BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Mantra Melaut dalam Masyarakat Melayu Batubara
Mantra terdapat di dalam kesustraan daerah di seluruh Indonesia. Mantra berhubungan dengan sikap religius manusia. Hal ini terlihat seperti pada masyarakat Melayu yang hidupnya
selalu berkaitan dengan mantra. Fakta ini terlihat dari kebiasaan pewaris aktif mantra yang memohon sesuatu dari Sang Pencipta dengan menggunakan kata-kata pilihan yang berkekuatan
gaib, seperti berkat Lailahaillallah, berkat Muhammaddarasulullah, yang oleh pewaris tersebut dipandang mempermudah kontak atau hubungan dengan Sang Pencipta. Dengan cara demikian,
apa yang diminta dimohon oleh pengucap mantra itu dapat dipenuhi oleh Sang Pencipta. Syaifuddin, 2005:212
Mantra tidak hanya digunakan untuk keperluan baik, setidaknya untuk tujuan baik, tetapi sering juga digunakan untuk tujuan-tujuan tidak baik. Ini tergantung dari niat pengguna
mantra tersebut. Karena mantra yang baik sekalipun mantra aliran putih dapat digunakan untuk tujuan tidak baik, apalagi mantra yang beraliran buruk aliran hitam.
Berikut ini adalah mantra yang digunakan masyarakat Melayu Batubara untuk pergi mencari ikan di laut
Di awali dengan Bismillah Nelayan melangkah kan kaki untuk pergi ke laut, setelah sampai
4.2 Hubungan Mantra Melaut dengan Agama
Agama yang dianut masyarakat Melayu adalah Islam, namun dalam perlakuan keagamaan secara keseluruhan terdapat peninggalan sejarah yang telah dilalui. Oleh karena itu, di samping
Universitas Sumatera Utara
agama terdapaat pula kepercayaan-kepercayaan pada kekuatan supranatural yang diwariskan sebagai peninggalan kebudayaan mereka. Kepercayaan ini menjadikan perlakuan khusus seperti
jampi, mantra, serapah yang dilakukan untuk memuja atau memaki “ hantu-hantu” yang ada di permukaan bumi ini.
Sedikit sulit membedakan antara ajaran agama dan peninggalan kepercayaan bagi masyarakat Melayu, karena terdapat penggabungan antara dua unsur tersebut sinkretisasi dalam perlakuan
keagamaan mereka. Namun demikian, bagi masyarakat Melayu, agama lebih merujuk kepada agama-agama besar yang memiliki dogma-dogma dan memiliki kitab suci seperti agama Islam.
Sedangkan kepercayaan kepada hal-hal gaib yang mereka percayai sudah ada sejak zaman dahulu, jadi lebih bersifat warisan budaya.
Masyarakat Melayu Batubara memang sadar bahwa agama lebih tinggi kedudukannya dibandingkan kepercayaan karena agama melibatkan organisasi, nilai sosial, konsep kesucian,
hukum, sikap patuh terhadap hukum Allah. Oleh karena itu, kepercayaan bagi mereka tak lebih dari peninggalan nenek moyang yang mereka pikir tidak boleh dihilangkan.
Pengetahuan agam Islam dan kepercayaan terhadap peninggalan leluhur sangat erat kaitannya dengan kehidupan bagi masyarakat Melayu Batubara. Dalam keadaan seperti inilah
beberapa kepercayaan lama masih sering dilakukan untuk berkomunikasi kepada alam dan kegiatan hidup sehari-hari, seperti keselamatan di laut, penyakit, serangga atau wabah, peristiwa
alam, dan lain-lain. Pengetahuan agama serta kepercayaan dalam menghadapi alam nyata dan gaib tetap ada bagi masyarakat Melayu Batubara selagi mereka tidak mempunyai jawaban yang
lebih baik untuk mengatasi segala peristiwa alam, baik alam nyata maupun alam gaib.
Universitas Sumatera Utara
Berkaitan dengan hal di atas, dalam mantra melaut sangat jelas tergambar keadaan agama bagi masyarakat Melayu Batubara. Unsur ajaran Islam begitu jelas tergambar, baik melalui kata-
kata yang digunakan maupun dalam ajaran keimanan yang terkandung di dalamnya. Dalam ajaran keimanan itu terdapat perintah kepada manusia agar jangan bertindak takabbur
yang merupakan tindakan yang sangat dibenci oleh Allah SWT karena dapat membuat manusia menjadi sombong, angkuh, dan hanya mengakui keberadaan dirinya sendiri tanpa
mempertimbangkan orang lain yang ada di sekitarnya. Apabila manusia sudah menjadi sombong dan angkuh maka orang-orang yang ada di sekelilingnya pasti akan membencinya.
Berdasarkan keterangan di atas diketahui bahwa ada hubungan yang erat antara agama dan kepercayaan masyarakat Melayu Batubara dengan mantra melaut.
4.3 Struktur Mantra