksi terapeutik termasuk inspanningverbintenis, yaitu suatu perikatan yang harus dilakukan dengan hati-hati dan usaha yang keras met zorg en inspanning.Karena prestasinya berupa suatu upaya, maka hasilnya jelas belum pasti.Akibatnya apabila upaya itu gagal, dalam arti pasien tidak menjadi sembuh atau bahkan meninggal, hal ini merupakan risiko yang harus dipikul baik oleh dokter maupun oleh pasien. 60 Perjanjian merupakan hubungan timbal balik yang dihasilkan melalui komunikasi, sedangkan terapeutik diartikan sebagai sesuatu yang mengandung unsur atau nilai pengobatan.Perjanjian terapeutik diartikan sebagai hubungan hukum antara dokter dan pasien dalam pelayanan medik secara profesional didasarkan kompetensi yang sesuai dengan kehlian dan keterampilan tertentu di bidang kedoktersan.Sofwan Dahlan dalam pendapatnya menjelaskan bahwa sebelum pasien bertemu dengan dokter dan belum dimulai tahapan-tahapan lazimnya pelayanan medik oleh dokter yaitu dimulai dari wawancara atau anemnesis, mencatat direkam medik, maka dikatakan transaksi atau kontrak terapeutik belum terjadi. 61 60 D.Veronica Komalawati,Hukum dan Etika Dalam Praktek Dokter,Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1989,hlm.84. 61 Sofyan Dahlan, Hukum Kesehatan Rambu-Rambu Bagi Profesi Dokter, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang 2005, hlm 32-33 Menurut Safitri Haryani bahwa hubungan kontrak umumnya terjadi melalui suatu perjanjian, dimana dalam kontrak terapeutik,hubungan itu dimulai dengan tanya jawab anamnesis antara dokter dengan pasien, kemudian diikuti dengan pemeriksaan jasmani, kadang-kadang Universitas Sumatera Utara dokter membutuhkan pemeriksaan penunjang sebelum akhirnya dapat menegakkan diagnosis. 62 Dalam pendapatnya Veronica Komalawati memberikan pengertian tentang transaksi terapeutik, yaitu suatu hubungan hukum antara dokter dan pasien dalam pelayanan medis secara professional,didasarkan kompetensi yang sesuai dengan keahlian dan ketrampilan tertentu di bidang kedokteran. 63

B. Unsur-Unsur Perjanjian Terapeutik