2 Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi - tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja tertentu. 3
Klinik Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar danatau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan
dan dipimpin oleh seorang tenaga medis yakni dokter umum, spesialis, ataupun dokter gigi umum atau dokter gigi spesialis.
E. Informed Consent Persetujuan Tindakan Medis
Pengertian Informed Consent berasal dari kata “informed” yang berarti telah mendapat penjelasan, dan kata “ consent” yang berarti telah memberikan
persetujuan. Dengan demikian yang dimaksud Informed Consent ini adanya persetujuan yang timbul dari informasi yang dianggap jelas oleh pasien terhadap
suatu tindakan medik yang akan dilakukan kepadanya sehubungan dengan keperluan diagnosa dan atau terapi kesehatan.
80
80
Bambang Poernomo, Hukum Kesehatan, Program Pasca Sarjana IKM Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1988. hlm. 23.
Informed Consent merupakan syarat terjadinya suatu transaksi kontrak terapeutik karena transaksi terapeutik
tersebut bertumpu pada dua macam hak asasi yang merupakan hak dasar
Universitas Sumatera Utara
manusia.Menurut Hermien Hadati Koeswadji bahwa dua macam hak asasi tersebut adalah hak untuk menentukan nasib sendiri the right to self
determination dan hak atas informasi the right to information.
81
Berdasarkan kedua hak dasar manusia yang melandasi transaksi terapeutik penyembuhan
maka setiap pasien bukan hanya mempunyai kebebasan untuk menentukan apa yang boleh dilakukan terhadap dirinya atau tubuhnya, tetapi juga ia terlebih
dahulu berhak untuk mengetahui hak-hak mengenai dirinya yaitu penyakitnya dan tindakan-tindakan apa yang dapat dilakukan dokter terhadap tubuhnya untuk
menolong dirinya serta segala risiko yang mungkin timbul kemudian.
82
Ada beberapa kaidah yang harus diperhatikan dalam menyusun dan memberikan Informed Consentyaitu
83
a. Tidak bersifat memperdaya fraud
:
b. Tidak berupaya menekan force
c. Tidak menciptakan ketakutan fear
Dalam hal tindakan medis seorang dokter seyogyanya terlebih dahulu memberikan penawaran terhadap pasien mengenai tindakan penyembuhan atau
perawatan terhadap diri si pasien. Pasien berhak memberikan penerimaan atau penolakan terhadap penawaran tersebut. Oleh karena itu seorang dokter haruslah
mampu untuk menilai ada tidaknya kesepakatanpersetujuan pasien, sehingga sikap tindakan pasien harus dimengerti oleh dokter.Adapun bentuk-bentuk utama
persetujuan pasien adalah sebagai berikut
84
81
Hermien Hadiati Koeswadji, Op.cit,hlm.10
82
D.Veronica Komalawati, Op.cit, hlm 91.
83
Ns.Ta’adi, Hukum Kesehatan Pengantar Menuju Perawat Profesional, Penerbit Buku Kedokteran, 2010, hlm.41
84
Soerjono Soekanto Herkutanto, Pengantar Hukum Kesehatan,Remaja Karya, Bandung,1987,hlm.121
:
Universitas Sumatera Utara
1 Persetujuan efektif yang mencakup:
i. Persetujuan ekspresif, yaitu apabila secara faktual pasien mau
menjalani suatu prosedur upaya medis dalam rangka penanganan terhadap penyakitnya.
ii. Persetujuan nonekspresif, yaitu apabila berdasarkan sikap dan
tindakan pasien dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien yang bersangkutan memberikan persetujuannya.
2 Persetujuan implikatif, khususnya dalam keadaan darurat. Sebab dalam
keadaan darurat dengan ancaman kematian bagi pasien baik dewasa maupun anak-anak sehingga tidak perlu dipermasalahkan ada tidaknya
persetujuan dimaksud, maka dalam keadaan demikian disimpulkan implikatif adanya persetujuan pasien yang bersangkutan dan dokter
berkewajiban penuh untuk melaksanakan upaya apapun yang wajar untuk menyelamatkan pasien.
Informed Consent tidak selamanya berbentuk surat atau secara tertulis. Informed Consent secara tertulis itu pada umumnya dibuat sebelum dilakukan
suatu tindakan medis yang memerlukan pembiusan operasi atau pembedahan , sedangkan untuk tindakan pengobatan atau perawatan biasa tidak diperlukan
Informed Consent secara tertulis. Informed Consent dibuat sebagai bukti bahwa pasien telah menyetujui
upaya tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter dan menerima segala risiko yang mungkin timbul. Hal ini juga dimaksud untuk menumbuhkan rasa
Universitas Sumatera Utara
aman dan tentram bagi seorang dokter terutama terhadap kemungkinan dilakukannya tuntutan hukum oleh pasien di kemudian hari.
85
Informasi merupakan dasar dilakukan tindakan medis oleh dokter, kecuali pada kondisi tertentu yang memungkinkan untuk tidak melakukan persetujuan
pada pasien.Oleh karena pentingnya informasi tersebut, setiap rumah sakit dan lembaga pelayanan kesehatan lainnya harus memperhatikan ketentuan
pelaksanaan Informed Consent tersebut. Adapun informasi yang perlu diperhatikan secara seksama adalah
86
1. Mencakup suatu peramalan kondisi pengobatan yang wajar dan sudah
diketahui dapat membawa akibat-akibat bagi pasien berupa kelumpuhan, kenyerian, atau memperpendek hidup apabila
pelaksanaanya disetujui oleh pasien. :
2. Kewajiban dokter memberikan rekomendasi mengenai pemeriksaan
atau terapi dengan suatu perkiraan yang rasional mengenai kemungkinan berhasil, termasuk risiko kematian atau kemungkinan
komplikasi yang dapat diduga akan terjadi. 3.
Kerugian-kerugian yang disebabkan karena kegagalan hasil pemeriksaan harus dikemukakan. Dan semua jalur alternatif terapi
yang mungkin dapat diterapkan harus dikemukakan berikut kemungkinan berhasilnya atau komplikasinya.
Informasi yang baik dan benar haruslah disampaikan oleh dokter dengan bahasa yang mudah dicerna oleh masyarakat awam.Di suatu kondisi pasien dalam
keadaan tidak sadar, dimana seorang dokter tidak dimungkinkan untuk
85
D.Veronika Komalawati, Op.cit, hlm.90
86
Ibid,hlm.93
Universitas Sumatera Utara
memberikan informasi kepada pasien yang tidak dalam keadaan sadar tersebut, maka adapun tindakan medis dapat dilakukan terhadapnya tanpa seijin pasien
yang tersebut.Tindakan medis ini didasarkan pada Pasal 1354 KUHPerdata, yaitu tindakan sukarela atau disebut dengan istilah zakwaarneming.Dokter memiliki
kewajiban berdasarkan hati nuraninya dihadapan hukum untuk mengurus kepentingan si pasien dengan sebaik-baiknya.Kemudian setelah pasien kembali
sadar maka si pasien berhak medapatkan informasi tentang keadaan dirinya sebaliknya dokter memiliki kewajiban untuk memberikan informasi mengenai
tindakan medis yang telah dilakukannya dan mengenai segala kemungkinan yang timbul dari tindakan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
70
BAB. IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK-HAK PASIEN
BERDASARKAN HUKUM POSITIF INDONESIA PADA UNIT PELAYANAN TEKNIS KESEHATAN INDERA MASYARAKAT MEDAN.
A. Bentuk Hubungan Hukum Antara Pasien dan Dokter Pada Unit Pelayanan Teknis Balai Kesehatan Indera Masyarakat Medan.
Unit pelayanan teknis kesehatan indera masyarakat merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan di bawah naungan Dinas Kesehatan Pemerintahan
Provinsi Sumatera Utara, yang bergerak dalam menanggulangi penyakit yang berhubungan dengan alat indera.UPT Kesehatan Indera Masyarakat ini berdiri
karena adanya program nasional yang harus dilakukan yaitu untuk menanggulangi penyakit yang berhubungan dengan indera. UPT Kesehatan Indera Masyarakat
awalnya Pra BKMM Balai Kesehatan Mata Masyarakat tahun 1995 ,oleh Kanwil Depkes RI Provinsi Sumatera Utara dengan dukungan Pemda serta LSM
Helen Keller International HKI. Kemudian keluarlah surat Kepmenkes No.442 Menkes SK VI? 1999 sehingga disebut menjadi BKMM Balai Kesehatan Mata
Masyarakat yaitu Unit Pelaksana Teknis UPT Kesehatan Mata Departemen RI yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Ditjen Binkesmas
Depkes. Berdasarkan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang diikuti dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 909 MenkesSKVIII2001
tentang Pengalihan Kelembagaan Beberapa Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Kesehatan menjadi perangkat daerah. Sesuai dengan PERDA No.3
tahun 2001 dan diikuti dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 061-
Universitas Sumatera Utara
437.K2002 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan serta Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis UPT di bidang Kesehatan
Mata Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dan dipimpin oleh seorang Kepala. Pada tahun 2011 UPT BKMM berubah nama menjadi UPT Kesehatan
Indera Masyarakat berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara No.37 Tahun 2010. Kemudian pada tahun 2013 UPT Kesehatan Indera Masyarakat mendapat
ijin operasional tetap berdasarkan Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara No. 440.4421849II2013.
87
• Tujuan umum : Meningkatkan pelayanan kesehatan indera penglihatan dan pendengaran masyarakat yang optimal di Provinsi Sumatera Utara.
Adapun yang menjadi tujuan didirikannya UPT Kesehatan Indera Masyarakat adalah sebagai berikut:
• Tujuan khusus : memberikan pelayanan kesehatan mata dalam gedung, pelayanan kesehatan mata di luar gedung, meningkatkan SDM tenaga
kesehatan, meningkatkan kegiatan kemitraan, memberikan pelayanan kesehatan pendengaran.
Berbeda dengan rumah sakit, Unit Pelayanan Teknis Kesehatan Indera Masyarakat tidak melayani rawat inap.Ada 2 program yang dilakukan di UPT ini
yaitu Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan PGPK dan Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian PGPKT.
Hubungan hukum antara pasien dan dokter dalam UPT Kesehatan Indera Masyarakat sama halnya dengan hubungan hukum antara pasien dan dokter pada
umumnya dalam dunia pelayanan kesehatan, yaitu adanya perjanjian yang
87
Hasil wawancara dengan dr. Ira Karina Siregar, SpM pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan,tanggal 12 Februari 2015.
Universitas Sumatera Utara
melekat diantara keduanya. Hubungan hukum antara dokter dengan pasien yang dilaksanakan dengan kepercayaan dari pasien terhadap dokter disebut dengan
istilah transaksi terapeutik.
88
Hubungan antara dokter dengan pasien ini berawal dari pola hubungan vertikal paternalistik seperti antara bapak dengan anak yang
bertolak dari prinsip “ father know best “ yang melahirkan hubungan yang bersifat paternalistik.
89
Secara prakteknya seorang dokter pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat sebelum melakukan penyembuhan kepada si pasien, terlebih dahulu menanyakan
kondisi tubuh si pasien, dengan kata lain diawali dengan sesi tanya jawab antara pasien dan dokter. Setelah itu dokter melakukan pemeriksaan fisik terhadap
pasien. Kemudian dokter akan memberikan diagnosis penyakit yang diderita oleh Dimana seorang dokter sudah seharusnya memberikan
penyembuhan kepada pasien karena posisi dokter disini adalah orang yang lebih mengetahui segala sesuatu tetang kesehatan si pasien. Seiring dengan perubahan
masyarakat, hubungan antara dokter dan pasien juga semakin kompleks, yang ditandai dengan pergeseran pola dari paternalistik menuju partnership, yaitu
kedudukan dokter sejajar dengan pasien dokter merupakan partner dan mitra bagi pasien
Dokter membutuhkan pasien dan sebaliknya pasien membutuhkan seorang dokter, artinya adanya saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya.
Jadi hubungan dokter yang semula bersifat paternalistik akan bergeser menjadi hubungan yang bersifat saling membutuhkan dan saling ketergantungan antara
kedua belah pihak yang ditandai dengan suatu kegiatan aktif yang saling mempengaruhi.
88
Purwo Hadiwardoyo, Etika Medis, Kanisius Yogyakarta, 1989 hlm 13
89
Hermien Hadiati Koeswadji, Op.cit.,hlm.36
Universitas Sumatera Utara
pasien. Berdasarkan diagnosis yang ditemukan, seorang dokter akan memberikan tindakan medis seperti memberikan resep obat sesuai penyakit yang diderita si
pasien, memberikan suntikan, operasi pembedahan dan tindakan- tindakan medis lainnya. Selain itu seorang dokter atau konsulen perawat pada UPT
Kesehatan Indera Masyarakat Medanakan memberikan berupa nasihat-nasihat kepada pasien yang dapat membantu mempercepat kesembuhan si pasien. Dokter
akan menuliskan dalam rekam medis mulai dari sesi tanya jawab hingga perencanaan tindakan medis. Ini merupakan suatu kewajiban yang harus
dilakukan oleh seorang dokter sesuai dengan standar profesi medis. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan , pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien. Pihak medis haruslah membuat rekam medis bagi pasien yang datang
memeriksakan kesehatannya, apabila tidak ada maka akan berakibat pada pemberian sanksi pidana dan perdata. Dalam Pasal 79 UU Praktik Kedokteran
secara tegas mengatur bahwa setiap dokter atau dokter gigi yang dengan sengaja tidak membuat rekam medis dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama
1 satu tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- lima puluh juta rupiah. Sanksi perdata dapat pula dikenakan karena pada dasarnya pihak medis dalam hal
ini adalah wanprestasi terhadap perjanjian dalam hubungan dokter dan pasien.Selain itu juga dapat dikenakan sanksi disiplin dan sanksi etik oleh
organisasi profesi yaitu Majelis Kehormatan Etik Kedokteran MKEK dan Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Gigi MKEKG.
Dalam hal tindakan medis yang akan dilakukan oleh seorang dokter berdasarkan diagnosis yang ditemukan, maka seorang dokter pada UPT Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Indera Masyarakat Medan berkewajiban untuk menanyakan terelebih dahulu kepada pasien mengenai persetujuan terhadap tindakan medis yang akan
dilakukan pada diri si pasien. Inilah yang disebut dengan persetujuan medis Informed Consent.Informed Consent pada dasarnya merupakan bagian dari
perjanjian terapeutik yaitu berbicara mengenai perjanjian yang membutuhkan adanya suatu persetujuan atau kesepakatan medis. Dengan kata lain perjanjian
terapeutik dilaksanakan tetap berdasarkan pada unsur-unsur perjanjian yang terdapat pada Pasal 1320 KUHPerdata.
Bentuk suratInformed Consent yang diberikan kepada pasien pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan adalah Surat Ijin Operasi SIO. SIO
merupakan suatu surat perjanjian antara dokter dan pasien sebelum dilakukan suatu tindakan medis. Isi surat perjanjian tersebut antara lain:
1. Nama, umur, pekerjaan, alamat dari keluarga terdekat pasien beserta
hubungan dengan pasien yang akan dilakukan tindakan kedokteran. 2.
Nama, umur, umur, alamat, pekerjaan pasien. 3.
Tindakan medis yang akan dilakukan untuk pasien. 4.
Pernyataan bahwa pasien telah mendapat penjelasan dari dokter yang bersangkutan mengenai tujuan, sifat, risiko dan perlunya tindakan medis
tersebut, pernyataan bahwa pasien sanggup menerima risiko yang terjadi akibat tindakan kedokteran yang dilakukan dan disertai dengan pernyataan
bahwa persetujuan tersebut dibuat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.
5. Pada bagian terakhir dari surat perjanjian tersebut dicantumkan tempat dan
tanggal pembuatan surat perjanjian tersebut disertai dengan tanda tangan
Universitas Sumatera Utara
saksi, doktertenaga kesehatan pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan, dan pasien. Surat perjanjian ini ditandatangani oleh para pihak
dengan dibuuhi materai. Hal-hal yang dijelaskan pada tahap pemberian Informed Consent yaitu
mengenai prosedur medis yang dilakukan, risiko dari tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien, penjelasan tujuan tindakan medis tersebut dilakukan,
alternatif tindakan medis dan selain itu dijelaskan juga mengenai biaya yang harus dibayar dari tindakan kedokteran yang harus dilakukan terhadapnya, hal ini
bertujuan agar dapat memberikan pertimbangan bagi pasien dalam mengambil keputusan.
Informed Consent yang diberikan bukan hanya dalam bentuk surat persetujuan saja namun dapat pula secara lisan. Pada dasarnya persetujuan dengan
menggunakan surat apabila tindakan medis yang diambil adalah berupa pembedahanoperasi seperti operasi katarak, sedangkan secara lisan apabila
sekedar konsultasi kesehatan. Seorang dokter haruslah mampu menerangkan secara detail dan jelas
mengenai langkah medis yang akan dilakukan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien supaya tidak menimbulkan salah pengertian antara dokter
dengan pasien, karena para pihak tersebut mempunyai sudut pandang dan tingkat pemahaman yang berbeda. Jika informasi itu kurang atau tidak jelas, maka
persetujuannya menjadi tidak sah dan batal.Inilah yang menjadi suatu kendala para dokter pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan, karena pada
umumnya pasien yang datang adalah lansiaorang tua. Oleh karena itu pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan selalu menganjurkan agar salah satu anggota
Universitas Sumatera Utara
keluarga sanak saudara si pasien haruslah turut serta mendampingi si pasien mulai dari pemeriksaan hingga tahap penyembuhan.Apabila pasien dianjurkan
oleh dokter untuk melakukan suatu tindakan medis seperti operasi sedangkan pasien tidak setuju, maka tidak ada tindakan medis yang akan dilakukan
selanjutnya dan tidak ada perjanjian yang mengikat diantara dokter dan pasien. Namun berbeda ketika si pasien telah menerima tindakan medis pada hari
pertama, kemudian dokter menganjurkan pasien untuk dilakukan tindakan medis di hari selanjutnya sedangkan si pasien tidak setuju dengan langkah tindakan
medis tersebut, maka tanpa unsur paksaan dari dokter, si pasien dapat menolak penawaran tindakan medis tersebut dengan menandatangani surat penolakan
persetujuan medis. Bentuk surat penolakan persetujuan medis pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat sangatlah sederhana, yaitu memiliki kop surat atas
nama UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan, isi surat penolakan tindakan medis terhadap pasien, dibubuhi materai yang ditandatangani oleh pasien, saksi
serta dokterpihak UPT Kesehatan Masyarakat. Berdasarkan penjelasan di atas maka perjanjian antara pasien dan dokter
melalui pemberian informed consent melewati beberapa tahap yaitu :
Bagan 1. Tahap pemberian Informed Consent pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan Sumber : Hasil wawancara dengan dr. Ira Karina Siregar ,SpM pada tanggal 12 Februari 2015
Pendaftaran Pemeriksaan
Pemberian Informed Consent
Persetujuan Penandatanganan
Universitas Sumatera Utara
Dalamhubunganhukum antara dokter dan pasien akan menghasilkan suatu hubungan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak yang dapat dituntut
pemenuhannya. Adapun hak dan kewajiban dokter dan pasien pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat tidak jauh beda dengan hak dan kewajiban dokter
dan pasien pada rumah sakit pada umumnya. Berikut merupakan hak dan kewajiban masing-masing pihak baik itu pasien maupun dokter :
a. Pasien
Hak- hak pasien menurut hukum adalah sebagai berikut
90
1 Hak atas perawatan dan pengurusan
:
2 Hak atas informasi
3 Hak untuk menolak perawatan tanpa izin
4 Hak atas perlindungan kerahasiaan
5 Hak pasien mengenai bantuan
6 Hak pasien atas mutu lingkungan hidup
7 Hak pasien untuk menasihatkan mengenai percobaan oleh tenaga
kesehatan. Kewajiban- kewajiban pasien menurut hukum adalah sebagai berikut
91
a Kewajiban memberikan informasi kepada tenaga kesehatan,
sehingga tenaga kesehatan dan ahli mempunyai bahan yang cukup untuk mengambil keputusan. Hal ini juga sangat penting, agar
tenaga kesehatan tidak melakukan kesalahan. Landasannya adalah bahwa hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien
merupakan hubungan hukum yang didasarkan kepada kepercayaan, :
90
Sunarto Ady Wibowo, Op.cit,hlm. 116
91
Soerjono Soekanto, Segi-Segi Hukum Hak dan Kewajiban Pasien, Dalam Rangka Hukum Kesehatan,Mandar Maju, Bandung, 1990, hlm.39-40
Universitas Sumatera Utara
sehingga sampai batas- batas tertentu dituntut adanya suatu keterbukaan.
b Kewajiban untuk melaksanakan nasihat-nasihat yang diberikan
tenaga kesehatab dalam rangka perawatan. Kalau pasien meragukan manfaat nasihat itu, yang bersangkutan mempunyai hak
untuk meminta penjelasan yang lebih mendalam. c
Kewajiban menghormati kerahasiaan diri dan kewajiban tenaga kesehatan untuk menyimpan rahasia kedokteran serta
kesendiriannya privacy. d
Kewajiban untuk memberikan imbalan terhadap jasa-jasa profesional yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan.
e Kewajiban untuk memberi ganti rugi, apabila tindakan-tindakan
pasien merugikan tenaga kesehatan. f
Kewajiban untuk berterusterang apabila timbul masalah.
b. Tenaga Kesehatan
Dokter, rumah sakit berhak mendapatkan penghargaan yang sepantasnya atas jerih payah dokter tersebut di dalam mengusahakan kesembuhan
pasiennya.Pasien juga berkewajiban untuk memberikan jasa pelayanan medis kepada dokter sesuai dengan kemampuannya.
92
Adapun kewajiban dokterrumah sakit adalah pemenuhan segala hal yang menjadi hak si pasien. Berikut merupakan kewajiban dokter rumah sakit terhadap
hak si pasien
93
92
M. Yusuf Hanafiah Amir Amir, Op.cit, hlm. 50-51
93
Sunarto Ady Wibowo, Op.cit, hlm.127
:
Universitas Sumatera Utara
1 Kewajiban dari rumah sakit dokter untuk memberikan informasi
kepada pasien sebelum dilakukannya tindakan medik kepada pasien, dan hak pasien untuk memperoleh informasi dari rumah sakit dokter
sebelum dilakukannya suatu tindakan medik oleh rumah sakit dokter. 2
Kewajiban rumah sakit dokter untuk mendapatkan persetujuan dari pasien sebelum melaksanakan tindakan medik dan hak pasien untuk
memberi atau menolak persetujuan akan dilakukannya tindakan medik oleh rumah sakit dokter.
Penjelasan di atas mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak memang dalam prakteknya haruslah diperhatikan.Pasien berhak mendapatkan
pelayanan kesehatan berupa penyembuhan terhadap penyakit yang dideritanya sedangkan si dokter bertanggungjawab menyembuhkan penyakit yang diderita si
pasien. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, dr. Ira Karina Siregar, SpM
yang merupakan salah satu dokter spesialis mata pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan berpendapat bahwa hubungan dokter dan pasien itu ibarat
tukang tambal ban dan ban yang bocor karena terkena paku. Seorang tukang tambal ban akan berusaha semampunya, sesuai dengan keahlian yang dimilikinya
untuk menambal ban tersebut sehingga tidak bocor lagi. Ban akan dapat dipergunakan kembali setelah melalui proses penambalan ban tersebut. Namun
ada efek samping dari penambalan tersebut yaitu ban tidak akan dapat kembali ke bentuk semula. Begitu juga dengan hubungan antara pasien dan dokter. Dokter
akan berusaha semampunya, sesuai dengan keahlian standar profesi dokter dalam hal menyembuhkan penyakit si pasien. Namun dari semua proses yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
pastilah ada efek samping yang akan dialami oleh si pasien. Misalnya pada mata pasien dilakukan operasi pengikisan katarak atau penghapusan selaput katarak
dari lensa. Setelah operasi dilakukan, kualitas penglihatan pasien akan lebih baik dari sebelumnya, namun terdapat efek samping yang diderita oleh si pasien yaitu:
kemungkinan komplikasi dari operasi katarak dapat melibatkan lengket atau gatal pada area mata yang merupakan reaksi yang ditimbulkan dari anestesi, lensa
mengalami robek selama operasi katarak atau kemungkinan juga fragmen yang tertinggal di dalam, sehingga membutuhkan operasi kedua, pasien dianjurkan
untuk tidak melihat lampu terang terlalu lama dan dianjurkan memakai kaca mata hitam untuk sementara waktu, ada juga kemungkinan penglihatan pasien jernih
namun tidak jelas untuk melihat jauh maupun dekat sehingga membutuhkan kaca mata bantu yang diberikan oleh dokter. Pada intinya bahwa dokter melakukan
suatu tindakan medis berdasarkan hati nurani dan kemampuan standar profesi dokter.
B.
Pertanggungjawaban Apabila Terjadi Wanprestasi Dan Perbuatan Melawan Hukum Yang Mengakibatkan Kerugian Pada Pasien
. Tanggungjawab hukum seorang dokter adalah suatu keterikatan dokter
terhadap ketentuan-ketentuan hukum dalam menjalankan profesinya.Tanggungjawab dalam bidang hukum perdata, terjadi jika dokter tidak
melaksanakan kewajibannya ingkar janji, yaitu tidak memberikan prestasi sebagaimana yang telah disepakati dan karena perbuatan melanggar hukum.
Tindakan dokter yang termasuk wanprestasi antara lain yaitu tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan. melakukan apa yang menurut
kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat, melakukan apa yang menurut
Universitas Sumatera Utara
kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna, melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya.
Dalam hukum perdata dasar pertanggungjawaban itu ada dua macam yaitu kesalahan dan risiko.Dengan demikian dikenal pertanggungjawaban atas dasar
kesalahan liability without based on fault dan pertanggungjawaban tanpa kesalahan liability without fault dikenal dengan tanggungjawab risiko risk
liability atau tanggung jawab mutlak strict liability. Prinsip dasar pertanggungjawaban atas dasar kesalahan mengandung arti bahwa seseorang
harus bertanggung jawab karena seseorang tersebut telah bersalah melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Sebaliknya prinsip tanggung jawab risiko
merupakan dasar pertanggungjawaban, maka konsumen pasien sebagai penggugat tidak diwajibkan lagi membuktikan kesalahan produsen dokter
sebagai tergugat sebab menurut prinsip ini dasar pertanggungjawaban bukan lagi kesalahan melainkan produsen dokter langsung bertanggung jawab sebagai
risiko usahanya.
94
Struktur jabatan pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat adalah sebagai berikut:
Bagan 2. Struktur Jabatan pada UPT KesehatanIndera Masyarakat Medan. Sumber:Hasil Wawancara dengan dr. Ira Karina Siregar,SpM pada tanggal 12 februari 2015
94
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Pertanggung-jawaban Menurut Hukum Perdata, Raja Grafindo Perada,Jakarta, 2006, hlm. 125
KEPALA UPT Dr. Kustinah,
M.Kes
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL SUB BAGIAN
TATA USAHA
Universitas Sumatera Utara
Dilihat dari struktur jabatan di atas menunjukkan bahwa setiap bagiannya memiliki pertanggungjawaban yang berbeda-beda satu sama lain. Jika terjadi
suatu wanprestasi atau perbuatan melawan hukum, maka yang bertanggung jawab adalah siapa pelaku secara langsung, misalnya dokter yang memeriksa baik itu
dokter umum, dokter spesialis maupun konsulen perawat.Selain itu pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat juga turut serta bertanggungjawab yang diwakili
oleh Kepala UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan. Pertanggungjawaban dari doktertenaga kesehatan muncul ketika adanya
suatu kesalahan yang dilakukan oleh pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan saat melakukan tindakan medis terhadap pasien dan dapat dibuktikan
bahwa dokter yang menangani pasien melakukan tindakan yang salah.Misalnya adanya kesalahan saat mengikis katarak pada mata si pasien, yang mengakibatkan
terganggunya lensa mata si pasien.Hal ini menjelaskan bahwa kesalahan yang diperbuat merupakan suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan standar medis
sebagaimana seharusnya.Cara membuktikan bahwa dokter tersebut telah melakukan wanprestasi tentunya dengan standar pembuktian yang professional.
Pembuktian tentang adanya perjanjian terapeutik tersebut dapat dilakukan pasien dengan mengajukan rekam medis atau dengan surat persetujuan tindakan medik
yang diberikan kepada pasien. Pasien harus mengajukan fakta bahwa dokter yang merawatnya tersebut tidak melakukan apa yang telah diperjanjikan, atau dokter
tersebut melakukan suatu perbuatan yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan, dan semua tindakan tersebut menyebabkan kerugian yang diderita
pasien.
Universitas Sumatera Utara
Doktertenaga kesehatan juga bertanggungjawab atas kerugian yang dialami oleh pasien akibat risiko tindakan medis yang dilakukan.Pasien tidak
harus membuktikan bahwa dokterlah yang mengakibatkan kerugian tersebut. C. Penyelesaian Sengketa Yang Dapat Ditempuh Oleh Para Pihak.
Sengketa yang timbul diantara dokter dan pasien dapat diakibatkan adanya kerugian yang dirasakan oleh salah satu pihak yang berikatan.Jika di tinjau dari
hukum perdata maka sengketa yang timbul antara dokter dan pasien adalah adanya wanprestasi dan perbuatan melawan hukum. Jika terjadi suatu wanprestasi
dan perbuatan melawan hukum antara dokter dan pasien maka terdapat 2 jenis penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh oleh para pihak :
a. Penyelesaian sengketa non litigasi di luar Peradilan
Penyelesaian sengketa di luar peradilan merupakan penyelesaian sengketa yang ditawarkan untuk pertama kalinya. Jalur non litigasi ialah jalur penyelesaian
sengketa yang dilakukan oleh para pihak yang didasarkan pada itikad baik dengan mengenyampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri Pasal 6
angka 1 UU No.3 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Adapun penyelesaian sengketa non litigasi dapat berupa:
a. Mediasi: suatu proses negosiasi untuk memecahkan masalah melalui pihak
luar yang tidak memihak dan netral yang akan bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan
sengketa tersebut secara memuaskan bagi kedua belah pihak
95
b. Konsiliasi: penyelesaian sengketa para pihak, melibatkan pihak ketiga
yang netral dan tidak memihak. Perbedaannya pada mediasi, mediator
95
Munir Fuady, Op.cit, hlm. 47
Universitas Sumatera Utara
berwenang menyarankan jalan keluar atau proposal penyelesaiana sengketa yang bersengkutan, sedangkan pihak konsiliator tidak ada
kewenangan untuk itu.
96
c. Negosiasi : sebagai suatu proses tawar menawar atau pembicaraan untuk
mencapai suatu kesepakatan terhadap masalah terjadi diantara para pihak.
97
d. Arbitrase: merupakan suatu badan yang dipilih oleh para pihak yang
bersengketa untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu. Orang yang ditunjuk dan dipilih oleh para pihak atau oleh Pengadilan
Negeri atau lembaga arbitrase untuk menyelesaikan sengketa dinamakan arbiter. Arbiter ini dapat memberikan keputusan yang mengikat para
pihak. Putusan arbitrase bersifat final dan mengikat Pasal 60 UU No.30 Tahun 1999
98
b. Penyelesaian sengketa litigasi melalui jalur Peradilan
Apabila salah satu pihak merasa dirugian oleh pihak lain, sedangkan telah dilakukan penyelesaian sengketa melalui jalur non litigasi di luar pengadilan
namun tidak menemukan titik damai antara kedua belah pihak, maka salah satu pihak yang merasa dirugikan dapat mengambil langkah pengajuan gugatan ke
peradilan. Langkah ini merupakan langkah terakhir yang diambil ketika sebelumnya telah mengadakan negosiasi, mediasi, konsiliasi maupun
arbitrase.Dalam hal ini, keputusan hakim adalah keputusan yang sangat mengikat dan menentukan kedudukan yang benar dan salah antara pihak yang menggugat
dan tergugat.
96
Sunarto Ady Wibowo, Op.cit, hlm. 149
97
Munir Fuady, Arbitrase,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm.42
98
Sunarto Ady Wibowo, Op.cit, hlm. 150-152
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan, bahwa selama UPT Kesehatan Indera Masyarakat
Medan berdiri, belum pernah terjadi penyelesaian sengketa sampai ke Pengadilan atau melakukan penyelesaian sengketa melalui jalur litigasi. Namun hal itu tidak
mengartikan bahwa tidak pernah terjadi sengketa antara pasien dan pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan.Doktertenaga kesehatan dan pasien
merupakan manusia biasa yang tidak luput dari permasalahan atau sengketa. Sengketa yang timbul sering sekali akibat kesalahpahaman dan kurang kehati-
hatian pihak pasien dalam melakukan nasehat dan saran dari dokter. Dr. Ira Karina Siregar, SpM mengatakan pernah terjadi suatu sengketa antara pasien dan
dokter pada UPT Kesehatan Masyarakat Medan. Pasien menuntut kepada pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan karena mata pasien tersebut tidak
kunjung sembuh dan semakin parah semenjak beberapa hari pasca operasi dilakukan. Pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan kemudian mengambil
langkah penyelidikan terhadap apa kemungkinan terbesar penyebab mata pasien tersebut tidak kunjung sembuh. Dokter spesialis mata akan melakukan
pemeriksaan terhadap pasien terlebih dahulu. Kemudian dokter akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada pasien mengenai hal-hal apa saja yang telah
dilakukan si pasien semenjak pasca operasi .Dari hasil pemeriksaan, ternyata si pasien tidak menjaga kebersihan tangannya saat mengganti verban dan tidak
menggunakan kaca mata untuk melindungi mata saat beraktivitas diluar ruangan. Inilah yang sering terjadi di UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan, pasien
terkadang tidak mengindahkan aturan, nasehat, saran yang diberikan oleh dokter. Misalnya, dokter menganjurkan kepada pasien untuk menggunakan kaca mata
Universitas Sumatera Utara
bantu agar mata tidak terkena debu untuk sementara waktu pasca operasi, memakai obat sesuai dengan petunjuk dokter, ganti verban dilakukan setiap hari
dengan tetap menjaga kebersihan verban dan tangan, pasien tidak boleh menunduk selama 3 minggu, pasien dilarang mengangkat benda-benda yang berat
selama 3 minggu serta pasien dianjurkan saat tidur atau berbaring tidak menggunakan sisi mata yang baru dioperasi. Setelah mengetahui penyebab mata si
pasien yang tidak kunjung sembuh, maka dokter akan menjelaskan kepada si pasien atau keluarga yang mendampingi pasien dengan menggunakan bahasa yang
mudah dipahami agar tidak terjadi kesalahpahaman. Bentuk tanggungjawab seorang dokter akan tampak ketika seorang dokter tetap mau memberikan
pengobatan kepada si pasien sekalipun pasien telah melanggar saran dan nasihat dokter sebelumnya.
Penyelesaian sengketa jalur non litigasi dilakukan dengan beberapa tahap yaitu penyelidikan penyebab masalahsengketa, pemeriksaan kembali terhadap
kondisi pasien oleh dokter, dan penyelesaian masalah.Pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan dapat terbantu dengan melihat rekam medis pasien.
Dalam rekam medis akan terpampang hal-hal mengenai riwayat kondisi kesehatan pasien, mulai dari pemeriksaan awal, pelaksanaan tindakan medis, hingga hal-hal
yang seharusnya dilakukan pasien pasca operasi.Pihak UPT Kesehatan Indera masyarakat selalu berusaha mengambil langkah musyawarah atau jalur non
litigasi ketika terdapat sengketa antara doktertenaga kesehatan dan pasien.Apabila dokter yang melakukan tindakan medis terhadap pasien memang
terbukti melakukan kesalahan, setelah dilakukan penyelidikan penyebab timbulnya masalah dan telah melalui proses diskusi oleh komite medik dokter
Universitas Sumatera Utara
yang memiliki peran menangani hal-hal yang berkaitan dengan etik kedokteran dalam pelayanan kesehatan, para dokter dan kepala UPT Kesehatan Indera
Masyarakat Medan, maka akan kepada dokter yang bersalah akan dikenakan sanksi etik kedokteran dan pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan akan
memberikan ganti rugi berupa upaya penyembuhan terhadap pasien. Jika penyelesaian melalui jalur non litigasi tidak dapat tercapai, maka
pasien berhak untuk mengajukan gugatan ke pengadilan, dengan alasan adanya pembuktian yang kuat bahwa pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat telah
melakukan suatu kesalahan dalam tindakan medis terhadap pasien.
D. Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Pasien Sebagai Konsumen Pelayanan Medis Berdasarkan Hukum Positif Indonesia Pada Unit
Pelayanan Teknis Balai Kesehatan Indera Masyarakat Medan.
Perlindungan hukum sangat diperlukan untuk menjaga hak- hak masing- masing pihak.Dalam hal ini perlindungan hukum tentunya bertujuan untuk
mencapai kedamaian dan ketertiban yang terjalin antara pihak yang melakukan perikatan.Tidak dapat dipungkiri bahwa kita sebagai subjek hukum yaitu manusia
tidak luput dari kesalahan maupun kelalaian.Begitu pula halnya dalam hubungan doktertenaga kesehatan dan pasien.Pasien memiliki hak dan kewajiban tersendiri
dan begitupula sebaliknya dokter juga memiliki hak dan kewajiban tersendiri. Kedua pihak ini saling berhubungan satu sama lain.
Pasien merupakan bagian dari konsumen pelayan kesehatan.Artinya perikatan yang terjalin antara dokter dan pasien yaitu melalui perjanjian terapeutik
yang berdasarkan tidak hanya pada UU Kesehatan maupun UU Praktik Kedokteran saja, namun pula berdasar pada UU Konsumen dan Kitab UU Hukum
Universitas Sumatera Utara
Perdata.Dengan adanya peraturan perundang-undangan ini sangat jelas terlihat bahwa hak-hak pasien sebagai konsumen sangat diperhatikan dan diberikan
perlindungan hukum oleh negara kita sendiri. Berdasarkan wawancara yang dilakukan sebagaimana terlampir, terlihat
bahwa pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat telah mengetahui pula peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan perlindungan hak-hak pasien
sebagai konsumen pelayan jasa medis, namun sering melupakan bahwa sesungguhnya hal itu berhubungan juga dengan UU Konsumen. Dimana dasar
hukum perlindungan pasien di UPT Kesehatan Indera Masyarakat tidak berbeda dengan dasar hukum perlindungan pasien di rumah sakit.
Untuk lebih jelas lagi, berikut akan dijabarkan peraturan perundang- undangan yang menjadi dasar perlindungan hukum terhadap hak-hak pasien
sebagai konsumen pelayan jasa medis, yang dalam hal ini jika ditinjau dari segi hubungan perdata yaitu perjanjian terapeutik yang terjalin antara doktertenaga
kesehatan dan pasien. Pengaturan mengenai perlindungan hukum pasien ini tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan yaitu :
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Hubungan antara dokter dan pasien di UPT Kesehatan Indera Masyarakat sama halnya seperti pelaku usaha dan konsumen pengguna jasa medis. Dimana
pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat memberikan barang dan jasa yang dalam hal ini jasa pelayanan medis terhadap pasien yang datang.
Pasien dan pihak tenaga kesehatan UPT Kesehatan Indera Masyarakat jika ditinjau dari hukum perdatanya, diantara keduabelah pihak tersebut saling
mengikatkan diri satu sama lain. Perikatan tersebut terlihat dengan adanya
Universitas Sumatera Utara
perjanjian diantara keduanya, namun ada juga perikatan berdasarkan undang- undang.
Mulai dari hak dan kewajiban, pertanggungjawaban atas sengketa akibat wanprestasi maupun perbuatan melawan hukum hingga penyelesaian sengketa
melalui jalur litigasi dan non litigasi sangat berhubungan dengan aturan dalam hukum perdata.
Mengenai perjanjian terapeutik diatur pada Pasal 1320 KUHPerdata bahwa seseorang dapat dikatakan sah melakukan perjanjian adalah ada kata sepakat,
cakap hukum, tentang sesuatu dan adanya suatu sebab yang halal. Dari Pasal 1320 KUHPerdata sangat berkesinambungan pula dengan Pasal 1337 dan 1338
KUHPerdata.Pada Pasal 1337 KUHPerdata berbicara mengenai hal yang diperjanjikan haruslah sesuai dengan undang-undangaturan yang berlaku,
memperhatikan kesusilaan dan ketertiban dalam masyarakat.Sedangkan Pasal 1338 KUHPerdata berbicara mengenai asas-asas yang digunakan ketika
melakukan suatu perikatan, yaitu adanya asas kebebasan berkontrak, asas konsensual, asas pacta sunt servanda, dan asas itikad baik.
Bentuk perlindungan hukum terhadap hak-hak pasien dapat terlihat jelas pada Pasal 1239 KUHPerdata, yaitu seorang dokter yang melakukan
penyimpangan berupa ingkar janji atau cedera janji atas perjanjian teraupetik, maka dokter tersebut memliki tanggung jawab secara perdata. Seorang pasien
dapat mengajukan gugatan atas wanprestasi yang dilakukan oleh dokter tersebut. Bila ditinjau dari Pasal 1367 KUHPerdata jelas di pasal ini disebutkan
bahwasannya tuntutan pertanggungjawaban juga dapat dimintakan ke pihak badan medis dimana si dokter melakukan tindakan medisnya, dalam hal ini UPT
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan Indera Masyarakat turut pula bertanggungjawab. Pasal 1367 KUHPerdata disebutkan bahwa seseorang tidak hanya bertanggungjawab atas
kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya, atau
disebabkan barang-barang yang berada di bawah penguasannya.
2. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Kosnsumen
Menurut Pasal 1 butir 1 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen ditegaskan bahwa perlindungan hukum bagi konsumen
adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen. Kepastian hukum untuk memberikan
perlindungan kepada konsumen antara lain adalah dengan meningkatkan pelayanan jasa yang baik terhadap konsumen oleh pelaku usaha yang memiliki
karakter yang penuh tanggungjawab. Tetapi dalam kenyataannya masih banyak pelanggaran hak-hak konsumen yang dilakukan oleh pelaku usaha.Hal semacam
ini tidak hanya terjadi di bidang bisnis saja, namun juga di bidang kesehatan.Berdasarkan hasil wawancara yang sebagaimana terlampir, terlihat
sekilas bahwa pihak tenaga kesehatan tidak begitu memperhatikan bahwa Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen memiliki
dasar peraturan yang berkenaan dengan perlindungan hak pasien sebagai konsumen jasa medis.
Pasien merupakan konsumen jasa medis yang harus dilindungi hak- haknya,sehingga mengarahlah pula ke UU No.8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen. Selain itu, Keputusan Menteri Kesehatan RI No.756M EN.KESSKVI2004 tentang Persiapan Liberalisasi Perdagangan dan Jasa di
Universitas Sumatera Utara
Bidang Kesehatan, menyatakan bahwa jasa layanan kesehatan termasuk bisnis.Bahkan, World Trade Organisation WTO memasukkan Rumah Sakit
RS, dokter, bidan maupun perawat sebagai pelaku usaha.
99
1.
Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan atau jasa;
Memang dalam UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen tidak ada disebutkan secara langsung hal mengenai hak dan kewajiban seorang
pasien, namun di dalam undang-undang tersebut disebutkan hak dan kewajiban konsumen yang sebagaimana telah dijelaskan bahwa pasien termasuk konsumen.
Berikut hak dan kewajiban konsumen yang terdapat dalam UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yaitu:
a. Hak-hak konsumen menurut Pasal 4 UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen:
2.
Hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta
jaminan yang dijanjikan;
3.
Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa;
4.
Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan;
5.
Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6.
Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
99
http:sorot.vivanews.comnewsread34856-tabib_pengantar_maut. Berita Akses Minggu, 1 Desember 2013.
Universitas Sumatera Utara
7.
Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif berdasarkan suku, agama, budaya, daerah,
pendidikan, kaya, miskin dan status sosial lainnya;
8.
Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian. Apabila barang danatau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; dan
9.
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perudang- undangan lainnya.
b. Kewajiban konsumen menurut UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen:
1.
Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan
dan keselamatan;
2.
Beriktikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa;
3.
Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati,
4.
Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut
Adapun pasien merupakan bagian dari konsumen dalam UU Perlindungan Konsumen, maka dokter merupakan pelaku usaha yang juga memiliki hak dan
kewajiban. Berikut merupakan hak dan kewajiban pelaku usaha sebagaimana disebutkan dalam UU Perlindungan Konsumen:
a. Hak pelaku usaha menurut UU No.8 tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen:
Universitas Sumatera Utara
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan
kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang danatau jasa yang diperdagangkan;
2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan
konsumen yang beriktikad tidak baik; 3.
Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum
bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang danatau jasa yang diperdagangkan;
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan b.
Kewajiban pelaku usaha menurut UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen:
1. Beriktikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang danatau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan;
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif; 4.
Menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang
danatau jasa yang berlaku;
Universitas Sumatera Utara
5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji danatau
mencoba barang danatau jasa tertentu serta memberi jaminan danatau garansi atas barang yang dibuat danatau yang
diperdagangkan; 6.
Memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pamakaian dan pemanfaatan barang
danatau jasa yang diperdagangkan 7.
Memberi kompensasi ganti rugi danatau penggantian apabila barang danatau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai
dengan perjanjian. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen harus diperhatikan secara cermat apakah tindakan yang dilakukan oleh dokter sudah sesuai dengan kewajibannya dan sudah sesuai dengan transaksi
teraupetik atau tidak dan apakah dalam pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan tersebut ada kaitannya dengan pihak-pihak di rumah sakit selain dokter
yang bersangkutan. Apabila terjadi suatu tindakan yang merugikan pasien oleh pihak tenaga kesehatandokter maka pihak tenaga kesehatandokter haruslah
memberikan pertanggungjawaban akan hal itu. Begitu pula diatur di dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen, dimana konsumen dapat menuntut
ganti rugi kepada pelaku usaha dan sebaliknya pelaku usaha berkewajiban untuk memberikan ganti rugi. Lebih jelas lagi dalam Pasal 19 ayat 1 UU Perlindungan
Konsumen disebutkan bahwa tanggung jawab pelaku usaha terdiri dari tanggungjawab ganti rugi atas kerusakan, pencemaran dan atau tanggungjawab
Universitas Sumatera Utara
pelaku usaha atas kerugian konsumen atas kegiatan mengkonsumsi barang jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan oleh pelaku usaha.
3. Undang-Undang No.29 Tahun 2004 Tentang Parktik Kedokteran
Adapun bentuk perlindungan hak-hak pasien jika ditinjau dari Undang- Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran yaitu pemberian hak
kepada pasien untuk melakukan upaya hukum pengaduan kepada Ketua Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, yang dapat juga secara bersamaan
melakukan upaya hukum secara hukum pidana maupun hukum perdata ke pengadilan serta pemberian wewenang kepada Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia MKDKI untuk mengeluarkan keputusan menjatuhkan sanksi disiplin kepada dokter yang terbukti bersalah.
Untuk lebih jelas lagi, perlindungan hukum terhadap hak- hak pasien apabila terjadi wanprestasi maupun perbuatan melawan hukum ,dapat dilihat pada
Pasal 66, 67 dan 68 Undang-Undang No.39 Tahun 2009 Tentang Praktik Kedokteran, yaitu:
Pasal 66
Ayat 1 Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas
tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis Kehormatan
Disiplin Kedokteran Indonesia.
Ayat 2 Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat :
Universitas Sumatera Utara
a. identitas pengadu;
b. nama dan alamat tempat praktik dokter atau dokter gigi dan waktu
tindakan dilakukan; dan c.
alasan pengaduan. Ayat 3
Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak
pidana kepada pihak yang berwenang danatau menggugat kerugian perdata ke pengadilan.
Pasal 67
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia memeriksa dan memberikan keputusan terhadap pengaduan yang berkaitan dengan
disiplin dokter dan dokter gigi.
Pasal 68
Apabila dalam pemeriksaan ditemukan pelanggaran etika, Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia meneruskan pengaduan pada
organisasi profesi. Pada UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan apabila dokter melakukan
suatu tindakan medis yang tidak sesuai dengan standar profesi dokter yang berakibat kerugian terhadap pasien, maka selain sanksi pidanaperdata, dokter
juga akan dikenakan sanksi atas pelanggaran etika sebagaimana juga diatur dalam Undang-Undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.
4. Undang-Undang No. 39 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Selain mengatur tentang hak dan kewajiban setiap pihak yang berhubungan dalam bidang kesehatan, undang-undang ini mengatur pula
pengaturan khusus tentang perlindungan pasien, antara lain:
Pasal56 :
Ayat 1 Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh
tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.
Ayat 2 Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak
berlaku pada: a.
penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke dalam masyarakat yang lebih luas
b. keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau
c. gangguan mental berat.
Ayat 3 Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 diatur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Pasal57 :
Ayat 1 Setiap orang bersedia atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan.
Ayat 2
Universitas Sumatera Utara
Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku dalam hal:
a. perintah undang-undang;
b. perintah pengadilan;
c. izin yang bersangkutan;
d. kepentingan masyarakat; atau
e. kepentingan orang tersebut
Di dalam undang-undang ini diatur juga tentang bentuk perlindungan hukum terhadap hak-hak pasien yaitu berupa pertanggungjawaban seorang
doktertenaga kesehatan atas tindakan wanprestasi maupun perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian terhadap pasien memberikan ganti rugi atas
kerugian yang timbul karena kesalahan maupun kelalaian dokter, baik melalui gugatan ganti rugi secara perdata maupun penggabungan penuntutan hukum
pidana dan gugatan ganti rugi dalam proses hukum pidana ke pengadilan. Adapun ketentuan tersebut terdapat pada Pasal 58 ayat 1, ayat 2 dan
ayat 3, yaitu:
Pasal 58 :
Ayat 1 Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga
kesehatan, danatau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya.
Ayat 2
Universitas Sumatera Utara
Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat. Ayat 3
Ketentuan mengenai tata cara pengajuan tuntutan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Berhubungan dengan tuntutan ganti rugi yang diajukan oleh pihak pasien,
di dalam surat ijin operasi terdapat klausula bahwa tidak adanya keberatan dari pihak pasien atas tindakan medis yang dilakukan di UPT Kesehatan Indera
Masyarakat, segala akibat pengobatan dan tindakan operasi tidak akan menjadi alasan untuk mengadakan tuntutan atau gugatan ke UPT Kesehatan Indera
Masyarakatke pengadilan di kemudian hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di UPT Keshatan Indera Masyarakat, bahwa pasien tidak dapat
menuntutmenggugat tindakan medis yang dilakukan, kecuali tindakan medis yang secara nyata diberikan kepada pasien tidak sesuai dengan perjanjian yang
disepakati sebelumnya, tidak sesuai dengan standar profesi kedokteran,dan terbukti bahwa doktertenaga kesehatan yang menangani pasien melakukan
kelalaian ataupun kesalahan maka pasien dapat menuntut ganti rugi kepada pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan.
5. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Masalah hukum yang terjadi antara pasien dan tenaga kesehatan tidak hanya terpaku kepada hukum perdata, hukum kedokteran, hukum kesehatan dan
hukum perlindungan konsumen.Walupun pada dasarnya hubungan antara pasien
Universitas Sumatera Utara
dan tenaga kesehatan adalah adanya sebuah perikatan melalui perjanjian terapeutik.Namun jika ada seorang dokter yang tidak melakukan pekerjaannya
sesuai dengan standar operasional kedokteran dan standar prosedur tindakan medik berarti telah melakukan kesalahan atau kelalaian, yang selain dapat dituntut
secara hukum perdata juga dapat dituntut secara pidana.Penuntutan pertanggungjawaban pidana hanya dapat dilakukan jika pasien menderita cacat
permanen atau meninggal dunia, sedangkan gugatan secara perdata dapat dilakukan asal pasien menderita kerugian meskipun terjadi kesalahan kecil.
100
Jika seorang dokter lalai atau melakukan kesalahan yang berakibat fatal berupa luka, cacat bahkan kematian terhadap pasien dikarenakan tidak melakukan
tindakan medis sebagaimana mestinya menurut standar profesi kedokteran, maka disebutlah dengan istilah malpraktek.Adapun akibat yang menjadi unsur
malpraktek kedokteran pidana adalah kematian, luka berat, rasa sakit, atau luka yang mendatangkan penyakit, atau luka yang menghambat tugas dan mata
pencaharian.
101
Dalam hal adanya malpraktek kedokteran pidana crime malpractive, pertanggungjawaban pidana itu harus dapat dibuktikan tentang adanya kesalahan
profesional, misalnya kesalahan diagnosis atau kesalahan cara pengobatan ataupenyembuhan. Selain karena adanya malpraktek tuntutan pidana dapat
dilakukan oleh pasien apabila Selanjutnya mengenai ketentuan pidananya tercantum pada Pasal
360 KUHP.
102
100
Wila Chandrawila Supriadi, Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung, 2001, hlm. 43.
101
Adami Chazawi, Malpraktik Kedokteran. Cet. I. Ed.I, Banyu Media Publishing, Malang, hlm. 103.
102
Pitono Soeparto, dkk, Etik dan Hukum di Bidang Kesehatan, Airlangga University Press, Surabaya, 2008, hlm.147.
:
Universitas Sumatera Utara
1. menipu pasien Pasal 378 KUHP;
2. tindak pelanggaran kesopanan Pasal 290, 294, 285, dan 286 KUHP;
3. sengaja membiarkan pasien tidak tertolong Pasal 304 KUHP;
4. pengguguran kandungan tanpa indikasi medis Pasal 299, 384, dan 349
KUHP; 5.
membocorkan rahasia medis Pasal 322 KUHP; 6.
lalai sehingga menyebabkan kematian dan luka-luka Pasal 359, 360, dan 361 KUHP;
7. memberikan atau menjual obat palsu Pasal 386 KUHP;
8. membuat surat keterangan palsu Pasal 263 dan 267 KUHP;
9. melakukan euthanasia Pasal 344 KUHP; dan
10. membocorkan rahasia medis Pasal 322 KUHP
Jadi pada dasarnya hubungan antara pasien dan doktertenaga kesehatan tidak hanya ditinjau dari segi hubungan perdatanya saja.Ketika terjadi suatu
malpraktek yang berakibat fatal terhadap pasien, maka dikaitkanlah dengan hukum pidana.Dalam malpraktek medis, dokter yang melakukannya telah
memenuhi unsur-unsur kesalahan, seperti adanya kesengajaan dan kelalaian, kecerobohan serta tidak melakukan kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam
standar pelayanan medis dan standar prosedur operasional dalam menangani penyakit pasien,sehingga peristiwa malpraktek dapat dituntut pertanggungjawaban
pidana. Perlindungan hukum terhadap hak-hak pasien sangat diperhatikan pada
UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan.Hal itu terlihat ketika pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat Medan memberikan kebebasan kepada para pasien
Universitas Sumatera Utara
untuk menggugat maupun menuntut apabila terjadi wanprestasiperbuatan melawan hukum yang mengakibatkan kerugian serta tindakan malpraktek oleh
dokter dan dapat dibuktikan oleh pasien. Namun pihak UPT Kesehatan Indera Masyarakat tidak terlalu memperhatikan bahwa mengenai hak dan kewajiban
maupun bentuk pertanggungjawaban antara doktertenaga kesehatan dan pasien diatur juga di dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen .Hal itu dikarenakan pasien juga bagian dari konsumen jasa medis.
Universitas Sumatera Utara
103
BAB. V PENUTUP
A. Kesimpulan