Apabila yang tidak terpenuhi dalam suatu perjanjian adalah syarat obyektif, maka perjanjian tersebut adalah batal demi hukum,
karenanya tujuan para pihak untuk membuat suatu perjanjian menjadi batal, hal ini karena obyek yang diperjanjikan batal, maka perjanjian
tersebut otomatis batal demi hukum. Sebagai contoh tentang tidak terpenuhinya syarat subjektif adalah
tentang kesepakatan dalam membuat perjanjian, apabila salah satu pihak ternyata melakukan tindakan paksaan, kekeliruan ataupun
penipuan, maka pihak yang lainnya bisa memohon kepada Hakim untuk membatalkan perjanjian tersebut.
Selanjutnya contoh tidak terpenuhinya syarat obyektif, misalnya dalam suatu perjanjian yang diperjanjikan adalah tentang sesuatu
yang bertentangan dengan undang-undang, misalnya perjanjian jual beli ganja dan lain sebagainya yang sejenis, maka secara otomatis
perjanjian tersebut batal demi hukum.
3. Macam-Macam Perjanjian
Berdasarkan perikatan yang muncul, perjanjian dapat dibedakan menjadi:
25
25
J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian Buku I, PT. Citra
Aditya bakti, bandung 1995, hal. 37
a. Perjanjian atas beban dan perjanjian cuma-cuma: 1. Perjanjian Atas Beban onder bezwarenden
Perjanjian atas beban adalah perjanjian atau persetujuan dimana terhadap prestasi yang satu selalu ada kontra prestasi
pihak lain, dimana kontra prestasinya bukan semata-mata merupakan pembatasan atas prestasi yang satu, atau hanya
sekedar menerima kembali prestasinya sendiri. 2. Perjanjian Cuma-cuma om niet
Perjanjian cuma-cuma adalah perjanjian atau persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan
atau prestasi kepada pihak yang lain tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri. Contohnya adalah hibah
schenking. b. Perjanjian Sepihak, Perjanjian Timbal Balik dan Perjanjian Timbal
Balik Tak Sempurna 1. Perjanjian Sepihak
Perjanjian sepihak adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pada satu pihak saja, sedang pada pihak lain hanya
ada hak saja. Contohnya adalah perjanjian penitipan barang cuma-cuma.
2. Perjanjian timbal balik Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang menimbulkan
kewajiban-kewajiban kepada kedua belah pihak dan hak serta kewajiban itu mempunyai hubungan-hubungan dengan yang
lainnya. Contohnya adalah perjanjian jual-beli, perjanjian sewa menyewa dan perjanjian tukar-menukar.
3. Perjanjian Timbal Balik Tak Sempurna Perjanjian ini pada dasarnya adalah perjanjian sepihak,
karena kewajiban pokoknya hanya ada pada salah satu pihak saja, tetapi dalam hal-hal tertentu, dapat timbul kewajiban-
kewajiban pada pihak lain, misalnya perjanjian pemberian kuasa lastgeving tanpa upah.
c. Perjanjian Konsensuil dan Perjanjian Riil 1. Perjanjian Konsensuil
Perjanjian konsensuil adalah perjanjian di mana adanya kata sepakat antara para pihak saja sudah cukup untuk timbulnya
perjanjian yang bersangkutan. 2. Perjanjian Riil
Perjanjian riil adalah perjanjian yang baru terjadi kalau barang yang menjadi pokok perjanjian telah diserahkan.
Contohnya perjanjian utang-piutang, perjanjian pinjam-pakai, dan perjanjian penitipan barang. Apabila barang yang
bersangkutan belum diserahkan, maka hanya terdapat suatu perjanjian pendahuluan pactum de contrahendo
voorovereenkomst.
4. Unsur Perjanjian