Mendiskusikan Teks Drama

B. Mendiskusikan Teks Drama

Setelah mengikuti pembelajaran ini, kalian diharapkan dapat mengevaluasi penggalan teks drama dari berbagai sudut pandang melalui kegiatan diskusi.

Sebagai penikmat drama kita tidak hanya sekedar sebagai penonton yang pasif saja. Namun, ada kalanya kita harus aktif mengevaluasi naskah drama yang kita baca maupun pertunjukan drama yang kita saksikan. Kali ini, kalian akan mendiskusikan penggalan teks drama. Sebelumnya, bacalah terlebih dahulu penggalan teks drama “Akal Bulus” karya Remy Sylado berikut!

Bahasa Indonesia XI Program Bahasa

Besut : (Masuk) Astaga, Man Jamino, sedang apa di atas meja itu? Jamino : (Tersipu malu) O, sedang berdeklamasi tentang kebesaran

Ilahi. Besut : Karya puisinya siapa yang kau deklamasikan? Jamino : (Mengingat-ingat) Kalau tidak salah, karyanya Sultan

Kadir Alisyahbandar. Tapi entahlah. Saya agak lupa-lupa ingat. Ada kan namanya penyair begitu?

Besut : Entah juga, Man Jamino. Yang saya ketahui hanya Pakne

Si Nusi yang mengarang kumpulan pusisi ”Madah Celana”.

Jamino : (Sok tahu) O, ya, ya. Betul. Puisinya itu yang baru saya

deklamasikan tadi.

Besut : (Sok kritis) Tapi puisi yang mana dari “Madah Celana”

itu yang bertema kebesaran Ilahi?

Jamino : (Bingung) Nah, itu yang saya tidak mengerti juga, Besut.

Saya curiga penyairnya mengada-ada. Penyair-penyair kan suka berkhayal. Dengan bahasa yang gelap, dikiranya bisa mengubah jalannya peradaban.

Besut : Betul, Man Jamino. (Pause) Ini begini, Man Jamino. Saya

baru saja dari Gunung Kawi.

Jamino : Lo? Kapan perginya ke sana? Kemarin sore saya lihat

kamu jalan-jalan di Tunjungan.

Besut : Hus. Jangan keras-keras. (Berisik) Ini cuma pura-pura

untuk mendustai Rusmini. Jamino : O? Terus bagaimana itu Gunung Kawi? Besut : Begini, Man Jamino. Menurut petunjuk Mbah Jogo, demi

meningkatkan martabat, maka saya harus belajar ke luar negeri. Ke Amsterdam.

Jamino : Belajar apa, Besut? Besut : Belajar bikin cingur, Man Jamino. Cingur yang kita kenal

sekarang sudah menyimpang dari tradisi. Maka perlu dibenahi kembali dengan data-data yang otentik. Data- data itu hanya ada di Amsterdam. Dicuri dulu pada zaman

Lika-Liku Kehidupan

Jan Pieterszoon Coen. Nah, saya harus mengadakan penelitian tentang data-data itu. Apa sebetulnya bumbu- bumbu yang benar untuk membuat cingur.

Jamino : Wah, hebat sekali kamu, Besut! Jadi kamu akan ke

Amsterdam. Kapan itu? Besut : Sekarang ini, Man Jamino. Jamino : Sekarang?Naik apa? Besut : (Marah) Berenang! (Lalu mengendor) Gendeng. Ya naik

kapal. Sudah ya, saya berangkat sekarang.

Jamino : Lo, lo! Tidak pamit dulu dan kasih pesan-pesan untuk Rusmini? Rusmini: (Masuk) Besut, kenapa tergesa-gesa. Mau ke mana? Besut : Saya akan berangkat ke Amsterdam sekarang juga, Rusmini. Rusmini: Kok jauh sekali? Kenapa tidak ke Mesir saja yang lebih

dekat. Atau yang lebih dekat lagi, India.

Jamino : Betul itu, Besut. Di samping itu kenapa ke Negeri Belanda?

Bangsa Belanda kan sudah jatuh takluk tekuk lutut pada bangsa Jepang, saudara tuanya bangsa Indonesia. Nah, ke Tokyo saja, Besut. Kan saban hari kita sudah kulina juga kiblat ke Tokyo memuja Tenno Heika yang akbar.

Besut : Wah, petunjuk Mbah Jogo harus ke Eropa saja. Jamino : Kalau begitu, ke Jerman. Bangsa Jerman sahabat bangsa

Jepang.

Rusmini: Ya, begitu saja. Besut, ke Jerman. Di sana konon kabarnya

mobil Mercedes cuma dibuang-buang. Kamu bawa saja sepotong, atau pentilnya juga tidak apa-apa, pokoknya ada oleh-oleh dari sana.

Besut : Itu gampang, Rusmini. Demi kamu, kakanda akan ingat

dan berkorban.

Rusmini: (Bangga) Oh, alangkah berbungga-bunganya hatiku,

Besut. Segala bunga semerbak mewangi di dalam hatiku: mawar, melati, sedap malam, ceplok piring ...

Jamino : Hus, ceplok piring tidak wangi, Rusmini. Rusmini: O ya, ralat. Mawar, melati, sedap malam, kenanga,

kamboja, dan seterusnya.

Bahasa Indonesia XI Program Bahasa

Besut : Astaga. Hatiku pun aman damai tenteram, Adinda

Rusmini. Nah, Rusmini, sekarang kakanda siap berangkat. Ciumlah pipi kakanda sebagai tanda setia.

Rusmini: Tentu saja, Besut. (Mencium) Kok bau ikan peda? Jamino : Hus. Jangan menghina suami di muka umum, Rusmini.

Itu tidak bersusila. Kamu harus berpikir positif. Suami yang bau ikan peda pun harus kamu terima sebagai anugerah.

Rusmini: O ya, maaf, Besut. (Menundukkan badan) Besut suamiku,

baumu segar seperti malaikat. (Tapi bersin).

Besut : Thank you, my darling Rusmini. Good bye. Please be faithful. Jamino : (Angkat bahu) Waduh, kembagusnya. Inggris hafalan

lagunya Bing Crosby 121 saja kok dipamer-pamerkan.

Besut : (Beralih kepada Jamino) Nah, Man Jamino, saya titip istri