Pandangan Orang Melayu terhadap Kerja Kedudukan Kerja dalam Budaya Melayu

Etos kerja yang merujuk kepada kehidupan sosial masyarakat Melayu Batubara, dan juga akan dibahas tentang mantra melaut yang berhubungan dengan hakikat kehidupan masyarakat Melayu Batubara. Teks mantra yang mengungkapkan kehidupan sosial dalam anggota masyarakat dipertahankan karena antaranya berhubungan dengan aktivitas masyarakat sehari-hari melalui pembinaan institusi sosial masyarakat. Dinyatakan ciri-ciri berbagai aspek prilaku sosial itu ialah suatu fenomena yang tetap dalm kehidupan sosial masyarakat. Walaupun ada perubahan- perubahan tertentu, tetapi secara psikologi individu saja. Secara kronologi keutuhan sistem sosial itu dinyatakan, pertama, individu-individu yang dimitoskan oleh masyarakat mempunyai keselarasan antara prilaku dengan kedudukannya dalam masyarakat, kedua, kedudukan kepercayaan, adat dan keyakinan atau agama yang berhubungan dengan aktifitas sehari-hari yang masih berkaitan erat dengan nilai dan normanya, ketiga, kedudukan institusi adat yang berhubungan dengan tingkah laku sosial anggota masyarakat untuk membina sesama anggota masyarakat. Aktivitas anggota masyarakat cenderung bersifat konsisten terhadap kekuatan sakti itu meneruskan kepercayaan kepada mitos setiap orang berkenaan. Demikian pula dengan peristiwa- peristiwa dalam institusi sosial yaitu adat, seperti acara kenduri, acara kelahiran, perkawinan, kematian dan kedudukannya penting bagi aktifitas kehidupan masyarakat Melayu Batubara.

7. Pandangan Orang Melayu terhadap Kerja

Bila ungkapan-ungkapan tradisonal Melayu disimak secara cermat, ditelusuri dengan teliti, ditafsirkan dengan mendalam, dapatlah diketahui bagaimana pandangan orang Melayu terhadap Universitas Sumatera Utara kerja. Setidak-tidaknya, akan diperoleh informasi dan gambaran ke arah itu, yang dapat dipadankan dengan prilaku mereka sehari-hari, dengan adat dan tradisinya. Orang Melayu juga memandang kerja bukanlah semata-mata untuk kepentingan hidup di dunia, tetapi lebih mendasar lagi adalah untuk kehidupan di akhirat kelak. Bekerja yang baik dan benar, halal memenuhi ketentuan agama dan di ridhoi Allah, akan memberi manfaat dan pahala sebagai bekal hidup dan akhirat. Bekerja secara baik dan benar itu dianggap sebagi amal saleh, ibadah, yang dapat menyelamatkan dirinya di hari kemudian. Acuan ini menyebabkan orang Melayu bekerja tidak hanya untuk kepentingan dirinya sendiri saja tetapi juga untuk kepentingan bersama. Kerja yang manfaatnya dapat dirasakan orang ramai dan berkelanjutan, pahala dan manfaatnya besar dan berkelanjutan pula, bahkan setelah ia meninggal dunia pahala dan manfaat kerjanya yang baik itu masih mengalir kepadanya.

8. Kedudukan Kerja dalam Budaya Melayu

Mengacu kepada etos kerjanya, dapat disimak bahwa kerja yang baik dan benar sesuai menurut ajaran agama, adat dan norma-norma sosialnya menduduki tempat yang teramat penting dalam kehidupan orang Melayu. Orang tua-tua Melayu menegaskan lagi, karena pentingnya kerja baik untuk kehidupan di dunia maupun akhirat, maka orang Melayu menempatkan kerja pada kedudukan yang utama. Sebab itu, kerja tidak dapat dilalaikan, apalagi di abaikan sama sekali. Di dalam ungkapan tradisional Melayu amat banyak digambarkan betapa besarnya manfaat kerja, dan digambarkan pula betapa besarnya keburukan yang menimpa kehidupan orang yang tidak mau bekerja, malas dan lalai, celaka di dunia dan akhirat. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat secara jelas menunjukkan rasa hormat dan penghargaan kepada sesamanya yang bekerja keras, rajin, jujur, Universitas Sumatera Utara taat dan setia, sebaliknya dengan jelas pula merendahkan orang-orang yang tidak mau berkerja atau bekerja yang tidak sesuai menurut ajaran agama, adat dan norma-norma sosial yang dianut masyarakatnya. Yang lebih mengutamakan orang yang bekerja atau bekerja yang menyalah.

9. Jenis Pekerjaan dalam Acuan Budaya Melayu