Subekti, Op. Cit, hal. 40

dan kesusilaan Pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata, asas keadilan. Hakim berwenang mencegah suatu pelaksanaan perjanjian yang tidak asil, yaitu tidak sesuai dengan kepatutan dan kesusilaan. 88 Di negeri Belanda, bahwa hakim dengan memakai alasan itikad baik itu dapat mengurangi atau menambah kewajiban-kewajiban yang termaktub dalam suatu perjanjian, adalah suatu hal yang sudah diterima oleh Hoge Raad. Namun, menurut Pengadilan Tertinggi di Nederland tersebut, hakim tidak dapat menyingkirkan atau menghapuskan sama sekali kewajiban-kewajiban yang secara tegas disanggupi dalam suatu perjanjian. 89 Pendirian Hoge Raad yang sempit tersebut nampak sekali dalam putusan tanggal 8 Januari 1986 majalah “Nederlandse Jurisprudentie” 1926, 203 dimana seorang pemilik pabrik tenun di Jerman dihukum harus melever suatu partai tekstil, meskipun setelah pelaksanaan perjanjian itu tertunda selama beberapa tahun akibat pecahnya perang dunia pertama dimana keadaan telah begitu berubah, sehingga disebabkan karena naiknya biaya-biaya produksi, pelaksanaan hukum itu membawa kerugian yang sangat besar bagi pemilik pabrik tenun 88 Abdulkadir Muhammad, Op. Cit, hal. 100. 89

R. Subekti, Loc. Cit, hal. 42.

tersebut. Adapun pertimbangan putusan Hoge Raad adalah sebagai berikut: “…bahwa peraturan yang menentukan pengluasan dan penambahan perikatan-perikatan yang timbul dari suatu perjanjian, hingga sampai diluar lingkungan ketentuan-ketentuan yang dituliskan dengan tegas, tidak bertujuan yang sebaliknya yaitu untuk menghilangkan kekuatan dari apa yang secara tegas ditetapkan dan dengan demikian menghapuskan perikatan- perikatan yang timbul dari perjanjian…” Lebih lanjut, putusan Hoge Raad yang erat kaitannya dengan penerapan asas itikad baik yang dapat penulis sajikan disini adalah Kasus Sarong Arrest yang berkaitan dengan turunnya nilai uang Jerman setelah Perang Dunia Pertama. Kasus Sarong Arrest bermula pada tahun 1918 suatu firma Belanda memesan pada pengusaha Jerman sejumlah sarong dengan harga sebesar f 100.000,-. Karena keadaan memaksa sementara, penjual dalam waktu tertentu tidak dapat menyerahkan pesanan. Setelah keadaan memaksa berakhir, pembeli menuntut pemenuhan prestasi. Tetapi sejak diadakan perjanjian keadaan sudah banyak berubah dan penjual bersedia memenuhi prestasi tetapi dengan harga yang lebih tinggi, karena apabila harga tetap sama ia akan menderita kerugian, yang