4
BAB II PENGELOLAAN KASUS
A. KONSEP DASAR NYERI 1. Defenisi Nyeri
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan
tersebut Long. 1996. Secara umum, nyeri dapat didefenisikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat Priharjo.1992.
Nyeri pain adalah suatu konsep yang komplek untuk didefenisikan dan dipahami. Melzack dan Casey 1968 mengemukakan bahwa nyeri bukan hanya
suatu pengalaman sensori belaka tetapi juga berkaitan dengan motivasi dan komponen afektif individunya.
Nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan kronis. Nyeri akut biasanya berlangsung secara singkat, misalnya nyeri pada patah tulang atau pembedahan
abdomen. Pasien yang mengalami nyeri akut biasanya menunjukkan gejala-gejala antara lain : perspirasi meningkat, percepatan jantung dan tekanan darah meningkat,
dan palor. Respon seseorang terhadap nyeri bervariasi. Nyeri kronis berkembang lebih lambat dan terjadi dalam waktu lebih lama dan pasien sering sulit mengingat
sejak kapan nyeri mulai dirasakan. Nyeri juga dinyatakan sebagai nyeri somatogenik atau psikogenik. Nyeri
somatogenik merupakan nyeri secara fisik, sedangkan nyeri psikogenik merupakan nyeri psikis atau mental.
2. Sifat nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi yunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subjektif dan sangat bersifat
individual. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik danatau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan actual atu pada fungsi ego seorang
individu Mahon, 1994. Menurut McCaffery 1980 :” nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang
Universitas Sumatera Utara
5
mengatakan bahwa ia merasa nyeri.” Mahon menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu: nyeri bersifat individu, tidak menyenangkan, merupakan
suatu kekuatan yang mendominasi dan bersifat tidak berkesudahan 1994. Nyeri melelahkan dan menuntut energy seseorang.
Nyeri dapat menganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan Mahon. 1994. Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, seperti dengan
menggunakan sinar-X atau pemeriksaan darah. Walaupun tipe nyeri tertentu menimbulkan tanda dan gejala yang dapat diprediksi, seringkali perawat hanya
mengkaji nyeri dengan mengacu pada kata-kata dan perilaku klien. Hanya klien yang mengetahui apakah terdapat nyeri dan seperti apa nyeri tersebut.
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi nyeri. Apabila seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya akan berubah. Misalnya,
seseorang yang kakinya terkilir menghindari aktivitas mengangkat barang yang member beban penuh pada kakinya untuk mencegah cedera lebih lanjut. Nyeri
merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan, yang harus menjadi pertimbangan utama keperawatan saat mengkaji nyeri Clancy dan McVicar, 1992.
Nyeri mengarah pada penyebab ketidakmampuan. Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, lebih banyak orang mengalami penyakit kronik,
dengan nyeri merupakan suatu gejala yang umum.
3. Fisiologi Nyeri
Bagaimana nyeri merambat dan dipersepsikan oleh individu masih belum sepenuhnya dimengerti. Akan tetapi, bisa tidaknya nyeri dirasakan dan hingga derajat
mana nyeri tersebut mengganggu dipengaruhi oleh interaksi antara system algesia tubuh dan transmisi sistem saraf serta interpretasi stimulus.
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri
memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-abu di medula spinalis. Terdapat
pesan nyeri yang dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus
Universitas Sumatera Utara
6
nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan korteks serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas
nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri McNair. 1990.
4. Klasifikasi Nyeri
Nyeri diklasifikasikan atas dua bagian, yaitu 1 nyeri akut dan 2 nyeri kronis Berger. 1992. Nyeri akut dapat dideskripsikan sebagai suatu pengalaman
sensori, persepsi dan emosional yang tidak nyaman yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan, yang disebabkan oleh kerusakan jaringan dari suatu
penyakit seperti pada luka yang diakibatkan oleh kecelakaan, operasi, atau oleh karena prosedur terapeutik Lewis. 1983. Nyeri akut biasanya mempunyai
mempunyai awitan yang tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan nahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Jadi
kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri akut umumnya terjadi
kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Cedera atau penyakit yang menyebabkan nyeri akut dapat sembuh secara spontan atau memerlukan
pengobatan Smeltzer Bare. 2001. Nyeri kronik merupakan nyeri berulang yang menetap dan terus menerus yang
berlangsung selama enam bulan atau lebih. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya
nyeri ini tidak memberikan respons terhadapa pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meskipun tidak diketahui mengapa banyak orang menderita nyeri
kronis setelah suatu cedera atau proses penyakit, hal ini diduga bahwa ujung ujung saraf yang normalnya tidak mentransmisikan nyeri menjadi mampu untuk
memberikan sensasi nyeri, atau ujung-ujung saraf yang normalnya hanya mentransmisikan stimulus yang sangat nyeri menjadi mampu mentransmisikan
stimulus yang sebelumnya tidak nyeri sebagai stimulus yang sangat nyeri Smeltzer Bare. 2001.
Universitas Sumatera Utara
7
5. Teori Nyeri