Latar Belakang Perlindungan Hukum Terhadap Hak-Hak Pasien Berdasarkan Hukum Positif Indonesia(Studi Padaunit Pelayanan Teknis Balai Kesehatan Indera Masyarakat Medan)

1 BAB.I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara hukum.Hukum merupakan keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedah-kaedah dalam suatu kehidupan bersama; keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.Wirjono Projodikoro menyebutkan bahwa hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah laku orang-orang sebagai anggota masyarakat,sedangkan satu-satunya tujuan hukum ialah mewujudkan keelamatan,bahagia dan tata tertib dalam masyarakat itu. 1 Dapat dikatakan bahwa pada dasarnya hukum memegang peranan penting dalam berbagai segi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.Hukum tidak dapat lepas dari kehidupan manusia.Hal itu juga didasari adanya kepentingan masyarakat yang mempengaruhinya.Kita sebagai manusia selalu dikelilingi oleh bahaya yang mengancam kepentingan kita tersebut. Kepentingan dari perorangan dan kepentingan golongan-golongan manusia selalu akan bertentangan satu sama lain. Hal ini akan diakhiri dengan timbulnya suatu pertikaian. 2 1 Wirjono Projodikoro,Perbuatan Melanggar Hukum Perdata dari Sudut Hukum Perdata, Mandar Maju, Bandung, 2000, hlm.3. 2 L.J.Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, PT.Pradnya Paramita, Jakarta,2009, hlm.11. Dalam hal inilah hukum sangat diperlukan untuk mengatur serta menimbang kepentingan-kepentingan tersebut demi mewujudkan suatu perdamaian dalam masyarakat bernegara. Universitas Sumatera Utara Masyarakat awam cenderung memandang bahwa bila berbicara mengenai hukum hanya mengarah pada peraturan perundang-undangan yang berujung pada pencapaian suatu keadilan dalam hubungan masyarakat.Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum yang paling banyak dibicarakan sepanjang perjalanan sejarah filsafat hukum. Tujuan hukum bukan hanya keadilan, tetapi juga kepastian hukum dan kemanfaatan hukum.Idealnya, hukum memang harus mengakomodasikan ketiganya.Ketiga tujuan hukum ini sangat berkesinambungan satu dengan yang lainnya. Adil atau keadilan adalah menyangkut hubungan manusia dengan manusia lain yaitu bersentuhan dengan hak dan kewajiban.Bagaimana pihak-pihak yang saling berhubungan mempertimbangkan haknya yang kemudian dihadapkan dengan kewajibannya. Dalam hal inilah keadilan itu berfungsi.Kemanfaatan hukum perlu diperhatikan karena semua orang mengharapkan adanya manfaat dalam pelaksanaan penegakan hukum.Jangan sampai penegakan hukum justru menimbulkan keresahan.Adanya kepastian hukum merupakan harapan bagi pencari keadilan terhadap tindakan sewenang-wenang dari aparat penegak hukum yang terkadang selalu arogansi dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum. Karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tahu kejelasan akan hak dan kewajiban menurut hukum.Jadi pada intinya ketiga unsur tujuan hukum tersebut diatas haruslah mendapat perhatian secara proporsional yang seimbang. Berbicara mengenai hukum maka juga bersinggungan dengan sistem hukum yang merupakan suatu susunan dari aturan-aturan hidup yang keseluruhannya terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain. Menurut Universitas Sumatera Utara Friedman, sistem hukum adalah suatu sistem yang meliputi substansi, hukum, dan budaya hukum. Dalam hal ini ada 2 sistem hukum yang lebih menonjol di mata hukum diseluruh dunia, yaitu sistem hukum Eropa Kontinental dan sistem hukum Anglo Saxon.Sistem hukum Eropa Kontinental, sistem hukum ini berkembang di Eropa daratan seperti Belanda, Prancis dan termasuk Indonesia.Sistem hukum ini disebut juga dengan Civil Law.Sistem hukum ini mengutamakan hukum yang memperoleh kekuatan hukum yang meningkat karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematis didalam kodifikasi pembukuan.Sedangkan sistem hukum Anglo Saxon merupakan sistem hukum yang berkembang di Inggris, kemudian meluas ke Amerika Serikat, Kanada, dan Australia.Sistem hukum ini disebut juga dengan Common Law.Sumber sistem hukum terdiri dari yurisprudensi, kebiasaan- kebiasaan, peraturan administrasi negara.Fungsi hukum pada sistem hukum ini, tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan peraturan- peraturan hukum saja, melainkan perannya sangat besar, yaitu membentuk seluruh tata kehidupan masyarakat. Perkembangan hukum tidak dapat dilepaskan dari sistem hukum yang dianut oleh suatu negara atau masyarakat.Dalam hubungan perkembangan hukum tersebut juga tidak terlepas dari perkembangan ilmu-ilmu lain seperti kesehatan kedokteran .Maka dengan sendirinya hukum kesehatan berkembang seiring dengan perkembangan manusia. Hukum kesehatan public health law lebih banyak mengatur hubungan hukum dalam pelayanan kesehatan atau hukum kesehatan dapat dibatasi pada hukum yang mengatur antara pelayanan kesehatan dokter, rumah sakit, puskemas dan tenaga-tenaga kesehatan lain dengan pasien. Universitas Sumatera Utara Dalam kondisi sehat, orang dapat berpikir dan melakukan segala aktivitasnya secara optimal dan menghasilkan produk-produk yang bermanfaat bagi kehidupannya. Bila kesehatan seseorang terganggu, maka mereka akan melakukan berbagai cara untuk dapat mengembalikan kesehatannya seperti semula. Salah satunya adalah dengan cara berobat pada sarana-sarana pelayanan kesehatan yang tersedia. Upaya penyembuhan tersebut perlu didukung dengan sarana pelayanan kesehatan yang baik dan harus didasari dengan suatu sistem pelayanan medis yang baik pula dari sarana pelayanan kesehatan tersebut. Mengingat bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang, maka sangat diperlukan suatu hukum yang mengatur segala tindakan medis yang terjalin dalam hubungan antara pihak tenaga medis dengan para pasien.Hubungan antara pihak tenaga medis dan para pasien adalah mencakup adanya hak dan kewajiban antara pasien dan tenaga medis dalam melakukan suatu tindakan medis.Hak dan kewajiban tersebut seyogyanya dilaksanakan seadil- adilnya sesuai dengan undang-undang berlaku yang mengaturnya. Perkembangan teknologi yang semakin pesat sejalan pula dengan semakin berkembangnya instrumen-instrumen serta pengetahuan yang digunakan dalam melakukan tindakan medis.Perkembangan ini seiring dengan semakin banyaknya pula kasus-kasus yang bermunculan di tengah masyarakat tentang kelalaian dan kesalahan dalam melakukan suatu tindakan pelayanan medis.Kelalaian dalam melakukan tindakan medis itu sering disebut dengan tindakan malpraktek.Sudah tidak asing lagi di telinga kita dengan istilah malpraktek dalam dunia kesehatan.Berdasarkan pengertiannya bahwa malpraktek adalah tindakan profesional yang tidak benar atau kegagalan untuk menerapkan keterampilan Universitas Sumatera Utara profesional yang tepat oleh profesional kesehatan seperti dokter, ahli terapi fisik, atau rumah sakit.Malpraktik mengharuskan pasien membuktikan adanya cedera dan bahwa hal itu adalah hasil dari kelalaian oleh profesional kesehatan. 3 Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angeles, California, 1956 memberikan defenisi malpraktek dengan suatu kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran di lingkungan yang sama. 4 Adapun salah satu langkah hukum yang dapat diambil oleh para pasien korban malpraktek adalah dengan melayangkan gugatan kepada lembaga peradilan yang berwenang akan hal tersebut. Gugatan ini pada intinya menuntut Banyaknya kasus-kasus tentang malpraktek yang pada akhirnya berujung pada kerugian yang dirasakan oleh salah satu pihak, dalam hal ini pasienlah merupakan pihak yang rentan mengalami kerugian dalam dunia pelayanan kesehatan.Seiring dengan keadaan tersebut, setiap masyarakat seharusnya dituntut untuk lebih peka terhadap aturan yang mengatur tentang hubungan antara tindakan tenaga pelayanan medis dan pasien. Hal itu dihimbau agar terkhususnya para pasien mengerti akan peran dan tindakan yang akan dilakukan apabila terjadi malpraktek yang mengakibatkan kerugian pada dirinya. Semakin sadar masyarakat akan aturan hukum, semakin mengetahui mereka akan hak dan kewajibannya dan semakin luas pula suara-suara yang menuntut agar hukum memainkan peranannya di bidang kesehatan. 3 http:kamuskesehatan.comartimalpraktik, diakses tanggal 20 September 2014,pukul 20.00WIB 4 Agung Rakhmawan,http:agungrakhmawan.wordpress.com20090620malpraktekdala mpelayanan-kesehatan,Malprak- tek Dalam Pelayanan Kesehatan, diakses pada tanggal 11 Agustus 2010. Universitas Sumatera Utara pertanggungjawaban dari pihak tenaga pelayan medis.Sudah seharusnya pula pihak tenaga pelayan medis memberikan pertanggungjawaban yang sepantasnya sesuai dengan aturan dan undang-undang yang mengaturnya.Gugatan dari pihak pasien untuk meminta pertanggungjawaban dari dokter maupun pihak rumah sakit didasarkan pada Pasal 1239 KUHPerdata yaitu “...apabila si berutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga....” 5 dan pada Pasal 1365 KUHPerdata yaitu “ Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.” 6 Dalam praktiknya istilah kontrak dan perjanjian terkadang membuat pandangan yang begitu rancu mengenai pemaknaan kedua istilah Hubungan antara pasien dengan pihak tenaga pelayanan medis pada dasarnya mengacu pada adanya hubungan perjanjian antara kedua belah pihak yang bersepakat sebelum dilakukan atau diambilnya suatu tindakan medis. Menurut Pasal 45 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran, perikatan yang terjadi di antara tenaga kesehatan dengan pasien merupakan suatu bentuk persetujuan dari pasien sebelum tenaga kesehatan melakukan tindakan medis kepada pasien. Tindakan medis tersebut yang mengandung risiko yang tinggi harus diberikan dengan persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan persetujuan. Adanya suatu perikatan, diharapkan pasien atau keluarga pasien pun dapat lebih mengerti pada risiko yang akan terjadi. 5 R. Subekti R.Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ,Pradnya Paramita,2004, hlm .324 6 Ibid, hlm .346 Universitas Sumatera Utara tersebut.Sehingga di kalangan para ahli memberikan pendapat yang berbeda-beda mengenai kedua istilah tersebut.Subekti mempunyai pendapat yang berbeda mengenai pengertian kedua istilah ini.Menurut Subekti istilah kontrak mempunyai pengertian yang lebih sempit karena ditujukan kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis. 7 Sedangkan sarjana lain seperti Pothier tidak memberikan pembedaan antara kontrak dengan perjanjian, namum membedakan pengertian contract dan convention pacte. Disebut convention pacte yaitu perjanjian dimana dua orang atau lebih menciptakan,menghapuskan opheffen, atau mengubah weijzegen perikatan. Sedangkan contract adalah perjanjian yang mengharapkan terlaksanakannya perikatan. 8 1. Tidak jelas karena perbuatan ada dua macam yaitu perbuatan biasa dn perbuatan hukum. Dalam Kitab UU Hukum Perdata Burgerlijk Wetboek pada Pasal 1313 merumuskan mengenai pengertian dari kontrak atau perjanjian adalah “ Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.“Dari defenisi Pasal 1313 KUH Perdata ini apabila diperhatikan banyak mempunyai kelemahan dan kurang jelas. Kelemahan defenisi perjanjian pada Pasal 1313 KUH Perdata ini adalah: 2. Subjek hukum tidak hanya orang, melainkan juga badan hukum. 3. Perjanjian tidak hanya sepihak melainkan juga ada perjanjian timbal balik. 9 7 R.Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, Intermasa, 1996, hlm.1. 8 Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Hukum Perikatan, Surabaya, Bina Ilmu, 1978, hlm.84. 9 Sunarto Ady Wibowo, Hukum Kontrak Terapeutik di Indonesia, Pustaka Bangsa Press,Medan, 2009, hlm.17. Universitas Sumatera Utara Dilandaskan pada pemahaman perjanjian atau kontrak yang telah dirumuskan dalam Pasal 1313 BW, maka pada dasarnya penulis akan menggunakan kedua istilah tersebut dalam penulisan skripsi ini. Hal ini bukan mengartikan bahwa penulis tidak konsisten dengan penggunaan kedua istilah tersebut, tetapi semata-mata untuk memudahkan dalam pemahaman terhadap rangkaian kalimat yang disusun. Adapun yang menjadi alasan mengapa hubungan tenaga medis dan pasien mengacu pada titik adanya suatu perjanjian yang terjalin antara keduabelah pihak karena adanya kesanggupan dari dokter untuk mengupayakan kesehatan dan kesembuhan pasien.Pasien berinisiatif sendiri untuk mendatangi pihak tenaga medis untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudian pihak medis mengambil langkah atau tindakan medis yang sesuai dengan kebutuhan si pasien berdasarkan perjanjian tertulis yang disepakati oleh keduabelah pihak. Hubungan hukum ini bersumber pada kepercayaan pasien terhadap dokter, sehingga pasien bersedia memberikan persetujuan tindakan medis Informed Consent, yaitu suatu persetujuan pasien untuk menerima upaya medis yang akan dilakukan terhadapnya. Hubungan hukum dokter atau dokter gigi dan pasien yang terjadi karena undang-undang memberikan kewajiban kepada dokter atau doktergigi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Artinya untuk terjadinya hubungan hukum ini tidak diperlukan prakarsa bahkan partisipasi pasien. Hubungan-hubungan hukum seperti ini terjadi misalnya pada keadaan emergensi yang tidak memungkinkan meminta persetujuan pasien untuk terjadi pelayanan Universitas Sumatera Utara kesehatan, padahal undang-undang memerintahkan kepada dokter atau dokter gigi memberikan pertolongan. 10 Secara umum perlindungan hukum diberikan kepada subjek hukum ketika subjek hukum yang bersangkutan bersinggungan dengan peristiwa hukum. Perlunya perlindungan hukum terhadap hak-hak pasien apabila terjadi suatu kelalaian dalam tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga medis serta banyaknya kasus-kasus tentang malpraktek medis, menjadi suatu alasan utama untuk membuat tulisan yang membahas tentang perlindungan hukum terhadap hak-hak pasien yang lebih terfokus tidak hanya kepada pandangan hukum perdata saja namun juga bagaimana UU Perlindungan Konsumen, UU tentang Kesehatan dan UU tentang Kedokteran dan hukum pidana menelusuri tentang perlindungan hak-hak pasien yang dimaksud tersebut. Hubungan hukum mengenai pelayanan kesehatan tidak juga hanya berporos pada hubungan antara tenaga medis dan pasien saja. Namun pada dasarnya, rumah sakit,puskesmas,unit pelayanan teknis kesehatan lainnya juga sangat berpengaruh terhadap hubungannya dengan tindakan medis yang dilakukan tenaga medis terhadap pasien. Pihak lembaga pelayanan kesehatan tersebut harus juga memperhatikan seiring tindakan tenaga medis yang sebagaimana diatur dalam etika profesi seorang tenaga medis baik itu dokter umum maupun dokter spesialis.Pihak rumah sakit, puskesmas, unit pelayanan teknis kesahatan lainnya diharapkan juga mampu memahami konsumennya secara keseluruhan serta mampu menerapkan perlindungan terhadap hak-hak pasien sebagai konsumen jasa medis. 10 Syahrul Machmud, Penegakan Hukum dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter yang Diduga Melakukan Medikal Malpraktek, Penerbit Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm. 49. Universitas Sumatera Utara

B. Permasalahan