Perhatikan naskah drama berikut ini!

1. Perhatikan naskah drama berikut ini!

Sebuah meja dan sebuah kursi. Hakim duduk di kursi sambil menyelonjorkan kakinya. Di atas meja ada banyak sekali buku-buku yang dapat disusun dalam tumpukan yang tinggi. Malam hari. Lonceng berdentang sekitar lima puluh kali. Mula-mula hanya tempat hakim yang terang. Tak lama kemudian setelah lonceng berhenti, lampu terang ditempat pelayan. Kelihatan pelayan membawa banyak sekali koran dan surut-surat. Ia membaca untuk hakim.

Pelayan : Tajuk Sinar Sore penuh kecaman. (membaca) Keadilan sangat supel dan luwes. Ia membengkok seperti lengkungan arit. Ia menggeliat seperti ular. Ia berakrobat seperti gadis-gadis plastik.

Hakim : Ia diintai! Pelayan : Kompas di dalam pojoknya berkata: Keadilan

bersenjata, kebijaksanaan memihak, konsepsi tua yang terhomat, hakim kikuk, itulah ciri pengadilan kini.

Hakim : Konsepsi tua yang runtuh.

Bahasa Indonesia XI Program Bahasa

Pelayan : Majalah Tempo memuat surat pembaca apakah gerangan menghalangi Anda untuk berbuat kegagahan dalam sesaat. Penuh kepengecutan ini? Konon Anda pendekar masa lampau, pendobrak tradisi ....

Hakim : Surat-surat? Pelayan : Banyak. Hakim : Semuanya bertanya? Pelayan : Ya. Hakim : Bakar saja. Pelayan : Baik. Bapak ingin kopi madu atau susu? Hakim : Remason. Pelayan : Sekarang? Hakim : Jangan terlalu banyak bertanya! Pelavan : Baik. Pelayan mendekati hakim kemudian mengurut pundak hakim. Sementara hakim membaca surat-surat, kemudian terdengar hiruk pikuk. Pelayan menenangkan suara-suara itu. Pelayan : Jangan berisik. (melihat kepada tamu) O, silakan

masuk, Pak. (Lampu menerangi ruang tamu). Pelayan : Masuk saja, silakan. Tamu 1 : Barangkali aku mengganggu? Pelayan : O, tidak. Hakim : Ya. Pelayan : La iya! (berbaring dilantai) Tamu 1 : Tetapi tidak apa. Hakim : Apa kabar?' Tamu 1 : Begini, Kapan keputusan diambil? Hakim : Ia sudah diambil. Tamu 1 : Tapi kan masih ada kesempatan besok pagi? Hakim : Dalam redaksi saja. Keharusan sudah bulat. Tamu I : Keputusan yang mengecewakan? (hakim diam) Ya? Pelayan : Silakan masuk, Pak! Bapak Hakim bersedia menerima. Tamu I : Terima kasih. (maju) Hakim : Silakan duduk Tamu I : Tidak usah repot-repot.

Menegakkan Keadilan

Pelayan : Takut jasnya lecet. Tamu I : Ini sesuai dengan misiku yang bersifat resmi dan

serius. Atas nama seratus ribu orang pembaca Sinar Senja . Dengarkan aku pak!

Hakim : Sudah tentu, rnemang kewajibanku. Tamu I : Dan kewajibanku, menyampaikan sedemikian rupa

tepatnya, sehingga ia mampu mendesak yang menurut ukuran normal sudah tidak mungkin diubah.

Hakim : Walaupun kamu belum mengetahui isi keputusan itu? Tamu I : Kami mempunyai keyakinan. Hakim : Anda berprasangka. Tamu I : Tanda-tandanya cukup jelas. Hakim 1: Coba sebutkan apa yang kalian ketahui sementara

memprotes dan mengusul tak habis-habisnya ini. Tamu I : Kedudukan Anda, karir Anda, masa tua Anda, atau apakah ada bukti lain? Hakim : Bagaimanana kau datang dengan keyakinan dan keraguan? Tamu 1 : Dalam misi kami itu normal, jadi dengan kalimat pojok, Anda sedang kikuk. Hakim : Saya mengaku. Tamu 1 : Anda kikuk. Hakim : Benar. Tamu l : Anda kikuk. Pelayan berdiri menghampiri hakim Tamu : Anda kikuk! Pelayan : Jangan berisik! Tamu 1 : (keras) Anda kikuk! Hakim gelisah dan pelayan memijit punggungnya. Lampu ke arah hakim padam. Tamu I : Anda sudah lapuk. Anda tak mengerti keinginan

modern. Anda tersesat dalam kehormatan dan cita- cita yang tua. Anda menghambat langkah kami, Anda menentang kami dengan kekuasaan yang Anda punya sekarang. Anda penakut! Dan semua itu Anda

Bahasa Indonesia XI Program Bahasa Bahasa Indonesia XI Program Bahasa

Pelayan : Silahkan pergi! Tamu I : Tidak. Pelayan mendorong tamu itu pergi. Mereka bergumul. Pelayan mudah dikalahkan ..... dan seterusnya

Sumber: Dikutip dari DOR. Putu Wijaya. Balai Pustaka