Mengenal Alur

3. Mengenal Alur

Seorang penulis cerita harus menciptakan plot atau alur bagi ceritanya. Hal ini berarti bahwa plot atau alur cerita sebuah prosa naratif menyajikan

Perjalanan Hidup Manusia

Struktur plot sebuah prosa naratif dapat dibagi secara umum menjadi tiga bagian, yaitu awal, tengah, dan akhir. Struktur plot dapat dirinci lagi ke dalam bagian-bagian kecil lainnya. Apabila digambarkan, bagian- bagian plot akan seperti (kurang lebihnya) berikut ini:

*klimaks *komplikasi

*penyelesaian

*konflik

*awal konflik *pengenalan

Akhir Pada awal cerita pengarang melakukan eksposisi memperkenalkan

Awal

Tengah

tokoh dan melukiskan keadaan tertentu. Tokoh-tokoh mulai menunjukkan perilaku tertentu, misalnya berhubungan antara satu dengan yang lainnya, sehingga lahirlah peristiwa dan konflik tertentu. Dari titik ini peristiwa atau keadaan mulai menanjak masuk ke dalam komplikasi tertentu: persentuhan konflik, perbenturan antara kekuatan-kekuatan tertentu yang saling berlawanan. Komplikasi ini menanjak mencapai titik puncak tertinggi: klimaks, yang tidak dapat dipertinggi lagi. Klimaks merupakan lanjutan dari komplikasi sebelumnya, juga kelanjutan dari perkembangan karakter tokoh sebelumnya, dan kelanjutan dari perkembangan karakter tokoh dalam jaringan konflik yang wajar dan masuk akal. Puncak komplikasi yang tertinggi memerlukan penyelesaian atau pemecahan. Pada perkembangan titik ini pembaca disuguhi suatu pergumulan konflik dengan tegangan yang terkuat, dan akhirnya meluncur menuju akhir, denoument (penyelesaian).

Jika ditinjau dari segi penyusunan peristiwa atau bagian-bagian yang membentuknya, dikenal adanya plot kronologis atau progresif dan plot

Bahasa Indonesia XI Program Bahasa Bahasa Indonesia XI Program Bahasa

Sebaliknya, dalam plot regresif, awal cerita bisa saja merupakan akhir, demikian seterusnya: tengah dapat merupakan akhir dan akhir dapat merupakan awal atau tengah. Di dalam plot jenis ini, cerita dapat saja dimulai dengan konflik tertentu, kemudian diikuti eksposisi lalu diteruskan komplikasi tertentu, mencapai klimaks dan menuju pemecahan; atau dapat pula dimulai dengan bagian-bagian lain yang divariasikan.

Jika ditinjau dari segi akhir cerita, dikenal adanya plot terbuka dan plot tertutup. Di dalam plot tertutup, pengarang memberikan kesimpulan cerita pada pembacanya, sedangkan dalam plot terbuka, cerita sering dan biasanya berakhir pada klimaks, dan pembaca dibiarkan untuk menentukan apa yang (diduga dan mungkin) akan menjadi penyelesaian cerita (akhir cerita dibiarkan menggantung atau menganga). Dalam plot terbuka, pembaca memiliki kebebasan dalam menentukan kesimpulan cerita, berdasarkan pengetahuan, sikap, dan minat pembaca dalam memahami cerita.

Jika ditinjau dari segi kuantitasnya, dikenal adanya plot tunggal dan plot jamak. Suatu cerita dikatakan berplot tunggal, apabila cerita tersebut hanya memiliki atau mengandung sebuah plot dan plot itu bersifat primer (utama). Plot tunggal biasanya terdapat dalam cerpen . Dikatakan berplot jamak, apabila cerita itu memiliki lebih dari sebuah plot dan plot-plot utamanya juga lebih dari satu. Akan tetapi, plot-plot utama dalam cerita yang berplot jamak seringkali bersinggungan pada titik-titik tertentu.

Jika ditinjau dari segi kualitasnya, dikenal adanya plot rapat dan plot longgar. Sebuah cerita dinyatakan dinyatakan berplot rapat, apabila plot utama cerita itu tidak memiliki celah yang memungkinkan untuk disisipi plot lain. Sebaliknya, cerita itu penyisipan plot lain. Hanya saja dalam kaitan ini perlu disadari bahwa dalam cerita yang berplot longgor biasanya sisipan plot lain, yang biasanya merupakan subplot, berfungsi mengedepankan plot utamanya, jika sisipan itu dibuang cerita utamanya juga akan tetap berjalan tanpa gangguan yang berarti.

Perjalanan Hidup Manusia