Konsultasi Ahli di Tingkat Internasional

4.3 Konsultasi Ahli di Tingkat Internasional

4.3.1 Proses dan Hasil

Sa la h sa t u t a h a p a n p r oses kon su lt a si p a r a p ih a k a d a la h konsultasi dengan para ahli internasional yang m em iliki pem aham an dan pengetahuan m engenai REDD+. Para ahli yang terlibat terdiri dari perwakilan internasional NGO, perwakilan dari lem baga donor, p er wakilan d ar i ked u taan n egar a-n egar a yan g ber kep en tin gan den gan im plem en tasi REDD+ di In don esia, dan perwakilan dari badan intergov ernm ental seperti UNEP, UNDP, UNODC, dan UN- REDD Program m e Indonesia. Pelaksanaan di Bali pada 3 Novem ber

20 10 . Proses konsultasi dengan para ahli diawali dengan sam butan

yang disam paikan oleh Deputi Bidang Sum ber Daya Alam Bappenas. Sam butan kedua berasal dari UKP4 yang m em bahas m engenai tugas dan m andat Satuan Tugas (Satgas) REDD+. Selain itu, UKP4 juga m em bahas m engenai posisi LoI dalam proses penyusunan Stranas REDD+ dan m en egaskan bah wa LoI h an yalah akselerator yan g m em percepat proses penyusunan Stranas. Setelah kedua sam butan selesai, proses dilanjutkan dengan presentasi m engenai draf Stranas REDD+ dengan m asih m em akai draf versi tanggal 23 Septem ber.

74 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA

4.3.2 Proses dan Hasil Masukan Para Pihak

Proses konsultasi dilanjutkan dengan m endengarkan m asukan dan tanggapan dari enam lem baga yang telah dim inta secara resm i un tuk m em berikan tan ggapan terhadap draf Stran as. Berikut in i rev iew terhadap m asukan dari enam lem baga internasional.

1. Th e N a tu re Co n s e rva tio n ( TN C)

TNC m enggarisbawahi m engenai pentingnya kejelasan tentang siapa yang berwenang untuk m engeluarkan dan m engalokasikan izin penggunaan lahan. Hal ini sangat penting untuk pelaksanaan REDD+ k a r e n a R E DD+ b a r u b is a d ila k u k a n k e t ik a a d a k e je la s a n pengalokasian lahan dan rencana tata ruang wilayah. Selain itu, TNC juga m enganjurkan kepada Indonesia untuk m encontoh proses yang telah ditem puh oleh Australia dalam pengelolaan hutannya di tingkat subnasional. Selain itu, TNC juga m enekankan pentingnya kejelasan rencana dan strategi Indonesia dalam m encapai target 26% dan 41% penurunan em isi GRK.

Lebih lanjut, TNC m enjelaskan bahwa harus ada strategi yang jelas dari Indonesia untuk m engelola dem onstration activ ities dan prioritas pelaksanaan REDD+ dengan menitikberatkan peran penting stakeholder di wilayah provinsi maupun kabupaten. Sebagai penutup, TNC m en jelaskan bah wa keber h asilan p elaksan aan REDD+ d i Indonesia sangat bergantung pada manajemen proses dan koordinasi yang baik antarsektor kem enterian dan pentingnya investasi untuk m em bangun proses belajar yang lebih baik.

2 . GTZ, AFD -CIRAD , U N D P

GTZ, AFD-CIRAD, dan UNDP bekerja sam a m em bentuk tim gabungan dan m em presentasikan sebuah m asukan bagi penyusunan Stran as REDD+ yan g isin ya an tara lain m en gen ai ruan g lin gkup REDD+ dan keterkaitan n ya den gan RAN GRK. Kejelasan posisi R E DD+ d e n ga n k e t e r k a it a n n ya t e r h a d a p R AN GR K a k a n menentukan strategi pendanaan RAN GRK yang saat ini dikelola oleh ICCTF. Selain m en ekan kan pen tin gn ya kejelasan posisi REDD+

CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA

Sen ad a d en gan TNC, tim gabu n gan ju ga m en ggar isbawah i pentingnya pem buatan prioritas wilayah percontohan dan prioritas target Stran as REDD+ jan gka pen dek, m en en gah , dan pan jan g. Mem perkaya gap analy sis dengan m enganalisis gap antara Renstra Ke m e n t e r ia n Ke h u t a n a n d e n ga n St r a n a s R E DD+ d a n m en gid en t ifika si in sen t if u n t u k p em b a n gu n a n ekon om i ya n g berbasis lahan dan dam pak dari pelaksanaan Stranas untuk sektor- sektor lain. Hal terakhir yang disam paikan oleh tim gabungan adalah perlun ya upaya h arm on isasi Stran as REDD+ den gan RAN GRK dengan cara pengisian wilayah-wilayah kerja yang tidak disentuh oleh REDD+ m elalui RAN GRK.

3 . ICRAF

Tan ggapan yan g ketiga datan g dari ICRAF yan g m en gawali tanggapan terhadap Stranas REDD+ dengan m engkritik rum usan t u ju a n St r a n a s. I CRAF ju ga m en ga n ju r ka n a ga r p em b a h a sa n

m engenai deforestasi dibedakan m enjadi deforestasi yang terencana dan tidak teren can a serta pen gategorian dalam deforestasi legal, semilegal, dan ilegal. Pengategorian ini penting karena setiap kategori

mensyaratkan strategi sendiri dan memiliki implikasi biaya dan risiko m asing-m asing. Selain itu, ICRAF juga m engingatkan pentingnya m em pertim bangkan jasa lingkungan (environm ental services) dan

pem ban gun an sum ber-sum ber m ata pen carian dan m em ban gun indikator-indikator untuk pencapaian kedua hal ini selain pencapaian t a r get p en u r u n a n em isi GRK. Den ga n ka t a la in , m on it or in g

pelaksanaan REDD+ harus m encakup m onitoring terhadap pem ba- ngunan sum ber m ata pencarian dan jasa lingkungan.

76 CATATAN PROSES PENYUSUNAN RANCANGAN STRATEGI NASIONAL REDD+ INDONESIA

4.3.3 Analisis terhadap Proses Konsultasi Ahli

Tidak ban yak aspek strategis yan g m un cul dalam kon sultasi den gan ah li in tern asion al, terkecuali berbagai pertan yaan kritis terhadap kesiapan dan kesun gguhan pem erin tah dan selebihn ya adalah pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya klarifikasi. Masukan- m asukan yang diperoleh dari proses konsultasi dengan para ahli di tingkat internasional ini kem udian diolah sebagai bahan penyem - purnaan draf Stranas.