12
e. Faktor Budaya
Faktor budaya yang mempengaruhi nyeri terdiri dari 1 makna nyeri dan 2 suku. Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman
nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu tersebut. Individu akan mempersepsikan
nyeri dengan berbeda-beda, apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang sedang bersalin
akan mempersepsikan nyeri berbeda dengan seorang wanita yang mengalami nyeri akibat cedera karena pukulan pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang
dipersepsikan klien berhubungan dengan makna nyeri Potter Perry. 2005. Begitu juga dengan kebudayaan, keyakinan dan nilai-nilai budaya
mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi
bagaimana bereaksi terhadap nyeri Calvillo dan Flaskerud. 1991.
7. Efek Membahayakan dari Nyeri
Menurut Smeltzer Bare 2001, efek membahayakan dari nyeri dibedakan berdasarkan klasifikasi nyeri, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut
mempunyai efek membahayakan di luar ketidaknyamanan yang disebabkannya. Selain merasa ketidaknyamanan dan mengganggu, nyeri akut yang tidak reda dapat
mempengaruhi sistem pulmonary, kardiovaskular, gastrointestinal, endokrin, dan immunologik Benedetti dkk; Yeager dkk. 1987, 1984 dikutip dari Smeltzer Bare,
2001. Pasien dengan nyeri hebat dan stes yang berkaitan dengan nyeri dapat tidak mampu untuk nafas dalam dan mengalami penigkatan nyeri dan mobilitas menurun.
Nyeri kronis mempunyai efek yang membahayakan seperti supresi fungsi imun berkaitan dengan nyeri kronis dapat meningkatkan pertumbuhan tumor. Nyeri
kronis juga sering mengakibatkan depresi dan ketidakmampuan. Pasien mungkin tidak mampu untuk melanjutkan aktivitas dan melakukan hubungan interpersonal.
Ketidakmampuan ini dapat berkisar dari membatasi keikutsertaan dalam aktivitas
Universitas Sumatera Utara
13
fisik sampai tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pribadi, seperti berpakaian atau makan.
8. Penilaian Nyeri
Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan terapi nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keteranagan pasien digunakan untuk
menilai derajat nyeri. Intensitas nyeri harus dinilai sedini mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukkan ekspresi nyeri yang dirasakan.
Hayward 1975 mengembangkan sebuah alat ukur nyeri painometer dengan skala longitudinal yang pada salah satu ujungnya tercantum nilai 0 untuk
keadaan tanpa nyeri dan ujung lainnya nilai 10 untuk kondisi nyeri paling hebat. Untuk mengukurnya, penderita memilih salah satu bilangan yang menurutnya paling
menggambarkan pengalaman nyeri yang terakhir kali ia rasakan, dan nilai ini dapat dicatat pada sebuah grafik yang dibuat menurut waktu. Intensitas nyeri ini sifatnya
subjektif dan dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, konsentrasi, jumlah distraksi, tingkat aktivitas, dan harapan keluarga. Intensitas nyeri dapat
dijabarkan dalam sebuah skala nyeri dengan beberapa kategori.
Tabel 2.1 Skala nyeri menurut Hayward Skala
Keterangan
1-3 4-6
7-9
10 Tidak nyeri
Nyeri ringan Nyeri sedang
Sangat nyeri, tetapi masih dapat dikontrol dengan aktivitas yang biasa
dilakukan Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol
Universitas Sumatera Utara
14
Sedangkan skala nyeri McGill McGill scale mengukur intensitas nyeri dengan menggunakan liam angka, yaitu :
0 = tidak nyeri 1= Nyeri ringan
2= Nyeri sedang 3= Nyeri berat
4= Nyeri sangat berat 5= Nyeri hebat
Selain kedua skala di atas, ada pula skala wajah, yakni Wong-Baker FACES Rating Scale yang ditujukan untuk klien tidak mampu menyatakan intensitas nyerinya
melalui skala angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal dan lansia yang mengalami gangguan kognisi dan berkomunikasi.
Gambar 2.1 Skala FACES
PROSES KEPERAWATAN DAN NYERI 1. Pengkajian Nyeri
Walaupun tidak dapat diketahui secara pasti bagaimana nyeri dirasakan oleh klien, perawat harus mengerti tentang nyeri dan menggunakan pendekatan dalam
pengkajian nyeri, termasuk deskripsi verbal tentang nyeri. Klien merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya. Pengkajian nyeri yang dilakukan meliputi : data
subjektif dan data objektif.
a. Data Subjektif
1. Intensitas skala nyeri
Klien dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal, misalnya tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri hebat, atau sanagat hebat; atau
Universitas Sumatera Utara
15
samapai 10. Di man 0 mengindikasikan adanya nyeri, dan 10 mengindikasikan nyeri yang sangat hebat.
2. Karakteristik nyeri, termasuk area nyeri yang dirasakan, durasi menit, jam,
hari, bulan, irama terus-menerus, hilang timbul, periode bertambah dan berkurangnya intensitas atau keberadaan dari nyeri, dan kualitas seperti
ditusuk, terbakar, sakit, nyeri seperti ditekan. 3.
Faktor yang meredakan nyeri, misalnya gerakan, kurang bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obatan bebas, dan apa yang dipercaya
pasien dapat membantu mengatasi nyerinya. 4.
Efek nyeri terhadap aktivitas kehidupan sehari-hari, misalnya tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja, dan
aktivitas-aktivitas santai. 5.
Kekhawatiran klien tentang nyeri. Dapat meliputi berbagai maslah yang luas, seperti beban ekonomi, prognosis, pengaruh terhadap peran dan
perubahan citra diri Smeltzer Bare. 2001.
b. Data Objektif
Data objektif didapatkan dengan mengobservasi respons pasien terhadap nyeri. Menurut Taylor 1997, respons pasien terhadap nyeri
berbeda-beda, dapat dikategorikan sebagai 1 respons perilaku, 2 respons fisiologik, dan 3 respons afektif.
Respons perilaku terhadap nyeri dapat mencakup pernyataan verbal, perilaku vokal, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang lain,
atau perubahan respons terhadap lingkungan. Respons perilaku ini sering ditemukan dan kebanyakan diantaranya dapat diobservasi. Klien yang
mengalami nyeri akan menangis, merapatkan gigi, mengepalkan tangan, melompat dari satu sisi ke sisi lain, memegang area nyeri, gerakan terbatas,
menyeringai, mengerang, pernyataan verbal dengan kata-kata. Perilaku ini beragam dari waktu ke waktu Berger. 1992.
Respons fisiologik antara lain seperti meningkatnya peranfasan dan denyut nadi, meningkatnya tekanan darah, meningkatnya ketegangan otot,
Universitas Sumatera Utara
16
dilatasi pu[il, berkeringat, wajah pucat, mual dan muntah Berger. 1992. Respons fisiologik ini dapat digunakan sebagai pengganti untuk laporan
verbal dari nyeri pada klien tidak sadar Smeltzer Bare. 2001. Respons afektif seperti cemas, marah, tidak nafsu makan, kelelahan,
tidak punya harapan, dan depresi juga terjadi pada klien yang mengalami nyei. Cemas sering diasosiasikan sebagai nyeri akut dan frekuensi dari nyeri
tersebut dapat diantisipasi. Sedangkan depresi sering diasosiasikan sebagai nyeri kronis Taylor. 1997.
Untuk klien yang mengalami nyeri kronik, cara pengkajian yang paling baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif,
perilaku dari pengalaman nyeri dan pada riwayat nyeri tersebut atau konteks nyeri tersebut NIH. 1986; McGuire. 1992.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut NANDA yang dapat terjadi pada masalah nyeri adalah :
1. Ansietas yang berhubungan dengan :
- Nyeri yang tidak hilang
2. Nyeri yang berhubungan dengan:
- Cedera fisik atau trauma
- Penurunan suplai darah ke jaringan
- Proses melahirkan normal
3. Nyeri kronik yang berhubungan dengan:
- Jaringan parut
- kontrol nyeri yang tidak adekuat
4. Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan:
- Nyeri maligna kronik
5. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan:
- Nyeri kronik
Universitas Sumatera Utara
17
6. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan:
- Nyeri musculoskeletal
- Nyeri insisi
7. Resiko cedera yang berhubungan dengan :
- Penurunan resepsi nyeri
8. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan:
- Nyeri muskuloskeletal
9. Disfungsi seksual yang berhubungan dengan :
- Nyeri artritis panggul
10. Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :
- Nyeri panggung bagian bawah
Saat menuliskan pernyataan diagnostik, perawat harus menyebutkan lokasinya mis., nyeri pada pergelangan tangan kanan. Lebih lanjut, karena nyeri
dapat mempengaruhi banyak aspek pada fungsi individu, kondisi tersebut dapat pula menjadi etiologi untuk diagnosis keperawatan lain.
3. Perencanaan Tujuan:
1. Klien mengatakan merasa sehat dan nyaman
2. Klien mempertahankan kemampuan untuk melakukan perawatan diri
3. Klien mempertahankan fungsi fisik dan psikologis yang dimiliki saat ini
4. Klien menjelaskan faktor-faktor penyebab merasa nyeri
5. Klien menggunakan terapi yang diberikan di rumah dengan aman.
Rencana Tindakan:
1. Kaji faktor yang dapat menurunkan toleransi nyeri ketidakpercayaan orang lain,
kurang pengetahuan, keletihan, kehidupan yang monoton. 2.
Kurangi atau hilangkan faktor yang dapat meningkatkan nyeri. Ketidakpercayaan orang lain
Universitas Sumatera Utara
18
- Sampaikan penerimaan Anda atas respon klien terhadap nyeri
- Akui nyeri yang klien rasakan
- Jelaskan pada klien bahwa pengkajian nyeri dilakukan karena ingin memahami
nyeri yang klien rasakan dengan baik bukan untuk emastikan bahwa nyeri benar-benar terjadi
- Jelaskan tentang konsep nyeri sebagai pengalaman yang sifatnya pribadi.
- Diskusikan alas an mengapa klien dapat mengalami peningkatan atau
penurunan nyeri mis., keletihan [paningkatan] atau adanaya distraksi [penurunan].
- Dorong keluarga untuk memberikan perhatiannya, juga pada saat nyeri sedang
terjadi. Kurang pengetahuan
- Jelaskan mengenai penyebab nyeri kepada klien, jika penyebabnya diketahui
- Jelaskan lamanya nyeri akan berlangsung, jika diketahui secara pasti
- Jelaskan tentang pemeriksaan diagnostik dan prosedur yang akan dilakukan
secara rinci dengan menyebutkan ketidaknyamanan dan sensasi yang akan dirasakan.
Keletihan -
Tentukan penyebab keletihan sedative, analgetik, gangguan tidur -
Jelaskan bahwa nyeri dapat mendukung terjadinya stress, yang akan meningkatkan keletihan
- Berikan kesempatan klien untuk istirahat pada siang hari, dengan waktu tidur
yang tidak terganggu pada malam hari harus istirahat saat nyeri berkurang -
Konsultasikan dengan dokter untuk meningkatkan dosis obat pereda nyeri pada waktu tidur
Kehidupan yang monoton -
Diskusikan bersama klien dan keluarga mengenai manfaat terapeutik dari metode distraksi, berikut metode penghilang nyeri lainnya.
Universitas Sumatera Utara
19
- Jelaskan bahwa distraksi biasanya akan meningkatkan toleransi nyeri dan
menurunkan intensitas nyeri, tetapi setelah distraksi selesai, kewaspadaan klien terhadap nyeri dan keletihan akan meningkat.
- Variasi lingkungan jika memungkinkan
- Ajarkan beberapa metode distraksi selama periode nyeri akut mis., menghitung
gambar, bernapas secara berirama, mendengarkan musik dan meningkatkan volume bila nyeri meningkat
3. Kolaborasikan bersama klien untuk menentukan metode mana yang dapat
digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri. -
Pertimbangkan hal berikut sebelum memilih metode pereda nyeri yang spesifik, yakni kemauan klien untuk berpartisipasi motivasi, kemampuann
berpartisipasi ketangkasan, penurunan sensorik, hal-hal yang disukai, dukungan orang terdekat, kontraindikasi alergi, masalah kesehatan, biaya yang
dibutuhkan, tingkat kerumitan, tindkan pencegahan, dan kenyamanan. -
Jelaskan berbagai metode pereda nyeri mis., aplikasi panas atau aplikasi dingin berikut kewaspadaan yang diperlukan.
4. Beri pereda nyeri yang optimal bersama analgesik yang diresepkan
5. Kaji respons klien terhadap obat-obatan pereda nyeri
6. Bantu keluarga berespons positif terhadap pengalaman nyeri klien
7. Kaji penegtahuan keluarga dan responsnya terhadap nyeri.
- Beri klien kesempatan untuk mendiskusikan ketakutan, kemarahan, dan rasa
frustasinya secara pribadi. -
Libatkan keluarga dalam sejumlah prosedur untuk menurunkan nyeri. 8.
Berikan informasi kepada klien setelah nyeri hilang atau berkurang 9.
Dorong klien untuk mendiskusikan nyeri yang dialami 10.
Beri pujian untuk kesabaran klien dan sampaikan padanya bahwa ia telah mengatasi nyeri dengan baik, tanpa memperhatikan perilaku yang ditujukan klien.
11. Lakukan penyuluhan kesehatan, serta indikasi
- Diskusikan bersama klien dan keluarga mengenai metode nyeri noninvasif
mis., relaksasi, distraksi, masase
Universitas Sumatera Utara
20
- Ajarkan berbagai teknik pilihan pada klien dan keluarga
4.Implementasi Tindakan Peredaan Nyeri Nonfarmakologis
1. Distraksi