pekerja, yang ‘bekas tangan” atau karya mereka sebagian masih dapat kita saksikan hingga saat ini. Mereka telah mampu pula mengangkat harkat dan martabat Melayu ke tingkat yang
terhormat, tidak kalah dengan bangsa-bangsa atau suku-suku lainnya. Mereka, dengan semangat kerjaa menyala telah mampu merambah belantara menjadikannya sebagai pemukiman dan
kebun-kebun yang hasilnya dapat dinikmati anak cucunya turun temurun. Mereka melayari lautan dengan perahu-perahu karyanya sendiri menentang ombak dan badai, mendirikan
kerajaan-kerajaan Melayu yang Berjaya menguasai wilayah yang cukup luas, menguasai perdagangan, perekonomian, dan sebagainya, sehingga nama Melayu dapat duduk sama rendah
dan tegak sama tinggi dengan bangsa dan suku-suku lainnya di nusantara ini. Semangat keja itu pula yang melahirkan hulubalang-hulubalang Melayu yang handal, yang mampu menegakkan
tuah bangsanya, disegani serta dihormati kawan dan lawan.
5.2 Saran
1. Dalam melakukan sesutau perbuatan, sebaiknya kita terlebih dahulu menanamkan sebuah
keyakinan pada diri kita, dan menambah rasa percaya diri kita akan sesuatu hal, sehingga sesuatu yang ingin kita lakukan dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan apa yang kita harapkan.
2. Dalam melakukan sesuatu aktifitas hendaknya kita harus mengucapkan salam kepada sang
pencipta ataupun kepada setiap makhluk-makhluk ciptaan Allah. 3.
Pengkajian terhadap kesustraan Melayu hendaknya lebih ditingkatkan, sebagai salah satu asset kekayaan budaya Indonesia, sekaligus sebagai lambang kebanggaan Nasional.
4. Karya sastra merupakan cerminan dari suatu masyarakat, maka melalui karya sastra ini kita dapat
melihat dan menghayati berbagai ragam kisah kehidupan yang sebenarnya, hendaklah pula masyarakat mau membaca dan melestarikan karya-karya yang bermanfaat seperti ini.
Universitas Sumatera Utara
5. Penelitian terhadap tradisi lisan masyarakat melayu sebaiknya lebih ditingkatkan lagi karena
masih banyak jenis-jenis tradisi yang belum dilestrarikan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepustakaan yang Relevan
Penelitian terhadap karya-karya sastra tradisional masyarakat Melayu Sumatera Timur telah banyak dilakukan, khususnya karya sastra yang berbentuk puisi. Di antaranya ada beberapa
penelitian yang penulis sebutkan saja seperti Fernando 2003, yang meneliti tentang Ritual Jamuan Laut. Dalam penelitian tersebut Fernando mengungkapkan tentang Ritual Jamuan Laut
yang berhubungan dengan kepercayaan dan peran pawang, serta mendapatkan makna ritual Jamuan Laut pada masyarakat Melayu Jaring Halus. Kemudian Maslinda 2000, yang meneliti
tentang Mantra Pekasih. Dalam penelitian tersebut beliau mengungkapkan tentang nilai-nilai psikologi yang terkandung dalam Mantra Pekasih Masyarakat Melayu Aras Kabu. Kemudian
Syaifuddin 2005, yang meneliti tentang Mantera dan Ritual masyarakat Melayu, ia mengungkapkan tentang Fungsi dan Nilai-nilai budaya Masyarakat Melayu Pesisir Timur
Sumatera Utara.
2.2 Pengertian Mantra
Syaifuddin 2005:225 mengatakan “Mantra dalam istiadat ritual merupakan sebagian daripada bentuk kesustraan tradisional. Ia dikategorikan sebagai tradisi lisan. Isinya banyak
mengandung nilai-nilai kehidupan dan kepercayaan. Fungsi dan kedudukannya berada dalam pewujudan ideal kebudayaan serta berada pada lapisan-lapisan yang wujud dalam adat
istiadat. Sejarah kewujudan mantra sukar diketahui dengan tepat. Ada pendapat yang menyatakan bahwa mantra lahir sejak terbentuknya masyarakat. Walaupun demikian
kewujudan mantra di dalam masyarakat. Melayu boleh dikaitkan dengan pandangan berdasarkan corak kepercayaan masyarakat Melayu.”
Sebelum kedatangan Hindu-Budha dan Islam, masyarakat Melayu Pesisir Timur Sumatera Utara menganut kepercayaan animisme. Malapetaka seumpama ancaman binatang buas dan
bencana alam, biasanya dikaitkan dengan kepercayaan yang berkaitan dengan kemarahan
Universitas Sumatera Utara