Tinjauan Mengenai Waralaba 1. Pengertian Waralaba

7. Keabsahan Perjanjian Dengan Syarat Eksonerasi

Dalam Pasal 18 ayat 1 huruf a Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyatakan pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan atau perjanjian apabila menyatakan pengalihan tanggung jawab, selanjutnya dalam Pasal 18 ayat 2 dipertegas bahwa klausula baku harus diletakkan pada tempat yang mudah terlihat dan dapat jelas dibaca dan mudah dimengerti, dan jika tidak dipenuhi maka klausula baku menjadi batal demi hukum. Melihat dari ketentuan Pasal 18 Undang-Undang Perlindungan Konsumen tersebut, maka pengertian klausula baku dengan klausula eksonerasi adalah tidak sama, di sini klausula baku adalah klausula yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha, tetapi isinya tidak boleh mengarah kepada klasula eksonerasi yang memberikan beban yang tidak imbang diantara para pihak dan cenderung merugikan pihak yang lemah.

C. Tinjauan Mengenai Waralaba 1. Pengertian Waralaba

Ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai pengertian franchise, antara lain: a. Menurut Martin Mendelsohn, 52 Pemberian sebuah lisensi franchisor kepada pihak lain franchisee, lisensi tersebut memberikan hak kepada franchisee untuk berusaha dengan menggunakan merek dagang franchisor, dan untuk menggunakan keseluruhan paket yang terdiri dari seluruh elemen yang diperlukan untuk membuat seseorang yang sebelumnya belum terlatih dalam menjalankan bisnis dan untuk menjalankan dengan bantuan terus menerus atas dasar-dasar yang telah ditentukan sebelumnya. b. Menurut Rooseno Harjowidigno, 53 Franchise adalah suatu sistem usaha yang sudah khas atau memiliki ciri mengenai bisnis di bidang perdagangan atau jasa, berupa jenis produk dan bentuk yang diusahakan, identitas perusahaan logo, desain, merek bahkan termasuk pakaian dan penampilan karyawan, rencana pemasaran dan bantuan operasional. c. Menurut V, Winarto, 54 52 http:www.franchise-id.com pada tanggal 10 Februari 2010 pukul 20.15 53 Rooseno Harjowidigno, Aspek-Aspek Hukum Tentang Franchising, Seminar IKADIN, Surabaya, Oktober, 1993, hal. 17-18. 54 Ibid, hal. 19 Waralaba adalah hubungan kemitraan antara usahawan yang usahanya kuat dan sukses dengan usahawan yang relatif baru atau lemah dalam usaha tersebut dengan tujuan saling menguntungkan khususnya dalam bidang usaha menyediakan produk dan jasa langsung kepada konsumen. d. Menurut Janet Housden dalam Munir Fuady, 55 Franchise adalah suatu ikatan kontraktual terhadap suatu kepentingan dalam mana, suatu organisasi yaitu pihak franchisor, yang telah mengembangkan suatu formula untuk menghasilkan danatau menjual produk atau servis, diperlukan haknya untuk menjalankan bisnis kepada perusahaan lain, yaitu pihak franchisee, dengan batasan-batasan dan pengawasan tertentu. Dalam hampir semua franchisee yang penting. Dalam menjalankan bisnisnya secara franchise, pihak franchisee selalu menggunakan nama pihak franchisor sebagai nama dagangannya. Di dalam kamus ekonomi bisnis perbankan terbitan universitas Gajah Mada mengartikan bahwa franchise adalah “suatu hak tunggal yang diberikan kepada perorangan atau suatu organisasi, oleh suatu pihak lain, baik perorangan atau organisasi perusahaan, pemerintah, 55 Munir Fuady, Pembiayaan Perusahaan Masa kini Tinjauan Hukum Bisnis, PT Citra Aditya Bandung, 1997, hal. 136. disebut untuk menjalankan suatu wewenang khususnya menyangkut perbuatan dan atau penjualan di wilayah tertentu. 56 Sedangkan pengertian waralaba menurut Peraturan pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 berbunyi sebagai berikut: “Hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap system bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang danatau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan danatau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba”.

2. Perkembangan Franchise di Indonesia