Kedudukan Kerja dalam Budaya Melayu

Kedudukan hakikat kerja tersebut mempunyai persamaan seperti yang dinyatakan oleh Syaifuddin:2005:352 bahwa hakikat pekerjaan masyarakat Melayu Batubara membawa arti, yaitu Suatu usaha untuk memenuhi nafkah dalam kehidupan agar sejahtera, memperoleh rezeki yang baik dan menambah semangat kerja. Mantra dengan hakikat kerja hubungannya adalah mantra menurut masyarakat Melayu Batubara membantu kecakapan bekerja dan kekuatan fisik serta memberikan kemurahan rezeki sehingga mantra dapat menambah semangat kerja. Pada umumnya pekerjaan masyarakat Melayu Batubara bergantung kepada sifat semangat di kawasan mereka. Mantra yang diperlukan dalam aktifitas sehari-hari seperti halnya nelayan ada juga petani yang menggunakan mantra yang bersifat tradisional. Walaupun kehidupan mereka sederhana, tetapi mereka masih mempertahankan keharmonisan dengan alam sekitar, sesama makhluk ciptaan Allah SWT. Namun demikian ini bukan berarti mereka tidak mengerti dengan teknologi, melainkan karena mereka masih belum terlalu mahir dengan teknologi. Keadaan ini tidak mengubah semangat kerja mereka karena sudah diwarisi dari zaman dahulu kala.

4.6 Kedudukan Kerja dalam Budaya Melayu

Mengacu kepada etos kerjanya, dapat disimak bahwa kerja yang baik dan benar sesuai menurut ajaran agama, adat dan norma-norma sosialnya menduduki tempat yang teramat penting dalam kehidupan orang Melayu. Menurut orang tua-tua Melayu, pentingnya kedudukan kerja itu disebabkan palsafah hidup, antara lain a. Kerja disuruh, sunnah diperintahkan adat Universitas Sumatera Utara Maksudnya, kerja disuruh oleh ajaran agama dan diperintahkan oleh adat. Siapa yang tidak mau bekerja, melalaikan kerja, bermalas-malasan, dan berlengah-lengah, diangap tidak menaati ajaran agama dan ketentuan adat- istiadatnya. b. Kerja membangkitkan tuah, mengangkat marwah Maksudnya: kerja membangkitkan tuah setiap pribadi, keluarga dan masyarakatnya, mengangkat harkat dan martabat diri dan bangsanya. Pribadi yang rajin bekerja, masyarakat yang bekerja tekun dan tangguh, bangsa yang semangat kerjanya tinggi akan menjadi bangsa yang besar, kuat, dihormati dan disegani bangsa-bangsa lainnya, kehidupan setiap pribadi aman dan sejahtera, kehidupan masyarakatnya aman sentosa, kehidupan bangsanya damai dan bahagia, adil dan makmur. Pribadi masyarakat dan bangsa yang demikian itulah yang disebut bertuah dan bermarwah. c. Kerja membawa berkah, berkah dunia hidup sejahtera, berkah akhirat beroleh rahmat Maksudnya, kerja yang baik dan benar, bukan saja membawa berkah, manfaat, faedah, dan kesejahteraan bagi kehidupan di dunia, tetapi juga memberi manfaat dan rahmat yang besar dalam kehidupan di akhirat. Dengan demikian, kerja amat menentukan dalam kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat nantinya. d. Kerja menjauhkan fitnah, menolak nista Maksudnya, dengan bekerja, setiap pribadi akan terhindar dari fitnah dunia dan fitnah akhirat, jauh dari hinaan dan nista hidup juga nista sesudah meninggal dunia. Sebab, bekerja menunjukkan kemampuannya dalam melaksanakan kewajibannya, baik kewajiban terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsanya. Kerja juga menyebabkan taraf hidupnya Universitas Sumatera Utara meningkat, kemampuan dan kesejahteraannya bertambah, sehingga terhindar dari kemiskinan, kemelaratan dan kesengsaraan yang dapat menyebabkan seseorang, atau suatu bangsa terhina. e. Kerja menunjukkan bangsa Maksudnya: dengan bekerja tekun, jujur dan benar, dapat pula menunjukkan identitas atau jati diri bangsanya, menunjukkan kemampuan dan kebolehan bangsanya, sesuai dengan ajaran agama, adat dan norma-norma sosial yang mereka anut. Bagi orang Melayu, ciri kemelayuannya adalah dengan menunjukkan kemampuannya untuk bekerja keras membanting tulang, baik di laut maupun di darat. Bila ia pemalas, lalai dan lengah, menurut hakekatnya tidaklah patut disebut Melayu, karenanya dianggap rendah oleh masyarakatnya. f. Bekerja menyiapkan bekal Maksudnya, bekerja bermakna menyiapkan bekal untuk kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat. Di dalam ungkapan khusus dikatakan, bekal dunia hidup sejahtera, bekal di akhirat hidup selamat. g. Bekerja menolak bala Maksudnya, dengan bekerja seseorang, suatu masyarakat ataupun bangsa akan terhindar dari berbagai malapetaka. Baik bala berupa bencana kelaparan, kemiskinan, kemelaratan, hinaan dan sebagainya. Contoh mantra Bismillahirrahmannirrahim Watul ijabah kurawana Berkat laillahaillallah Universitas Sumatera Utara Muhammaddarasulullah Hai mambang merah, mambang kuning, mambang hijau dan mambang putih Tolong jaga aku disaat aku pergi dan pulang Hai….mambang merah, jaga aku disaat hujan lebat Hai…mambang kuning, jaga aku disaat matahari terbit Hai…mambang hijau, jaga aku disaat aku tidur, dan Hai…mambang putih, jaga aku disaat aku sedang bekerja Semua ini berkat izinMu ya Allah Amin………. h. Bekerja membayar hutang Maksudnya, bekerja dianggap sebagai membayar hutang menunaikan kewajiban yang dipukulkan ke bahu setiap pribadi. Sebab itu, ungkapan adat mengatakan, kalau hidup berat tulang, dunia akhirat tak lepas hutang. Ungkapan ini menegaskan, apabila berat tulang malas, lalai, lengah, lemah semangat kerja, seumur hidupnya tidak akan terbayar hutang, yakni kewajiban dan tanggung jawabnya baik terhadap diri dan keluarganya, maupun terhadap masyarakat. Bangsa dan negara, dan terhadap Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Orang tua-tua Melayu menegaskan lagi, karena pentingnya kerja baik untuk kehidupan di dunia maupun akhirat, maka orang Melayu menempatkan kerja pada kedudukan yang utama. Sebab itu, kerja tidak dapat dilalaikan, apalagi di abaikan sama sekali. Di dalam ungkapan tradisional Melayu amat banyak digambarkan betapa besarnya manfaat kerja, dan digambarkan pula betapa besarnya keburukan yang menimpa kehidupan orang yang tidak mau bekerja, malas dan lalai, celaka di dunia dan akhirat. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat secara jelas menunjukkan rasa hormat dan penghargaan kepada sesamanya yang bekerja keras, rajin, jujur, Universitas Sumatera Utara taat dan setia. Sebaliknya, dengan jelas pula merendahkan orang-orang yang tidak mau berkerja atau bekerja yang tidak sesuai menurut ajaran agama, adat dan norma-norma sosial yang dianut masyarakatnya. Orang tua-tua juga mengatakan, bahwa berakal atau tidaknya seseorang ditentukan dari sikapnya dan prilakunya dalam bekerja. Orang berakal bekerja dengan tekun dan benar, sedangkan yang tidak berakal, bekerja dengan semena-mena dan tidak bertanggung jawab.

4.7 Jenis Pekerjaan dalam Acuan Budaya Melayu